RITUAL PALAHO SEBUAH KEBUDAYAAN MASYARAKAT KERINCI
Oleh: ZARMONI
Penggiat Seni dan Kebudayaan Kerinci
Kata “palaho” dalam bahasa Kerinci tidak diketahui asal muasalnya, namun menurut hemat penulis, kata Palaho dapat diartikan sebagai “Pelihara” dimana palaho ini ialah untuk menjaga hubungan bathin dengan makhluk gaib, baik arwah leluhur maupun dengan makhluk gaib lainnya.
Ritual palaho di Kerinci telah lama dilaksanakan, merupakan warisan nenek moyang yang hingga kini masih banyak dilaksanakan, meskipun telah bercampur dengan keyakinan dan kepercayaan penduduk saat ini.
Prosesi palaho ini bertujuan untuk mengobati suatu penyakit, meminta, ataupun hanya sekedar melaksanakan adat istiadat setempat. Palaho ini merupakan kearifan lokal masyarakat Kerinci yang perlu di lestarikan sebagai edukasi budaya bagi generasi berikutnya. dimana Didalam Palaho ini mengandung nilai seni, religi, dan puji-pujian kepada arwah leluhur dan Sang Pencipta.
Berbagai macam ritual palaho yang dilaksanakan di Kerinci, baik palaho untuk manusia, maupun menyangkut tempat hunian, atau pembukaan lahan baru.
Sementara bahan dan alat-alat ritual yang paling penting di Kerinci adalah:
1. Alat-Alat Palaho
1) Tika Pandan
Tika pandan ialah tikar anyaman dari daun pandan yang lebarnya berkisar antara setengah meter kali satu setengah meter (0,5 M x 1,5 M).
Bakun ialah alat/wadah tempat beras yang terbuat dari anyaman bambu yang digunakan masyarakat Kerinci untuk mencuci beras sebelum di tanak menjadi nasi.
Benang sipuluh ialah benang wol panjang bewarna putih yang dikumpal menjadi sebuah gulungan dengan isinya berupa “Cincin Anye” atau gelang perak.
Gelang perak merupakan pusaka dari Ninik Mamak , yang bentuk nya bearneka ragam. Namun yang kuno rata-rata bentuknya seperti gambar berikut :
Keris merupakan harta pusaka leluhur Kerinci pegangan dari para Depati . Keris Kerinci asli bentuknya lurus dan gagang/hulunya menghadap kedepan. Namun seiring dengan banyaknya leluhur pendatang dari daerah luar, ada juga keris yang berluk 5, 7, 9.
6) Kain Putih Limo Ito
Kain putih limo ito ialah kain kafan baru yang belum pernah terpakai sepanjang lima hasta, yang disebut sebagai kain tudung ikat.
7) Cincin Anye
Yaitu cincin kuningan yang dipakai pada zaman dahulu sebagai alat tukar menukar barang sebelum dikeluarkannya mata uang.
Mangkuk cinano atau cawan putih ini ialah sejenis cawan kecil berwarna putih digunakan sebagai media tempat “ayie cinano ” yaitu air putih yang akan dimantrai oleh Balian atau arwah leluhur untuk obat. Atau sering juga digunakan sebagai tempat beras kunyit atau rendang breh atau nam metih.
“Manek sebah” ialah tasbih yang digunakan untuk berzikir selepas shalat. Manek sebah ini adalah pusaka “Anak Jantan” atau anak lelaki dalam keluarga. Penggunaan nya biasanya dililitkan pada keris.
Al-qur’an merupakan kitab suci umat Islam, sehingga al-qur’an juga merupakan salah satu syarat untuk melakukan palaho yang diletakkan diatas “jekat”.
11 )Pisau Ktun
Pisau ktun ialah pisau lipat kecil yang digunakan untuk membelah pinang, dan lain sebagainya.
12) Gung
Gung dalam bahasa Kerinci dialek Siulak ialah penyebutan untuk alat musik yang bernama “gong”. Ia digunakan sebagai media alat musik pada acara tari asiek Kerinci.
Dap ialah penyebutan untuk rebana besar sebagai peningkah musik dalam tari asiek bersamaan dengan gung.
1)Beras
Beras merupakan makanan pokok masyarakat Kerinci, sehingga untuk mahar dalam bahasa kerinci disebut “Jekat ” beras merupakan salah satu bahan yang teramat penting untuk “menegakkan jekat ”. Beras jekat ini terdiri dari :
(1)Jekat Sicupak, jumlahnya “satu canting setengah ditambah tiga genggam”. Canting ialah kaleng bekas susu kental manis Indomilk atau sejenisnya.
(2)Jekat Sigantang
Nilai satu gantang disini tergantung ketetapan sang Tabib/dukun/balian salih. Berkisar antara “enam canting, delapan canting, atau sepuluh canting”.
2) Sirih
Sirih hijau (Piper betle L) merupakan tanaman asli Indonesia. Sirih merupakan tanaman obat tradisional sekaligus merupakan tumbuhan yang sakral di Kerinci. Selain sebagai media obat tradisional, daun sirih ini juga merupakan alat yang digunakan untuk mengundang Depati Ninik Mamak, dan masyarakat dalam suatu hajatan.
Pinang yang memiliki nama latin Areca catechu L adalah tanaman dengan famili Arecaceae. Pohon pinang bisa memiliki tinggi sampai 20 meter dengan garis tengah 15 cm. Pinang masih satu keluarga dengan kelapa dan merupakan tanaman berjenis monokotil dan masih tergolong palem-paleman.
Tanaman ini biasanya ditanam di pekarangan rumah atau juga tumbuh liar di banyak tempat, seperti tepi sungai. Di Nusantara, pinang memiliki banyak nama seperti Pineung (Aceh), Batang Mayang (Karo), Pining (Toba), Batang Pinang (Minangkabau), dan Jambe (Sunda dan Jawa).
Di Kerinci pinang merupakan salah satu alat ritual yang berkalaborasi dengan sirih, gambir, dan kapur.
Gambir merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili Rubiaceae dengan nama latin Uncaria Gambir (Hunter) Roxb. Tanaman gambir yang merupakan tanaman yang diduga berasal dari Indonesia ini banyak digunakan untuk menyirih, selain itu gambir juga bisa digunakan sebagai obat-obatan.
Kapur sirih berasal dari pembakaran kulit kerang, siput, dll. Yang digunakan untuk memakan sirih beserta gambir dan pinang, sehingga ludah akan berwarna merah.
Rokok enau merupakan rokok yang berasal dari daun pucuk pohon enau (aren). Cara pembuatannya ialah, pucuk daun pohon aren yang muda masih bersatu (belum menjadi pelepah) berwarna hijau kekuning-kuningan dipisah, kemudian lapisannya yang seperti plastik dibuang / di raut dengan pisau tajam, lalu dijemur. Rokok enau ini biasa digunakan untuk membuat sirih tiga kapur rokok tiga batang, atau sirih rajo.
7) Bungo Suli dan Bungo Cino
Bungo suli dalam bahasa ilmiah dikenal dengan Hedychium coronarium, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut Gandasuli ialah bunga yang sakral, bentuknya putih banyak tumbuh dipinggiran sungai dan rawa, bentuk pohonnya seperti batang dan daun kecombrang.
Bungo Suli juga disebut sebagai bunga “tua” atau bunga untuk “ayie cinano” pada zaman dahulu sebelum dikenalnya “Bungo Gedang” atau “Bungo Cino”. Bungo Cino dalam basaha Indonesia disebut Melur Cina, 'Gardenia Augusta' warnanya juga putih, sering ditanam di pekarangan rumah sebagai hiasan. Fungsi bungo cino ini sama seperti bungo suli yaitu untuk “ayie cinano”.
8) Kemenyan
Kemenyan atau yang disebut dengan Gaharu merupakan tanaman asli hutan Indonesia. Terutama didalam hutan Kerinci, kemenyan merupakan media yang digunakan untuk menyeru arwah leluhur dan pengobatan tradisional.
9 )Breh Kunyit
Breh kunyit adalah beras putih biasa yang dicampur dengan gilingan kunyit sehingga beras terebut berwarna kuning. Breh kunyit digunakan untuk menyeru arwah leluhur dan permohonan maaf kepada arwah leluhur di akhir penyeruan.
10) Bungo Sipanggin
Bungo sipanggin ini dalam bahasa Indonesia disebut Bunga Panggil-panggil atau bunga pagoda, sedangkan dalam bahasa latin disebut Clerodendrum paniculatum. Ia mempunyai banyak batang yang tumbuh sehingga 0.9-1.5 m tinggi dan merampak 0.6-0.9 m lebar.
Helai daunnya malar hijau dan berbentuk jantung besar sampai 30.5 sm lebar. Daun-daun ini berpasangan dan disusun berselang-seli; daun rendahnya bercuping manakala daun atasnya penuh. Bungo sipanggin ini digunakan dalam acara ritual palaho sebagai pemanggil atau penyeru arwah leluhur.
Bungo karamanding ialah sejenis tumbuhan yang batangnya bergetah, sedangkan daunnya bercorak batik dan banyak jenisnya. Tumbuhan ini sering ditanam di kuburan dan batas ladang, atau juga sebagai penanda tempat yang dikeramatkan atau tempat angker.
Jiluang ialah sejenis tumbuhan berbatang lembut yang sering ditanam pada ladang orang Kerinci sebagai pembatas ladang. Bentuknya beraneka ragam macam, ada yang merah, hitam, yang lonjong dan yang bulat. Jiluang ini juga merupakan tumbuhan yang sering digunakan dalam ritual palaho di Kerinci.
Daun tahun adalah sejenis tumbuhan liar berbatang lembut. Ia digunakan sebagai pewarna untuk membuat nasi biru dalam ritual palaho.
Bambu telang kuning merupakan simbol dari raja, dipakai untuk membuat “sangkak ” bagi Balian Salih yang baru dinobatkan, serta untuk membuat “ancak dan impi” yaitu tempat sesajen dalam acara ritual “magih uhang gaib makan”.
Selain digunakan sebagai minuman yang menyejukkan, selasih juga dapat digunakan dalam pengobatan tradisional. Ada 3 macam jenis Trasih yang biasa digunakan dalam ritual palaho Kerinci, yaitu Trasih Hijau, Trasih Hitam, dan Trasih Kumbang.
17) Ambai
Ambai ialah sejenis tumbuhan seperti rambut yang panjang. Ia hidup diatas pohon-pohon seperti benalu dan anggrek. Sering ditemukan pada pohon-pohon didekat air terjun. Ia juga merupakan salah satu tumbuhan yang dibutuhkan untuk ritual adat dan palaho.
Bungo Kmbang Alo merupakan bahasa Kerinci dialek Siulak untuk menyebut bunga Merak dalam KBBI, atau bahasa botani nya Caesalpinia pulcherrima yang merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan dalam ritual palaho tertentu di Siulak Kerinci.
19) Bungo Pandak Kaki
Bungo Pandak Kaki ialah sebutan untuk bunga Melati. Bunga Melati ini juga sering dipakai dalam ritual palaho.
Bungo pandan adalah bunga pandan yang belum mekar, digunakan untuk penobatan Depati Ninik Mamak dan Balian Salih.
23) Bungo Tuno
Bungo tuno ini ialah sejenis tanaman yang terdapat di dalam hutan kerinci. Nama latinnya kita tidak tahu, namun bungo tuno ini digunakan sebagai salah satu bahan untuk ritual palaho tertentu.
24) Stajem
Stajem ialah sejenis tumbuhan berdaun runcing untuk campuran Tiang Tanem. Biasanya banyak ditemukan di “Pulong ”.
Smuang ini banyak ditemukan tumbuh liar di jalan, maupun diladang-ladang. Biasanya sering dipakai oleh anak-anak yang memancing sebagai penyucuk ikan. Sedangkan dalam acara ritual, di pakai sebagai pengoles darah ayam yang ditampung dalam tempurung kelapa kemudian dioleskan pada kendaraan/benda.
26) Umput Smat
Umput smat ialah rerumputan yang tumbuh di tebing, dan tepi sungai irigasi. Bentuknya kecil-kecil dan berdaun serta berbunga halus. Ia digunakan dalam kelengkapan palimo anak / prah.
Umput antai ialah sejnis rerumputan liar yang juga tumbuh ditanah gersang dan bentuknya panjang seperti rantai.
Sruput ialah lembaran tipis yang dihasilkan dari bambu berduri yang disebut “auu baluhi” ia tumbuh dihutan dan memang agak sukar untuk mencarinya. Kulit dagingnya begitu renyah bagaikan kertas. Ia juga dibutuhkan dalam Ritus.
Bungo kembang sitaun ini istilah untuk bunga yang mekarnya cukup lama sekali, banyak ditanami sebagai tanaman hias dihalaman. Warnanya bermacam-macam, ada yang merah, pink, kuning, putih, dan ungu. Dalam KBBI namanya adalah bunga Kenop, sedangkan nama botaninya adalah Gomphrena globosa atau Globe amaranth.
Tumbuhan pulih ialah sejenis tanaman bunga-bungaan berbatang lembut sering di tanam di dalam pot bunga oleh ibu-ibu untuk tanaman hias. Daunnya agak membulat dengan garis-garis lekukan di daunnya. Pulih digunakan sebagai campuran Tiang Tanem.
Padang itam merupakan sejenis tumbuhan berbatang keras dan daunnya berwarna hitam kemerah-merahan, digunakan sebagai salah satu obat tradisional di Kerinci.
Papit ini sejenis tanaman bunga yang sering ditanam oleh ibu-ibu dihalaman rumah sebagai hiasan. Papit ini digunakan untuk kelengkapan “Tiang Tanem” ataupun “Pulong”.
33)Kaladi Itam
Tanaman keladi hitam atau disebut juga dengan nama Colocasia esculenta illustris adalah salah satu jenis tanaman hias yang banyak dicari orang saat ini. Tanaman ini sendiri masuk dalam kategori tanaman talas atau keladi namun memiliki corak yang berbeda. Ia sering digunakan sebagai kelengkapan “Tiang Tanem” dalam ritual Palaho.
34)Puding Itam
Puding itam ini bahasa botaninya adalah : Coleus Religious Radish adalah salah satu tumbuhan kelengkapan “Tiang Tanem”.
Tebu hitam ialah tanaman tebu yang ruas dan daunnya berwarna hitam. Tebu hitam dalam ritual palaho lebih terkesan digunakan sebagai media pengobatan.
36)Bungo Cimako Windu Putih
Bungo cimako windu putih ialah sebutan untuk bunga kamboja putih. Ia disebut juga sebagai salah satu bunga yang turun dari syurga dengan nama “Bungo Likiang Putih”. Ia juga merupakan salah satu alat ritual palaho tertentu.
37)Cinamuri Batino
Cinamuri batino merupakan tumbuhan liar di semak-semak dan ladang Kerinci. Cinamuri ada dua macam, cinamuri Jantan merupakan tumbuhan liar yang acapkali digunakan sebagai sapu mendadak dan banyak tumbuh di semak-semak. Sementara Cinamuri Batino ini susah ditemukan. Ia digunakan sebagai salah satu kelengkapan bahan dalam ritual palaho “Palimo Anak”.
38)Serai
Serai selain digunakan sebagai bumbu dapur, ia juga digunakan sebagai salah satu bahan “Tiang Tanem” dan juga obat tradisional.
39)Kunyit
Kunyit daun dan isinya serumpun digunakan sebagai kelengkapan bahan “Tiang Tanem”, sedangkan isinya dijadikan untuk membuat beras kunyit untuk acara ritual palaho, dan juga untuk membuat nasi kuning isi daripada impi beserta nasi hitam, nasi biru, nasi merah, dan nasi putih.
Bunga ini tumbuh liar di pinggiran jalan, aromanya tidak sedap, bentuknya berbongkah dengan daun yang lebar.
Bungo saikat / bungo adun tujuh, yaitu tujuh macam bunga yang diikat menjadi satu, terdiri dari berbagai macam bunga-bunga sakral untuk tujuh macam, biasanya :
-Bungo cino
-Bungo kmbang alo
-Bungo karamanding
-Bungo kmbang sitaun
-Ambai
-Bungo tuno
-Bungo tarasih itam
Limau Puhut atau dikenal dengan jeruk purut, daunnya digunakan untuk bumbu masakan. Limau puhut ini digunakan sebagai media pengobatan, penyucian, dan pembersih barang pusaka. Ia juga merupakan salah satu limau penting yang diyakini sebagai pembersih badan dalam mandi balimau, dan juga menambah kesaktian barang pusaka jika digunakan untuk membersih barang pusaka.
(2)Limau Kapeh
Limau kapeh adalah sebutan untuk jeruk nipis, ia juga merupakan salah satu jenis jeruk yang sering digunakan dalam ritual palaho maupun pengobatan tradisional.
(3)Limau Kunci
Limau kunci atau jeruk kimkit digunakan untuk mandi balimau, dan pengobatan tradisional Kerinci.
(4)Limau Padang
Limau padang ini adalah sebutan untuk Jeruk Jerpaya, bentuknya agak panjang dan salah satu jeruk yang digunakan dalam pengobatan tradisional dan ritual tertentu di Kerinci.
(5)Limau Antu
Limau antu atau disebut dengan jeruk kasturi juga acapkali digunakan untuk pengobatan tradisional Kerinci.
(6)Limau Serin
Limau Serin ialah jeruk asam yang acapkali digunakan sebagai bahan masakan.
A. Palaho yang berkenaan dengan kehidupan manusia
1.Palaho Mao Anak Kayie (Bayi turun mandi ke sungai)
Ketika anak/bayi yang berumur dua bulan atau lebih, pada zaman dahulu orangtuanya akan mencari “Balian Salih ” untuk mengadakan ritual turun mandi ke sungai. Dimana didalam acara ritual turun mandi ke sungai, Balian Salih akan menyiapkan bahan serta Alat-alat yang dibutuhkan.
a.Balian Salih Menghadap ke “Luwen ” seraya membuat sirih tiga kapur rokok tiga batang, serta “menegakkan jekat satu cupak tiga genggam di dalam bakun lengkap dengan sirih tujuh pinang tujuh, gelang perak, cincin anye, kain tudung ikat limo ito, al-qur’an, serta keris dengan manek sebah” lalu Balian Salih akan “nyeru” arwah leluhurnya untuk meminta petunjuk, apa-apa bahan / alat yang dibutuhkan seraya membakar kemenyan.
Biasanya untuk palaho mao anak kayie dibutuhkan Limau tiga macam, seperti Jeruk Purut tiga buah, jeruk nipis tiga buah, dan jeruk kimkit (limau kunci) tiga buah. Lalu setiap satu buah limau akan di “layang” atau di potong menjadi tiga bagian dan dimasukkan kedalam mangkuk putih beserta dengan alat-alat lainnya untuk dimantrai oleh Balian Salih.
b. Setelah Balian Salih meminta petunjuk arwah leluhurnya, maka anak tersebut dibawa dengan iring-iringan keluarga ke sungai untuk dimandikan dengan limau yang sudah dimantrai tadi beserta dengan bunga-bungaan yang dibawa.
2.Palimo Anak / Prah
Ketika si bayi / balita sering sakit dan rewel, maka orangtuanya akan mengobatinya ke dokter, dan ketika obat medis tidak dapat menyembuhkannya, maka akan di obati secara tradisional yaitu mendatangi Balian Salih / Dukun Kampung. Apabila dikatakan “Palimo/prah” nya nagih, maka orangtuanya harus beralat cukup beralat genap. Keluarganya akan menyiapkan bahan-bahan seperti :
Limau Puhut, Limau Kunci, Limau Kapeh, Limau Padang, dll
Umput Smat, Umput antai,
Cinamuri batino
Bungo adun tujuh;
Lemang dan jadah urai;
Pisang, dll.
Dan setelah dilaksanakan Palimo Anak atau Prah, maka diadakan acara syukuran “Bajamba” untuk orang gaib yaitu :
-Memotong ayam, lalu dimasak gulainya dan pisahkan bagian-bagian tertentu yang sebelah kanan seperti :
•Kepala ayam (utuh);
•Perut besar ayam (utuh);
•Usus ayam (utuh);
•Hati ayam (utuh);
•Sayap kanan;
•Paha sebelah kanan.
Yang tersebut diatas dimasukkan kedalam satu bungkus nasi besar.
-Ambillah nasi yang baru dimasak (ambilan pertama/hulu nasi), lalu bungkuslah empat buah, dan salah satu bungkusan yang besar ditaruh gulai beserta bagian-bagian yang sudah dipisahkan diatas.
-Untuk membungkus nasi gunakan daun pisang.
-Lalu diletakkan di “luwen” serta Balian Salih akan menyeru arwah leluhur dan orang gaib untuk menjamah jamba tersebut.
-Setelah ritual palaho, jekat dan sesajen akan dibawa pulang oleh Balian Salih/Dukun.
3.Palaho Yanem / Palaho ngejang aman
Palaho yanem ialah ritual palaho yang dilaksanakan untuk menjemput “aman ” yang kesasar entah kemana, baik dibawa oleh arwah orang yang sudah meninggal atau tersesat ke langit, kelaut, kegunung dan lain sebagainya. Untuk menembalikan jiwa manusia tersebut diadakanlah palaho yanem. Orang yang sakit ini bentuknya pucat, pandangan mata menerawang, kuyu dan tidak bergairah.
4.Palaho Nganta Uhang Balik
Palaho nganta uhang balik maksudnya adalah, ketika seseorang diikuti oleh makhluk gaib, baik berupa Jin, Syaithon, Uhang Gagah, Mambang, maupun penunggu tempat angker, dan orang tersebut sering kesurupan, ketakutan, bahkan sakit yang tak sembuh-sembuh. Biasanya makhluk gaib tersebut mau diantar kembali dengan alat pengantarnya seperti Tiang Tanem, Sangkak, dan Ancak yang berisi nasi abang, nasi kunin, nasi itam, nasi biru, dan nasi putih. Beserta dengan alat-alat lainnya.
Untuk membuat isi ancak tersebut diatas adalah :
Impi, merupakan tempat meletakkan sesajin yang dibuat dari bilah bambu telang kuning.
Daun pisang kemali, digunakan untuk alas impi tempat sesajen;
Nasi putih, yaitu nasi biasa yang kita makan;
Nasi abang, yaitu nasi putih dicampur dengan darah ayam;
Nasi kuning, yaitu nasi putih yang dicampur kunyit yang sudah dihaluskan;
Nasi hitam, yaitu nasi dari beras ketan hitam;
Nasi biru, yaitu nasi putih biasa yang dicampur dengan daun tahun yang sudah dihaluskan.
Tuak, yaitu air enau/nira aren yang dimasukkan kedalam ranting bambu tiga buah;
Makasam, yaitu ikan kali kecil-kecil yang dimasukkan kedalam seruas bambu kecil;
Rebung dan pakis yang diiris;
Perut besar ayam beserta ususnya yang masih mentah;
Sebutir telor ayam kampung mentah;
Bunga adun tujuh tiga ikat;
Ikan jinjin yaitu ikan mentah yang ditusuk dengan rerumputan;
Ndangbreh dan namtih, yaitu beras yang dihangatkan diatas api menyala sehingga berubah bentuk seperti kipang mentah;
Ayie cinano didalam mangkuk dengan setangkai bunga suli atau bunga cino.
5. Magih Sahabat Makan
“Sahabat” maksudnya disini adalah arwah leluhur memiliki sahabat, baik berupa Ular Besar, Harimau Kunyit, Harimau Belang, Harimau Kumbang, Jenis Burung, dan lain sebagainya. Nah, bagi Para Pemangku Sko, Balian Salih, mereka harus menjaga hubungan baik dengan arwah leluhur dan sahabatnya tersebut, yakni dengan ritual magih sahabat sko/salih makan.
Dalam pelaksanaan penaikan Salih ini, Balian Salih juga akan mengumpulkan bahan-bahan dan alat-alat, balik yang dimasak seperti lemang, nasi ketan, ragam macam bunga ritual, buah-buahan, dan lain sebagainya.
Dalam acara naik Salih ini biasanya akan diadakan pesta budaya berupa tari asiek bersama.
7. Ritual Khusus Naek Sko
Sko ialah jabatan kepala suku/luhah/kalbu didalam suatu keluarga besar yang masih serumpun. Sko ada dua bagian, yaitu Sko nalak, dan Sko diangkat. Sko adalah milik Anak Batino, jika suatu masa Pemangku Sko sudah tidak layak lagi memangku jabatan tersebut maka Anak Batino bisa menurunkannya kembali. Sko nalak biasanya orang pilihan dari arwah leluhur yang mau di angkat menjadi Depati ataupun Ninik Mamak. Biasanya Sko Nalak ini akan menyakiti orang tersebut sebelum ia dinobatkan sebagai Pemangku Sko. Sedangkan Sko yang diangkat merupakan sko yang tidak dipakai karena yang memangku sko sebelumnya telah meninggal dunia, sehingga sko nya tidak terpakai. Jabatan Sko ini turun temurun dari Paman kepada kemenakannya berdasarkan :
1-Tap Sko; yaitu orang yang masih satu suku berdasarkan garis keturunan ibu;
2-Tap Tanah; yaitu orang yang masih bergiliran memakai/menggarap tanah warisan leluhur yang sama
3-Tap Jio; yaitu saudara bertetangga atau pengakuan dunsanak.
Sko itu ada dua tingkatan, yaitu :
(1)Penaikan Sko Depati dikenakan biaya 6 Rupiah;
(2)Sko Ninik Mamak dikenakan biaya 4 Rupiah.
Tatacara penobatan Gelar Sko ialah :
a. Anak Batino menentukan laki-laki dari sukunya yang akan memangku Sko;
b. Anak Batino magih tau kepada seluruh Anak Jantan Teganai Rumah serta Depati Ninik Mamak yang lainnya bahwa Anak Jantan mereka akan memakai Sko dengan cara mengundang dengan sirih satu lembar dan pinang satu buah.
c. Anak Batino Tuo dan Anak Batino Dalam mengumpulkan iuran (pa-gdang, pa-kecik) untuk biaya penobatan sko tersebut dan menyiapkan segala kebutuhannya, baik bunga-bungaan, lemang, jekat, maupun masak nasi dan gulai untuk acara syukuran;
d. Setelah alat cukup maka Anak Batino Tuo dan Anak Batino dalam mengundang Tiga Luhah isi Negeri dan Purbokalo Bungkan yang Empat untuk penaikan Gelar Sko di Rumah Gedang (rumah adat) dari suku mereka.
e. Dibagian dalam, Anak Jantan yang udah gagah menghadap ke Luwen yang dipandu oleh Baliyan untuk menaikan Sko secara adat dan budaya;
f. Calon pemangku Sko duduk dihadapan Depati Ninik Mamak dari suku lain serta Anak Jantan dari sukunya menghadap kearah Tiang Tuo, dimana disitu telah berdiri seorang Pemangku Sko yang akan menabahkan gelar kepadanya;
g. Anak Batino Tuo dan Anak Batino Dalam menghadap serta mengulurkan sirih kepada orang-orang yang hadir untuk memberitahu bahwa Anak Jantan mereka siap untuk dinaikkan sko.
h. Anak Jantan yang akan dinaikkan sko duduk diatas lapik buntak, dibawah batu hampar dan payung kembang sekaki untuk disumpahi dengan penabahan gelar (dilantik);
i. Sko Rumah Gedang akan membunyikan Tabuh larangan sebagai tanda acara sakral akan dimulai;
j. Gelar di tabah/ dibacakan khutbah penaikkan Sko oleh juru yang ditunjuk untuk melantik.
k. Acara selesai, dilanjutkan dengan iring-iringan keliling kampung seraya menyanyikan lagu puji-pujian terhadap Anak Jantan yang baru memakai sko.
l. Selanjutnya berkumpul dirumah Anak Batino untuk acara kenduri syukuran;
Selama tiga malam, si Pemangku Sko tidur dirumah Anak Batino seraya menjaga jekat di luwen.
8.Kanuhi Ajun Arah
9.Kanuhi Sko/ Manggin Ninik Mamak
B.Palaho Yang Berkenaan dengan Tempat
1.Palaho Mintak Tanah / Bategak Umah
2.Ritual masuk Imbo
3.Ritual Bakahang
4.Ningin Umah / Malahen Umah
5.Nganjak Uhang Tanah / Uhang Taman
6.Pulong
7.Ayun Luci
8.Tulak Bala
C.Pengobatan Tradisional Kerinci
1.Tawa Sapo
2.Pembuatan Jimat
3.Tangkan Jin, Iblis, Syaithan
4.Obat Sakit Pinggang
5.Obat Sakit Perut
6.Obat Kno Kuho (malaria)
7.Pangasihan
****************************BERSAMBUNG....................
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI