Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tipe Orang "Semendo" di Kerinci-Jambi

22 Juli 2022   00:48 Diperbarui: 22 Juli 2022   01:00 1781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Teganai Luhah Temenggung Kayo Rajo Simpan Bumi Siulak Gedang

Disusun Oleh : Zarmoni (Penggiat seni dan budaya Kerinci)

Semendo" ialah seorang suami yang tinggal di rumah dan lingkungan keluarga besar isterinya. Dikarenakan Kerinci menganut sistim Matrilinial (garis keturunan ibu), maka ketika sudah menikah suami harus tinggal di rumah mertuanya walaupun Cuma sementara waktu. 

Dan keakraban didalam keluarga, biasanya lebih cenderung kepada pihak perempuan/ isterinya. Suami tersebut didalam lingkup keluarga besar isterinya di sebut dengan “Uhang Semendo”.

Kedudukan uhang semendo ini tetap dibawah kekuasaan para “Teganai”. Teganai ialah Paman dari sang isteri yang memakai “Sko” (Gelar adat, Depati dan Ninik Mamak), serta ditambah dengan saudara laki-laki dalam satu kalbu/suku dari siterinya yang disebut “Anak Jantan”.

Betapapun tinggi jabatan dan kharismatik seorang semendo, ketika berada dilingkup keluarga besar isterinya, ia tetap di bawah kekuasaan para teganai. 

Namun demikian, ada beberapa tipe orang semendo di tanah Kerinci, ketika seorang semendo yang pintar dan berwawasan luas ia akan dijadikan tempat bertanya dan meminta saran, sebaliknya ketika orang semendo merupakan seorang jumawa, ia akan dijadikan sebagai benteng keluarga, saran dan pendapat orang semendo tetap dihargai, 

namun ketika ia telah melibatkan diri dalam pro dan kontra, yang menyebabkan terjadinya propaganda maka orang semendo ini akan di tegur oleh para teganai.

Dokpri. Teganai Luhah Temenggung Kayo Rajo Simpan Bumi Siulak Gedang
Dokpri. Teganai Luhah Temenggung Kayo Rajo Simpan Bumi Siulak Gedang

Ada beberapa tipe orang semendo di tanah Kerinci, yaitu :

A. Tipe Pertama 

  1. Semendo Gajah Gedang
  2. Semendo Kucing Kuruh
  3. Semendo Langau Hijau
  4. Semendo kacang Miang

          1. Semendo Gajah Gedang (Gajah Besar)

Terasa Besar ingin melanda yang kecil, berpendapat bahwa kulitnya lebih liat, merasa tulang lebih besar: Menghantam Adat dan Pusaka Orang Lain- Memakan cupak dan gantang. Ingin melampau tingginya pucuk, ingin lebih besar dari pada batang, ingin lebih dalam dari denyut nadi, merampung ilmu semua penghulu, ingin melengserkan penguasa. 

Sebagaimana pepatah adat mengatakan : Tuan Datuk ke sungai ulak, singgah berhenti di Pinang Awan,  gemuk membuang lemak, cerdik membuang kawan, itulah semendo gajah besar.

Yang Mano dikatokan Semendo gajah gedang

Aso gedang nak manando, ngato ka jangat lebih liat, ngatokah tulang lebih gedang : - Makan adat dingan pasko, - Makan cupak dingan gantang. Nak tinggi pado pucuk, nak gedang pado batang, nak lalam dari urat tunggan, nak nampung tekap panghulu, nak nipak batin dibalai.

Seperti parapatah adat mengatokan : Tuan datuk kasungai ulak, singgah buranti dipinang awan, awak gepuk mambuang lemak, awak cerdik mambuang kawan, itulah semendo gajah gedang.

2. Semendo Kucing Kurus

Semendo kucing kurus ini ialah seperti semut didalam buah ara, tidak tahu siang dan malam, tidak tahu selatan dan utara, tidak tahu sanak famili, tidak tahu sanak saudara. 

Sudah semak jalan ke pasar, sudah gelap jalan ke tepian mandi, sudah terang jalan ke dapur, ada burung elang, ada burung sawai, dari pada perempuan bersusah payah, biarlah badan terendam karam, mati lah ayam mati sendirian.

Seperti pepatah adat mengatakan :

Ke rimba ke talang jauh, capung di dalam padi, jikalau kita semenda jauh, sering-sering duduk bersama kanti (kawan).

Yang Mano dikatokan Semendo Kucing Kurus :

Cinak semut dalam buah aro, idak tau siang dingan malam, idak tau ili ngan mudik idak tau sanak famili, idak tau sanak saudaro. Lah semak jalan kabalai, lah kelam jalan ketapian, lah terang jalan kalapu, ado lang lah ado sawai, pado batino susah payah, bialah badan ndam karam, matilah ayam matilah tunggan. 

Seperti parapatah adat mengatokan :

Karimbo katalang jauh, samabat didalam padi, kalu kito semendo jauh, kuat-kuat duduk ngan kanti. Itu dikatokan semendo kucing kuruh.

Dokpri. Menjelaskan fungsi alat-alat ritual budaya Kerinci kepada Mahasiswa ITB
Dokpri. Menjelaskan fungsi alat-alat ritual budaya Kerinci kepada Mahasiswa ITB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun