Mohon tunggu...
Zanahara Cahaya
Zanahara Cahaya Mohon Tunggu... lainnya -

sedang belajar menulis, pengembara yang suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lumpur Mendidih di Tengah Kebun Sawit

29 Juni 2013   12:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:15 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="http://sabah.home.net.my/"][/caption]

Bukan lumpur sembarang lumpur, eh ini lumpur bisa mendidih

Happy weekend....kompasioner! Baru saja saya dan teman serumah berkunjung ke kolam lumpur mendidih, disini disebut mud pool. Kolam lumpur ini bisa mengeluarkan gelembung macam gelembung air saat sudah mendidih. Kolam lumpur ini terletak di tengah perkebunan sawit Ladang Binuang yang ada di distrik Kunak, Sabah-Malaysia. Dari rumah kami berjarak 5 km ditempuh dengan sepeda motor. Jalan terbuat dari tanah yang dikeraskan sehingga motor kujalankan pelan saja. Perkiraanku tempat itu semacam lumpur LAPINDO di Porong yang panas. Eh ternyata kolamnya berada di tengah ladang sawit yang rimbun. Seperti muncul begitu saja, nyleneh. Di sekelilingnya tanahnya berwarna cokelat kekuningan dan di kolam itu berwarna abu-abu. Sungguh kontras! Dan lagi setelah aku menyentuhnya ternyata lumpurnya tidak panas. Dan baunya alami...tidak berbau busuk. Beberapa menit sekali terdengar bunyi gemuruh pelan dari dalam tanah dan...blubbb letupan keluar. Begitu terus tidak habis-habisnya. Bagian yang meletup kata Niswa disebut sebagai 'mata'. Pernah aku melihat fenomena lumpur itu di liputan TV Indonesia, Bledug Kuwu kalau tidak salah namanya. Air letupan di Bledug Kuwu asin sehingga dapat diproses menjadi garam. Berbeda dari Bledug Kuwu, air di kolam lumpur rasanya tawar saja. Niswah pernah mendapat cerita dari kakeknya, pernah ada anak gajah yang hampir tenggelam ke dalam kolam lumpur itu. Sumber di pusat letupan memang dalam dengan tekstur lumpur yang diam-diam mampu menenggelamkan. Masyarakat disini banyak yang menggunakan lumpur itu pada wajahnya sebagai masker. Katanya sih bisa membuat kulit lebih halus. Tapi sayangnya aku belum sampai membuktikan di wajah, hanya tangan saja. Dan ternyata benar....setelah lumpur setengah mengering dan telapak tangan kucuci rasanya menjadi lebih halus dan lembut. Bisa dipakai menjadi masker dan lulur gratis. Dan kemudian kami benar-benar memasukkan lumpur ke dalam botol air minum1,5 liter. Lumayan bisa untuk maskeran selama berbulan-bulan sepertinya. Toh kalau habis tinggal mengambil lagi, gratis tis tis...tanpa tiket masuk pula. Oh iya, untuk masuk ke kolam lumpur memang tidak dipungut biaya. Memang tidak ada fasilitas, hanya kolam lumpur dengan semacam dermaga kayu untuk pengunjung. Selain itu ada bangunan kayu tinggi semacam panggung untuk sebagai titik pandang. Ditambad dengan satu toilet/ kamar mandi yang disini disebut tandas. Jangan tanya warung atau penjual makanan. Kalau ke sini harus membawa camilan sendiri. Demikian kisah weekend ku Sabtu ini ^_^ Ditulis dengan Niswa (7 th) selaku penduduk asli sebagai narasumber [caption id="attachment_271249" align="aligncenter" width="300" caption="Dokumentasi pribadi"]

1372483033250513653
1372483033250513653
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun