Mohon tunggu...
Zamila Dwi Septiani
Zamila Dwi Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia

Saat menulis, aku tak suka titik. Aku gemar tanda koma. Tolong jangan perintahkan aku untuk berhenti dan tenggelam dalam stagnansi. - Leila S. Chudori

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tindak Tutur dan Perbedaan Perspektif: Sebuah Kajian Pragmatik dalam Hubungan Romansa

14 Juni 2025   14:01 Diperbarui: 14 Juni 2025   14:01 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam percakapan ini, Zoya menggunakan tindak direktif secara tidak langsung ia meminta sesuatu. Namun Dean menjawab dengan tindak representatif, menyatakan pandangannya sendiri. Ketidaksinkronan ini jadi awal mula salah paham.

Implikatur dan Pelanggaran Maksim

Menurut Grice (1975), komunikasi efektif membutuhkan kepatuhan terhadap empat maksim: kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara. 

Ketika Dean menyebut "obat nyamuk" sebagai pengganti bunga, ia mungkin melanggar maksim relevansi (karena perbandingan itu tidak sesuai dengan ekspektasi konteks) dan cara (karena dikatakan dengan candaan yang ambigu).

Dalam kerangka implikatur, Dean sebenarnya bermaksud menunjukkan bahwa ia peduli, tapi bentuk kepeduliannya tidak sesuai dengan norma simbolik yang Zoya harapkan. Maka, makna baik itu gagal ditangkap karena penyampaiannya tidak selaras dengan konteks emosional dan harapan lawan bicara.

Konteks Sosial dan Dua Sudut Pandang

Levinson (1983) dan Yule (1996) menjelaskan bahwa konteks adalah kunci dalam memahami makna ujaran. Dalam hal ini, Zoya dan Dean hidup dalam dua sistem makna berbeda:

  • Bagi Zoya, romantisme diwujudkan lewat simbol seperti bunga.
  • Bagi Dean, kasih sayang berarti memberi sesuatu yang bermanfaat secara nyata.

Keduanya sama-sama menunjukkan perhatian, tapi perbedaan perspektif mereka terhadap bentuk perhatian itulah yang menciptakan jarak makna.

Kisah Zoya dan Dean mungkin tampak sepele, tapi sangat representatif dari banyak hubungan, niat baik sering terhenti di batas bahasa. Kajian tindak tutur dalam pragmatik menunjukkan bahwa ucapan harus dipahami bukan hanya dari bunyinya, tapi juga dari konteks, niat, dan harapan yang menyertainya.

Romansa bukan hanya soal kata-kata yang indah, tapi bagaimana dua orang belajar menangkap maksud satu sama lain, meski disampaikan dengan cara yang berbeda. Karena terkadang, seseorang memberi "obat nyamuk" bukan karena tidak mencintai, tapi karena ia pikir itu bentuk cintanya yang paling jujur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun