Mohon tunggu...
Zamila Dwi Septiani
Zamila Dwi Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia

Saat menulis, aku tak suka titik. Aku gemar tanda koma. Tolong jangan perintahkan aku untuk berhenti dan tenggelam dalam stagnansi. - Leila S. Chudori

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tindak Tutur dan Perbedaan Perspektif: Sebuah Kajian Pragmatik dalam Hubungan Romansa

14 Juni 2025   14:01 Diperbarui: 14 Juni 2025   14:01 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi dalam hubungan romansa tidak pernah sesederhana susunan kata. Ucapan bisa menyampaikan cinta, bisa juga menimbulkan luka. Kadang, masalah bukan terletak pada niat yang jahat, tetapi pada perbedaan cara memahami ucapan. Hal ini menjadi perhatian dalam kajian pragmatik, khususnya melalui teori tindak tutur.

Mari kita lihat contoh nyata berikut:

Zoya: "Aku dikasih bunga loh sama temen aku. Harusnya kamu juga ngasih aku bunga."

Dean: "Ngapain aku ngasih bunga? Mending ngasih obat nyamuk."

Bagi Zoya, pernyataan itu adalah harapan akan apresiasi dalam bentuk simbolis seikat bunga. Tapi jawaban Dean justru membuatnya kecewa. Ia merasa diremehkan, bahkan tidak diprioritaskan. 

Namun dari sisi Dean, ada niat baik yang tidak terbaca. Ia menganggap bunga hanya bersifat sementara dan akan layu jika sudah didiamkan, sedangkan obat nyamuk adalah hal yang benar-benar berguna untuk mencegah gigitan nyamuk yang bisa mengganggu tidur Zoya. Bagi Dean, itulah bentuk kasih sayang yang nyata.

Melihat Ucapan Lewat Tindak Tutur

Menurut Austin (1962), setiap ucapan memiliki tiga dimensi:

  • Tindak lokusi: apa yang dikatakan (kalimat harfiahnya),
  • Tindak ilokusi: maksud di balik ucapan,
  • Tindak perlokusi: dampak ucapan pada lawan bicara.

Zoya berharap pernyataannya dibaca sebagai permintaan penuh harap tindak ilokusi berupa ajakan romantis. Sementara Dean menjawab dengan pernyataan representatif berdasarkan logika praktis, yang sayangnya menghasilkan tindak perlokusi berupa kekecewaan.

Teori ini dikembangkan lebih lanjut oleh Searle (1969), yang membagi tindak tutur ke dalam beberapa jenis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun