"Untuk efisiensi waktu, kita selalu mulai dari tempat terjauh, biasanya dari dalam ke luar rumah," tambah ibu. "Dan kita membersihkan dari atas ke bawah---langit-langit dulu, baru dinding, dan terakhir lantai. Dengan begitu, debu yang jatuh tidak mengotori area yang sudah dibersihkan."
Waktu kecil saya selalu mengeluh kalau disuruh bersih-bersih rumah, namun sekarang saya menyadari bahwa momen ini termasuk momen langka sekaligus menyenangkan karena seluruh anggota keluarga berkumpul, bekerja sama disambi mengobrol dan beberapa kali mengulas masa lalu apabila menemukan sebuah kenangan.
Setelah semua bersih, langkah terakhir adalah memberikan sentuhan khusus yang membuat rumah terasa benar-benar baru."Gorden, sarung bantal dan taplak meja harus selalu kita ganti dengan yang bersih atau bahkan yang masih baru," jelas ibu sambil membawa gorden yang kemarin sudah dicuci lebih dulu. "Ini memberikan nuansa segar pada rumah, karena wangi yang menempel."
Bapak memiliki ritual khusus: menata ulang perabotan di ruang tamu. "Sedikit perubahan posisi kursi atau meja bisa memberikan kesan ruangan yang benar-benar baru. Tamu-tamu yang datang biasanya tidak sedikit jadi efisiensi ruangan harus benar-benar diperhatikan."
Setelah adzan dhuzur berkumandang rumah sudah terlihat rapi dan bersih "Rumah bersih begini rasanya seperti hidup di tempat baru," ucap kakak sambil meregangkan badanya. "Rasanya jadi lebih semangat menyambut Lebaran."
Ibu menatap hasil kerja kami dengan bangga. Rumah sederhana kami kini berkilau, siap menyambut tamu dan sanak saudara yang akan berkunjung. "Bersih-bersih memang melelahkan, tapi hasilnya selalu sepadan. Yang paling penting, kebersamaan yang tercipta selama proses ini tak ternilai harganya."
Bapak mengangguk setuju. "Di zaman serba cepat ini, momen kita berkeringat bersama, bekerja untuk satu tujuan yang sama, menjadi langka. Bersih-bersih Lebaran mengingatkan kita pada nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang jadi inti dari masyarakat kita."
Setelah rangkaian kegiatan bersih-bersih rumah dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah membersihkan diri sendiri. Tentunya pada saat membersihkan rumah maka debu-debu bisa saja menempel pada tubuh selain itu perasaan badan yang lengket membuat tidak nyaman yang mengharuskan untuk mandi. Tidur siang kali ini kami tidur dengan tenang di rumah yang bersih, hati yang lega, dan antisipasi akan kebahagiaan Lebaran yang semakin dekat.
Mungkin benar kata ibu: Lebaran tanpa bersih-bersih, memang seperti ketupat tanpa opor---masih bisa dinikmati, tapi ada yang kurang sempurna. Dan saya menyadari, ritual ini bukan sekadar tentang kebersihan rumah, tapi juga tentang membersihkan hati dan mempererat ikatan keluarga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI