Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bilang Anakku, "Ayah Pasti Menyesal, Jika Tak Mengenal Tzuyu!"

7 Juni 2021   22:29 Diperbarui: 7 Juni 2021   23:03 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bergantian atau bersamaan, unjuk kebolehan melakukan tarian yang mengandalkan kelenturan tubuh itu. Mulai dari kelenturan kaki mirip walk moon-nya Michael Jackson, kelenturan tangan bak artis pantomim, hingga tarian perut plus pelintiran kepala.

Ada juga pertunjukan paket lengkap! Semisal gaya kura-kura terbalik, cacing kepanasan, atau jalan kepiting. Pokoke, masa itu, siapa yang bisa breakdance, keren!

Sependekamatanku. Beberapa gerak tarian grup band idola anakku itu, juga menggunakan dasar-dasar gerakan breakdance. Atau aku keliru, ya?

Gegara Lupus, Rambut pun Berjambul

Saat ada film Lupus, setelah booming buku serialnya. Maka, tiada hari tanpa mengunyah permen karet. Anggaran jajan diatur dengan cermat, agar bisa membeli permen karet.

Aku butuh sekian minggu, berlatih membuat gelembung karet. Dengan derita lidah, bibir, dan rahang yang sukar dijelaskan. Tujuannya? Hanya untuk pamer kepada teman, jika aku pun bisa seperti mereka.

Tak hanya itu. Potongan rambut juga ditata sedemikian rupa. Rambut disisir berjambul, tak lupa diolesi putih telur. Kenapa putih telur? Ilmu anak-anak di kampungku masa itu, biar bentuk jambulnya stabil dari gangguan angin.

Tak jarang, urusan rambut yang lebih panjang di atas ubun-ubun itu menjadi masalah. Walau sudah disembunyikan rapi di balik topi, atau diolesi minyak rambut atau putih telur, tetap saja ketahuan, dan menjadi sasaran gunting saat guru razia sebelum upacara.

Pernah ada temanku yang nekad melawan, ujung-ujungnya malah lebih parah. Aku termasuk kaum pasrah. Namun, dalam hati tetap saja berucap, "teganya, teganya, teganya!"

Keriuhan dan kelucuan akan hadir, ketika semua rebutan menganggap dirinya sebagai
Lupus. Susah mendapatkan teman yang mau dibujuk dan ikhlas berperan sebagai Boim atau Gusur.

Aku tak bisa nulis alasannya, nanti dianggap body shaming. Jadi, karakter tokoh pada serial Lupus, sila seluncur di Mbah Gugel, ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun