Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Usai Layar Terkembang, Menciptakan Peradaban dan Menyusun Keabadian

5 Januari 2021   13:35 Diperbarui: 5 Januari 2021   13:59 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustatrasi gambar Perahu Layar (sumber gambar : pixabay.com)

"Tidak selamanya angin bertiup seperti harapan para pelaut."

Sepotong petuah kuno ini, kukira cukup untuk menjelaskan, hidup kadangkala tak selalu sesuai harapan.

Seorang pelaut tak akan berhenti menjadi pelaut, hanya karena tak ada angin. Pelaut yang tangguh, akan terus berusaha menemukan cara menaklukkan laut tanpa angin. Begitu juga cara mengendalikan perahu saat diterjang badai dahsyat di tengah samudra.

Berbeda kisah dengan petani. Tiga bulan sebelum pergantian tahun, temanku menyiapkan sepetak lahan yang sengaja ditanami jagung. Berharap, saat pergantian tahun akan panen. Dan meraih keuntungan di malam tahun baru.

Namun, curah hujan yang tinggi di bulan Nopember dan Desember, memberangus harapan itu. Hasil panen, tak cukup mengembalikan modal awal yang sudah dikeluarkan. Belum terhitung waktu serta tenaga.

Sebaliknya. Jika musim kering dan nyaris kemarau. Kisah-kisah nyaris serupa tetap saja hadir, dan terus lahir dengan alur yang berbeda. Usai mengeluh sambil menikmati secangkir kopi, teman-temanku akan kembali melanjutkan hidup. Menyelesaikan apa yang sudah dimulai.

Mereka terbiasa berdiri di antara keberhasilan dan kegagalan. Mereka terlatih memupuk kembali harapan, dari pada terbenam berkubang penyesalan. Dan, pengalaman serta pengetahuan tentang laut dan tani terus saja dibagikan secara turun temurun.

Hematku, sosok Pelaut yang tangguh dan Petani yang gigih itu, juga bisa ditemukan di rumah besar Kompasiana. Beliau adalah Mamanda Tjiptadinata Effendi dan Bunda Roselina Tjiptadinata.

Nyaris setiap hari, tersaji tulisan berisi kisah pahit dan manis kehidupan, daya tahan dan perjuangan, serta sketsa kebahagiaan yang inspiratif juga memberi manfaat bagi pembaca. Aku  hanya butiran debu dari barisan kisah panjang itu.

Ilustrasi Mamanda Tjiptadinata dan Bunda Lina (sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Akun Kompasiana Tjiptadinata Effendi)
Ilustrasi Mamanda Tjiptadinata dan Bunda Lina (sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Akun Kompasiana Tjiptadinata Effendi)
"Faktor X" untuk Mamanda Tjiptadinata dan Bunda Roselina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun