Ketiga. Keluar dari Zona Nyaman dan Membantu Orang Lain.
Manusia makhluk istimewa. Akan ada hati nurani yang terpanggil untuk membantu sesama. Semau dan semampunya. Tak perlu memaksakan diri. Sekecil apapun yang dilakukan, bisa jadi itu bermanfaat bagi orang lain. Yang kemudian disebut dengan "rasa kemanusiaan".
Kulihat di linimasa media sosial milikku. Tak hanya dari kalangan public figure dan influencer. Namun banyak teman-temanku yang melakukan aksi bersama untuk sesama. Ada juga yang membuat pamflet dan selebaran semisal cara mencuci tangan atau menjaga kebersihan, bahkan video tutorial!
Ada yang secara perorangan atau kelompok, menghimpun dana untuk memproduksi dan menyiapkan serta membagikan masker dan cairan handsanitizer. Ada juga yang melakukan penyemprotan cairan disinfektan di Masjid, Musholla atau rumah-rumah warga.
Tak bermaksud melakukan pengabaian terhadap upaya jajaran pemerintahan dari pusat hingga daerah terpencil hingga perjuangan teman-teman tenaga medis. Namun, orang-orang yang memasuki tahapan ketiga ini, adalah orang-orang luarbiasa.
Setiap manusia, idealnya akan melalui tiga tahapan ini. Hanya saja, ada yang cepat dan ada yang lambat beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang terjadi.
Terkadang, ada juga yang betah pada tahap satu. Menghanyutkan diri dalam kecemasan dan ketakutan yang mendalam. Terkadang memupuk kecurigaan sambil sibuk memainkan telunjuk ke segala arah.
Ada yang bertahan di tahap dua. Memiliki pengetahuan dan kemampuan, namun digunakan untuk diri pribadi atau keluarga terdekat. Tak masalah, kan? Yang penting tak mengganggu dan merugikan orang sekitar.
Bagiku, jika ada rekan Kompasianer atau pembaca, sudah sampai di tahap ketiga. Maka, sungguh makhluk istimewa. Tahniah dariku!
Aku belum memiliki rumus kebaikan, ketulusan atau keikhlasan. Namun, masih ada saja orang atau pihak yang "memanfaatkan" situasi ini. Baik dengan motif ekonomi, politik atau apalah namanya.