Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Orang-orang "Hilang" di Panggung

20 Maret 2020   20:26 Diperbarui: 21 Maret 2020   05:42 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Sebagai ayah, dalam tiga hari ini, aku tiba-tiba merasa "kehilangan panggung". Biasanya, setiap pagi. Aku sudah sibuk memanaskan mesin motor, memberikan uang jajan, serta mengantarkan  dan menjemput anak-anak sekolah.

Bagi orang lain mungkin saja, rutinitas itu merupakan hal yang sepele. Namun tidak bagiku. Aku kehilangan salah satu peranku sebagai orangtua. Berbincang hal-hal ringan di atas motor hingga sampai di gerbang sekolah.

Begitu pula saat menjemput pulang. Biasanya aku akan mendengarkan kicauan anakku tentang pelajaran yang baru diketahui atau yang sulit dimengerti. Tentang guru yang menyenangkan atau menyeramkan, tentang kisah teman yang lucu atau menjengkelkan.

"Kenapa liburnya lama, Yah?"

Tak perlu aku jelaskan, tah? Mereka sudah mendapatkan asupan informasi lebih dari cukup tentang kondisi terkini dampak dari coronavirus, hingga harus menjalankan tahapan pencegahan dengan cara begini.  

Kukira, dari ungkapan itu, anakku mulai merasakan titik jenuh. Bukan saja karena bosan berhadapan dengan buku pelajaran dan ponsel. Namun juga kehilangan panggung sebagai siswa.


Aku dan anak-anakku, hanya kehilangan panggung tentang peran dalam keseharian. Namun bisa dilakukan dengan pilihan kegiatan-kegiatan lain sebagai pengganti. Namun banyak orang yang kehilangan panggung dan esensi sekaligus.

Guru adalah profesi yang paling banyak kehilangan panggung. Fungsi digantikan dengan berbagai perangkat teknologi berbentuk chat, foto atau aplikasi. Perannya digantikan oleh orangtua dalam membimbing belajar anak di rumah.

Pemilik kantin di sekolah, kehilangan pelanggan sekaligus penghasilan. Supir angkutan kendaraan sekolah, pengendara ojek, beberapa pedagang makanan kecil yang biasa mangkal dengan gerobak di sekitar gerbang sekolah.

Semua merasa kehilangan. Sekecil apapun panggung yang mereka miliki. Kehilangan tetaplah kehilangan.

Pada skala yang lebih besar. Di ruang-ruang publik rasa kehilangan itu semakin membesar. Kehilangan itu bukan pada panggung. Tapi pada pelaku di atas panggung!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun