Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tenun Lombok, Batik Kaganga dan Kisah Sunyi Perempuan "Penjaga" Tradisi

16 Maret 2020   20:28 Diperbarui: 16 Maret 2020   21:50 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : https://bengkulu.antaranews.com/

sumber foto : https://curupedia.wordpress.com/
sumber foto : https://curupedia.wordpress.com/
Kisah Sunyi Batik Kaganga Rejang Lebong

Di tempat tinggalku, khususnya Kabupaten Rejang Lebong, sependektahuku tak ada penenun atau perajin songket. Yang ada perajin batik Kaganga.

Motif batik Kaganga Rejang Lebong ini, memiliki 3 ciri khas utama, selain aneka flora dan fauna yang acapkali dijumpai di berbagai jenis motif batik di Nusantara.

Pertama. Huruf Kaganga atau Aksara Rejang. Dikenal juga oleh masarakat dengan sebutan "surat 'ulu". Istilah Kaganga sendiri diciptakan oleh Mervyn A Jaspan (1826-1975), Antropolog berkebangsaan Inggris. (link tentang Kaganga bisa lihat di bawah tulisan)

Kedua. Bunga Rafflesia Arnoldy. Sebagai wilayah habitat bunga langka dan menjadi simbol propinsi Bengkulu. Maka kelopak bunga Reflesia akan ada dalam setiap disain batik Kaganga.

Ketiga. Bokoa Iben (tempat daun sirih). Sejatinya khas Rejang, tempat daun sirih itu terbuat dari anyaman daun pandan atau bambu berbentuk segi empat. Yang biasanya hadir dalam acara-acara adat semisal "bekulo". Namun, simbol itu "berganti" dengan wadah yang biasa kita lihat dan terbuat dari kuningan.

Dulu, batik Kaganga adalah barang mewah dan wah. Harganya menjadi mahal dan hanya dipakai oleh orang tertentu dan pada acara tertentu. Selain proses pembuatannya sebagaimana batik tulis yang butuh waktu lama. Juga perajinnya yang sedikit dan mengerjakan jika ada pesanan.

Kisah sunyi batik Kaganga, dimulai dengan beberapa cara. Semisal gencarnya promosi budaya propinsi Bengkulu, termasuk Rejang Lebong awal tahun 90-an, salah satunya sebagai souvenir khas daerah.

Kemudian himbauan (kewajiban?) bahwa pejabat di daerah musti memiliki seragam batik Kaganga, hingga kemudian semua siswa di sekolah musti memiliki seragam batik Kaganga.

Dampak positifnya? Dengan promosi serta himbauan itu, Batik Kaganga mulai dikenal luas sebagai budaya khas Rejang Lebong juga propinsi Bengkulu. Dan sebagai cara untuk mempertahankan juga melestarikan budaya daerah.

Negatifnya? Konsep home industry dengan batik tulis bergeser! Berganti dengan mesin-mesin industri. Beragam corak dan warna batik Kaganga melalui pabrikasi dan dicetak dengan sistem print.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun