Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Stigma dan Fenomena "Kids Jaman Now"

6 Maret 2020   20:20 Diperbarui: 6 Maret 2020   23:22 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Berbagai cap negatif kerap diajukan. Mulai dari buta sejarah, diperbudak gawai dan game online, berbicara tak pantas, kurang sopan santun kepada orangtua, rentan pergaulan bebas dan narkoba, hingga tawuran tanpa alasan yang jelas, semata atas nama solidaritas pertemanan.

Kenapa jelek semua? Tak adakah perilaku positif atau prestasi kids jaman now? Kukira, banyak! Namun yang membanjiri media cetak dan elektronik juga media sosial acapkali fenomena buruk, tah?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Kaum Muda versus Media Sosial

Sekarang ini, Kaum Muda terlibat pertarungan sengit, tak hanya pada tataran nilai, norma serta pengetahuan. Namun juga tentang status dan peran mereka di lingkungan sosial. Apalagi setelah hadirnya Internet.

Penetrasi internet secara pelan namun pasti juga mempengaruhi Kaum Muda. Menjamurnya penggunaan beragam gawai, bermacam media sosial dan indikasi hadirnya penyakit Nomophobia (no mobile phone phobia), membuktikan itu.

Internet menjadi bagian yang tak terpisahkan. Kedekatan itu melahirkan istilah "kaum rebahan". Untuk menjelaskan aktivitas yang dilakukan kaum muda dalam mengisi waktu luang. Ungkapan ini, bisa bermakna positif namun bisa juga negatif, kan?

Positifnya, era digital banyak memberi keuntungan dalam kehidupan manusia, bukan hanya pemasalahan komunikasi, namun juga akses yang luas hingga antar individu bisa terhubung tanpa sekat ruang dan waktu.

Di sisi lain, Kaum Muda bisa terjebak pada budaya instan walau memiliki respon dan kepekaan yang tinggi, sering beriteraksi dengan identitas berbeda bahkan anonim sehingga bisa berkomunikasi tanpa ikatan nilai dan norma. Terkadang tanpa sadar menjadi pelanggar hak cipta atau privasi seseorang.

Bahkan, "Perkawinan" kaum muda dan media sosial, dapat menjadi gerakan sosial baru yang mampu menjadi menekan atau mengubah keputusan pemerintah. Dahsyat, kan?    

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
3 Perspektif Kaum Muda

Dalam jurnal "Kebangkitan Kaum Muda dan Media Baru", Derajad S. Widhyharto menuliskan. Bahwa perubahan yang terjadi di masyarakat global maupun di Indonesia, pasti melibatkan kaum muda sebagai pelaku utama. Ada 3 cara memandang Kaum Muda. Aku tulis, ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun