"Iya!"
"Kenapa tak kau..."
Aku tahu. Kalimat itu takkan pernah selesai. Kali ini, bahuku kembali basah oleh air mata. Bukan airmatamu. Tapi milik ayahmu.
Terbata, kususun kalimat di antara sesak rasaku. Aku tahu, itu pengakuan terakhirku untukmu. Di hadapan ayahmu. Di antara butiran hujan yang berjatuhan menyapa tanah merah yang masih basah.
"Maafkan aku, Ayah! Salahku, terlalu mencintai anakmu."
Curup, 03.11.2019
zaldychan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!