Ashar baru sudah. Namaku dipanggil. Aku bergegas keluar kamar. Tiga mahasiswi berdiri di depan pintu. Junior di kampusku. Salah satunya ajukan net volly.
"Tolong pasangkan, Bang!"
Aku tertawa. Tak bicara. Diikuti ketiga junior, aku berjalan menuju lapangan. Sudah berkumpul Ibu-ibu dan mahasiswi di sekitar rumah kost. Sudah ashar jadual ibu-ibu dan remaja putri. Jam lima, baru giliran pemuda dan remaja putra.
Usia lapangan vollyball, lebih muda dua bulan, dari masa kostku di Anduring. Awalnya, tanah kosong belukar. Dengan alasan agar membaur antara anak-anak kost sebagai pendatang, dengan warga sekitar. Aku bersama beberapa pemuda. Ajukan izin gunakan tanah kosong.
Tak banyak negosiasi. Dua kali hari sabtu dan minggu. Pemilik dan penghuni rumah kost sekitar Anduring. Bekerja bersama, menentukan jadual serta jalankan iuran sukarela. Maka, terwujudlah lapangan vollyball lengkap dengan bola dan net.
Sore itu, lumayan cerah. Jika tak mau dibilang mendung. Net selesai kupasang. Bu RT tersenyum, serahkan peluit padaku.
"Main dulu!"
"Hah?"
"Kurang satu! Sekaligus wasit!"
Jika menolak, aku akan hadapi serbuan sebelas perempuan. Aku menyerah. Pertandingan dimulai. Aku lakukan dua peran. Pemain dan wasit. Tak lama, belum giliranku servis. Anak ibu kostku, sudah di lapangan. Peranku tinggal satu. Itu pun tak menentukan. Ketika pertandingan lebih seru dengan jeritan histeris dua belas perempuan!
Jelang jam lima. Penonton mulai berdatangan. Teriakan suporter dadakan jadi bonus, mewarnai sore itu. Semakin riuh bercampur tepuk tangan. Ketika namamu dipanggil. Aku terkejut. Mataku melihat sosokmu. Juga banyak mata diarahkan padamu. Kau berdiri kaku di depan pintu. Kutiup peluit panjang. Perhatian segera beralih padaku.