"Hah? Kapan nikahnya? Kenapa Ibu tidak..."
"Belum! Do'akan, Bu!"
"Amiin..."
Ibu pemilik bofet tengadahkan tangan. Menyapu kedua tangan ke wajahnya. Aku tertawa. Duet jari tangan kirimu, mengecil di pinggangku. Aku meringis. Kuraih kantong plastik di tanganmu yang berisi agar. Kau terkejut. Kuabaikan. Kuserahkan pada pemilik bofet.
"Boleh titip di kulkas, Bu? Berangkat satu jam lagi!"
"Boleh! Tapi Ini apa?"
"Itu sogokan!"
"Hah?"
"Agar-agar! Buatan Nunik untuk Amak Gaek! Khawatir cair..."
"Bagus! Itu baru namanya menantu teladan!"
"Bisa pesan jus jeruk hangat, Bu? Satu aja!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!