Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Judul Itu [Bukan] Bumbu

4 Maret 2019   11:33 Diperbarui: 4 Maret 2019   11:43 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by : pixabay.com

"Harus diusut tuntas!"
"Itu penghinaan agama. Berdasarkan..."
"Penjarakan dan hukum mati!"
"Hati-hati. Hanya pengalihan isu jelang pemilu!"

Lima layar komputer dihadapku berkedap-kedip. Bukan karena kurang asupan listrik. Tapi tanda, lima aplikasi media sosial berbeda terus bergerak turun. Memberi respond dari postinganku. Baru lima menit, kurilis. Empatratus tujuhpuluh tiga kali dibagikan. Duaratus empatpuluh sembilan komentar.

"Kemarin berapa postingan?"
"Tiga!"
"Yang merespon?"
"Tiga jutaan!"
"Haha..."
"Lumayan! Satu banding satu juta, kan?"

Ardi tersenyum mereguk kopi pagi di hadapnya. Matanya, bergantian memperhatikan kelima layar monitor dihadapku. Tepukan pelan, singgah di bahuku. Itu bukan hanya sentuhan ringan. Tapi juga sentuhan riang.

"Luar biasa! Sudah menyentuh angka sepuluh ribu?"
"Hehe.."
"Hebat! Tak membalas komentar?"
"Untuk apa? Antar mereka sudah saling balas komentar?"

Sekali lagi, Ardi menepuk bahuku. Anggukkan kepala, tanda setuju. Tiba-tiba Ardi, mengajukan layar HP ke wajahku. Itu nomor rekeningku.

"Aku sudah kirim sepuluh!"
"Kok sepuluh?"
"Duapuluh lagi, nanti!"
"Kau lupa per..."
"Sudah! Lakukan saja!"
"Tapi..."
"Aku ada pertemuan penting!"

Tak lagi bicara, Ardi pergi dari kamarku. Ruang pengap nyaris gelap. Menggali, menyigi dan melempar issu. Aku mengenal Ardi. Dari Tomi, teman satu angkatan saat kuliah. Yang tahu sepak terjangku di dunia digital ini. Ardi mengaku sebagai anggota ring satu. Salah satu calon. Aku tak peduli, selagi transaksi lancar. Akan kulakukan sesuai pesanan.

Dua minggu terakhir, transfer di rekeningku acapkali tertunda. Tujuh postingan senilai tujuhpuluh juta. Belum masuk rekeningku. Ditambah dua postingan kemarin. Tentu saja ditambah postingan barusan.

Kembali mataku menatap kelima layar komputer. Sudah menyentuh angka duaratus ribu yang melihat. Lebih separuhnya ikut membagikan. Dua jam lagi. Waktuku membuat postingan baru jam dua belas. Saat kulihat HP-ku bergetar di atas meja. Tertera nama Ardi.

"Hallo?"
"Ya!"
"Buat postingan tentang agama lagi!"
"Hah?"
"Terserah apa saja! Yang penting menarik pembaca!"
"Gak mau lagi! Aku gak ngerti urusan agama!"
"Kan bisa cari?"
"Urusan agama Itu sensitif!"
"Buat saja!"
"Lunasi dulu, jatahku!"

Kumatikan HP. Ardi melupakan sesuatu. Jika kemitraan sudah bertukar menjadi atasan dan bawahan. Aku tak suka itu. HPku bergetar satu kali. Hanya pesan singkat dari Tomi.

"Yang Ardi sudah lancar?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun