Mohon tunggu...
Tjut Zakiyah Anshari
Tjut Zakiyah Anshari Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB, domisili Tulungagung.

https://linktr.ee/tjutzakiyah Ibu rumah tangga, penulis, dan narablog di zakyzahra-tuga.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Presidensi G20 Afirmasi Perempuan dalam Ekonomi dan Keuangan Berbasis Digital

19 Juli 2022   20:08 Diperbarui: 19 Juli 2022   20:30 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Training for Trainer bagi pegiat kelurahan di perkotaan Tulungagung | Foto koleksi pribadi.

Membincangkan peran perempuan dalam geliat perekonomian Nasional tidak bisa dilepaskan dari partisipasi perempuan di seluruh sektor pembangunan, mulai di sektor pendidik, kesehatan, sosial budaya, dan lainnya. Artinya, jika di sektor-sektor tersebut tingkat partisipasinya kuat, maka besar pula kiprah perempuan dalam menguatkan perekonomian Indonesia.

Kerentanan dan Angka Demografi.

Perempuan dan penyandang disabilitas termasuk kelompok rentan karena berpotensi besar menerima stigma, diskriminasi, ketidakadilan, dan terlanggarnya hak-hak mereka. Terlebih pada perempuan yang juga penyandang disabilitas.

Potensi pembangunan perekonomian juga dipengaruhi oleh jumlah perempuan dan penyandang disabilitas usia produktif cukup tinggi. Jumlah perempuan usia produktif sebesar 68,52% dari jumlah total penduduk perempuan Indonesia, sedangkan laki-laki 68,73% dari total penduduk laki-laki[1]. Secara keseluruhan, terdapat lebih 60% penduduk Indonesia usia produktif. 

Sementara penyandang disabilitas usia produktif berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 terdapat 162.732.512 jiwa (0,15% dari penyandang disabilitas dunia[2]), dengan rincian 151.733.302 penyandang disabilitas ringan dan 9.549.485 sedang[3]. Sementara itu, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 melaporkan bahwa 25,2%[4] dari total penyandang disabilitas usia produktif adalah perempuan. 

Bagan demografi menunjukkan penggelembungan pada penduduk usia produktif, artinya jika penduduk usia produktif ini secara totalitas dilibatkan secara aktif dalam pembangunan yang inklusif, maka bisa mempercepat tercapainya SDGs 2030. 

Salah satunya sangat bergantung pada para pengambil kebijakan merespon pengalaman positif serta tantangan-tantangan yang masih ada, tidak hanya secara nasional, namun juga global. Karena itulah, forum G20 memiliki peran penting yang akan turut menentukan arah kebijakan pembangunan Indonesia dan 19 anggota lainnya secara inklusif.

Untuk selanjutnya, penyebutan "perempuan" dalam tulisan ini juga mencakup "perempuan penyandang disabilitas".

 

Afirmasi Perempuan Dalam Inklusi Ekonomi dan Keuangan

Sekitar tujuh tahun lalu isu-isu meningkatkan partisipasi perempuan ---termasuk perempuan penyandang disabilitas--- melalui pembangunan secara inklusif mulai menjadi agenda penting di semua sektor pembangunan. Pada ranah ekonomi, beberapa aktivitas peningkatan kapasitas mulai menetapkan indikator keberhasilan jika minimal 30% peserta adalah perempuan.

Selain itu, sebagai upaya percepatan, secara khusus disusun program serupa bagi perempuan dan penyandang disabilitas, seperti pelatihan kewirausahaan, pelatihan pemasaran berbasis digital, pendampingan, dan bantuan permodalan baik melalui bank atau institusi non-bank. Selain pemerintah, perguruan tinggi, LSM, juga Bank Indonesia hadir sebagai penyelenggara atau mitra program.

Seiring pembangunan ekonomi secara inklusif, tampak dampak pada peningkatan aksesabilitas sumber dan layanan ekonomi bagi kelompok rentan, pertumbuhan usaha-usaha yang dikelola perempuan menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, terutama di usaha mikro dan kecil. 

Hingga pada forum Side Event the 66th Session of the Commision on the Status Women (CSW66) bulan Maret 2022 lalu ---tepat dua tahun pandemi Covid-19--- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa perempuan pengusaha telah memberikan kontribusi yang besar, yaitu 60% PDB Indonesia, terutama dari sektor kuliner, fesyen, dan kriya.

Pertumbuhan dan perkembangan ini tidak luput dari kebijakan inklusi keuangan yang memudahkan para perempuan pengusaha untuk mengakses permodalan secara lebih ramah pada kelompok rentan. Artinya, mereka dapat mengakses produk dan layanan keuangan sesuai dengan kebutuhan, aman, nyaman, dan terjangkau. 

Sehingga secara berkelanjutan, kelompok rentan ini mampu mewujudkan kemandirian dan peningkatan ekonomi, dan secara perlahan tapi pasti akan mengurangi kemiskinan serta kesenjangan kelompok dan wilayah.

Selain itu, perkembangan pariwisata, dunia kreatif, dan digital kreatif telah menginisiasi usaha-usaha baru yang dapat dikelola perempuan, bahkan cukup dikelola dari rumah. Sebelum pandemi Covid-19, model usaha dari rumah sudah menjadi pilihan banyak perempuan, terutama ibu-ibu muda yang memiliki anak-anak dalam pengawasannya. Model usaha ini kian berkembang dan menjadi tren saat pandemi.

Meskipun banyak perempuan terdampak pandemi, seperti kehilangan pekerjaan, terpaksa harus menjadi tulang punggung keluarga (suami atau ayah kehilangan pekerjaan), perempuan dengan daya adaptasi yang tinggi segera memutuskan untuk membangun usaha meski pun dengan modal terbatas. 

Bahkan bagi perempuan yang semula tidak tertarik dengan dunia usaha, setelah melewati beberapa bulan pandemi, mereka mulai mengelola toko online dengan pemasaran melalui platform e-commerce.

Untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang bisnis, manajemen dan pemasaran secara digital, mereka mengikuti beragam workshop online yang dapat diakses dengan mudah dan tanpa batas. Tentu saja, ini hanya terjadi pada perempuan yang sudah bisa mengakses internet di wilayahnya, baik karena tersedianya infrastruktur maupun modal (finansial maupun non finansial).

 

Para peserta mayoritas perempuan dalam Workshop Peningkatan Kapasitas Asesor Kompetensi UMKM | Foto koleksi Fianda Julyantoro
Para peserta mayoritas perempuan dalam Workshop Peningkatan Kapasitas Asesor Kompetensi UMKM | Foto koleksi Fianda Julyantoro

 

Tantangan Tetap Ada Bagi Perempuan

Salah satu indikasi kemajuan dalam usaha adalah terbukanya pasar yang bisa mempertemukan antara pemasok (perempuan pengusaha) dan konsumen. Pasar-pasar digital lebih menguntungkan karena daya jangkaunya yang luas dengan biaya distribusinya yang lebih rendah dibanding konvensional. Namun, belum semua perempuan pengusaha mengelola usahanya berbasis digital.

Di era digital ini, pasar-pasar tradisional semakin berkurang, atau beralih ke pemasaran secara online. Bukan hanya pasar yang beralih media pemasaran ke bentuk e-commerce, tapi juga aktivitas bisnis lainnya seperti pembayaran, transaksi perbankan, dan pengelolaan keuangan usaha, dapat dilakukan secara online. 

Beragam aplikasi diluncurkan untuk mempermudah pengelolaan usaha. Ini menjadi pilihan yang tepat bagi perempuan ketika akan memulai bisnis dengan modal terbatas.

Keuntungan lain pemanfaatan layanan dan produk digital bagi perempuan pengusaha adalah di antaranya dapat melakukan penghematan biaya pengeluaran (misal untuk tenaga kerja dan beberapa biaya operasional), pengelolaan yang lebih efektif dan efisien (hemat tenaga dan waktu). 

Dengan demikian, mereka masih memiliki banyak waktu yang bisa dimanfaatkan untuk upgrade diri melalui pelatihan/workshop atau kelas-kelas bisnis dan literasi digital, menjalani kebersamaan yang berkualitas dengan keluarga, atau aktivitas lain sebagai penghargaan pada diri sendiri.

Tantangan lain hadir terutama bagi perempuan pengusaha di wilayah yang belum terjangkau layanan internet, sehingga mereka masih melakukan pengelolaan secara konvensional dan manual. 

Mereka juga kehilangan banyak informasi penting untuk mengembangkan usahanya, misalnya informasi tentang layanan keuangan dan pendampingan, seperti tentang beberapa program yang telah diluncurkan Bank Indonesia yang telang berlangsung beberapa tahun sebelum pandemi.

Tantangan secara non-teknis juga masih banyak diterima perempuan seperti yang sudah saya tulis di paragraf terdahulu yaitu berupa stigma, diskriminasi, bahkan kekerasan psikis yang menghambat kepercayaan dirinya. Akibatnya, mereka sering dihadapkan pada kebimbangan dalam pengambilan keputusan, bahkan untuk hal-hal yang sederhana, sehingga mempengaruhi perkembangan bisnisnya. 

Dalam beberapa kasus, mereka juga ragu untuk meng-upgrade diri, karena merasa tidak bakal mampu mempelajarinya, atau tidak dipandang pantas oleh lingkungannya. Ini juga menjadi penyebab bisnisnya tidak berkembang.

Tantangan yang baru saja dilampaui adalah pandemi. Beberapa perempuan pengusaha terlahir serentang masa pandemi setelah sempat menjadi bagian dari 5,53% dari 208,54 juta penduduk usia kerja terdampak Covid-19, dan satu dari 2,56 juta pengangguran. 

Para perempuan pengusaha yang juga survivor secara ekonomi ini, sejatinya bisa menjadi inspirator bagi banyak perempuan lain yang masih bergelut dengan ragam tantangan, dan belum menganggap dunia ini bukanlah passionnya.

 

Sembuh Bersama, Pulih Lebih Kuat

Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 tahun ini, memiliki pengalaman yang patut dicatat dalam sejarah, yaitu peran perempuan pengusaha dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia diakibatkan pandemi. 

Dalam Presidensi G20 Indonesia, isu-isu ini dibahas baik secara khusus di working groups maupun di tingkat KTT untuk memastikan best practices yang sudah dicapai, dan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan oleh pemerintah 20 anggota G20 di masa depan.

Fakta bahwa dalam rentang tahun 2010-2015 terdapat 64,34% perempuan pengusaha UMKM sebagaimana yang dirilis Kemenkop-UMKM[5], menjadi best prectices, dengan catatan bahwa masih diperlukan dukungan di sektor lain untuk perempuan. 

Ini terpapar jelas dalam salah satu isu prioritas, yaitu transformasi digital dan ekonomi yang diagendakan Presidensi G20. 

Dalam pembahasan khusus di G20 Empower juga menyoal tentang kesiapan perempuan dalam ekonomi digital untuk masa depan. 

Pembahasan isu-isu tersebut menginisiasi kebijakan-kebijakan yang juga sangat mendukung salah satu target SDGs, khususnya pada Pilar Pembangunan Ekonomi yaitu pekerjaan tetap, produktif, dan pekerjaan yang layak dan diskriminasi untuk semua tenaga kerja.

Isu perempuan dan penyandang disabilitas akan digodog melalui beberapa jenis pertemuan, di antaranya adalah working group meeting. 

Seperti saat tulisan ini saya unggah, W20 (Women 20) Indonesia tengah melangsungkan W20 Summit (19-21 Juli 2022) di Danau Toba, Sumatera Utara. Dengan tema "Recover Together, Equally", W20 mengusung topik tentang kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. 

Sebagaimana salah satu bukti dari Indonesia, peran perempuan pengusaha yang telah merasakan inklusi ekonomi dan keuangan, telah menyelamatkan negara dari resiko krisis sebagaimana yang dihadapi beberapa negara saat ini. 

Selain itu, partisipasi perempuan juga akan menjadi salah satu bahasan saat ini di pertemuan Youth 20 (Y20) yang sedang berlangsung di Jakarta dan Bandung, serta pada pertemuan 3rd DEWG (Digital Economy Working Group) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Tentu konklusi dari pembahasan isu-isu perempuan di ranah ini diharapkan bisa diterapkan oleh anggota G20 untuk pemulihan yang lebih baik dan kuat.

Presidensi G20 Indonesia menunjukkan optimismenya dengan mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger", bahwa anggota G20 akan mengajak semua negara untuk saling bahu-membahu dan mendukung demi pemulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan. []

---------------

[1] BPS, Perempuan dan Laki-Laki di Indonesia 2021, 2021.

[2] Sumber: G20pedia

[3] Sumber: https://difabel.tempo.co/read/1266832/berapa-banyak-penyandang-disabilitas-di-indonesia-simak-data-ini, diakses tanggal 15 Juli 2022, 09:27.

[4] Sumber https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-disabilitas.pdf diakses 18 Juli 2022, 19.15 WIB 

[5] Sumber: https://satudata.kemenkopukm.go.id/kumkm_dashboard/ diakses hari Sabtu, 16 Juli 2022, 10:37 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun