Mohon tunggu...
Zakwinul Ammar
Zakwinul Ammar Mohon Tunggu... Freelancer - Saya seorang mahasiswa FKUI 2019 - Sedang belajar untuk menulis dan berbagi

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kualitas Vs Kuantitas

13 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 13 Januari 2021   08:12 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam keseharian kita sangat sering mendengar kata kualitas dan kuantitas. Tidak jarang kualitas sesuatu ditentukan dari kuantitasnya. Lantas, apakah kualitas selalu berbanding lurus dengan kuantitas? Pertanyaan yang menarik, Saya akan mencoba menjawab melalui sudut pandang kacamata saya. 

Pertanyaan mengenai kualitas dipengaruhi oleh kuantitas sering kali terjadi ketika mengerjakan suatu tugas yang mengharuskan untuk bekerja sama. Pemikiran berupa "semakin banyak orang terlibat maka semakin banyak pemikiran yang akan berkontribusi maka semakin banyak pilihan output maka semakin baik hasil akhir tugas tersebut" Pemikiran yang tidak seutuhnya benar. Pemikiran ini sungguh teramat keliru. Mari kita kembali ke beberapa waktu yang lalu, saat Anda mengerjakan suatu tugas berkelompok- atau mungkin Anda memang sedang mengerjakan tugas berkelompok. 

Saat anda berada di kelompok yang relatif lebih besar, katakanlah 10 orang perkelompok untuk satu tugas, sekarang coba Anda ingat kembali apakah kesepuluh anggota kelompok ini melakukan tugas yang sama besar? Apakah kesepuluh orang tersebut memberikan kontribusi aktif ketika berpendapat, mengerjakan, atau hanya sekedar ikut hadir saja kah? Jika jawaban Anda " Iya, kami bersepuluh orang mengerjakan tugas dengan porsi yang sama besar." "Kontribusi setiap anggota pada kelompok kami sama besar dan sama penting satu sama lain".

Baik, mari kita perbanyak jumlah anggota kelompok tersebut. Bagaimana jika satu tugas yang sama - yang dikerjakan oleh sepuluh orang tadi- dikerjakan oleh dua puluh orang dalam satu kelompok. Apakah jawaban Anda masih sama? Bagaimana jika anggota kelompok tersebut jika tambah kembali menjadi 25 orang. Apakah jawaban Anda masih sama? Tolong, jangan naif. Saya tau persis dan pernah merasakan bagaimana suatu kelompok dengan keanggotaan yang besar ketika mengerjakan tugas hanya sebagian dari anggota kelompok tersebut yang benar-benar mengerjakan.

Dari analogi di atas, Kita sudah bisa membuat suatu hipotesis bahwa kualitas tidak selalu ditentukan oleh kuantitas. Pada suatu titik, kuantitas yang terlalu banyak malahan akan menurunkan kualitas. Bagaimana Saya dapat mengatakan hal tersebut ? Sebelum kita beranjak ke hal yang sifatnya ilmiah, Saya akan mencoba untuk memberikan analogi lainnya. Bayangkan Anda diberikan tugas untuk memindahkan suatu lemari besar dari ruangan A ke ruangan B. 

Tentu Anda tidak dapat melakukannya sendirian, Bukan? Bagaimana jika anda meminta bantuan ke beberapa teman Anda, lima orang? sepuluh orang? Mungkin pada angka ini lemari besar tersebut akan lebih mudah dipindahkan. Namun, ketika anda meminta bantuan kepada 20 orang maka dapat dipastikan bahwa akan ada satu dua orang yang tidak akan mendapatkan porsi pekerjaan. 

Mungkin mereka hanya melihat dari kejauhan, atau sekedar menempelkan tangan sebagai syarat dan formalitas. Atau mungkin, Mereka tetap ikut mengangkat. Dua puluh orang mengangkat satu lemari besar yang sama. Selain akan sangat berdempetan, sinkronisasi langkah antara ke-20 orang ini juga akan sangat bermasalah. Sehingga, lemari yang berukuran besar tadi akan lebih mudah dipindahkan dengan bantuan 5-10 orang.

Hal ini sesuai dengan suatu penelitian yang menunjukkan bahwa brainstorming yang dilakukan oleh kelompok besar akan menghasilkan ide yang lebih sedikit dibandingkan brainstorming yang dilakukan oleh suatu kelompok kecil. Hal ini terjadi akibat adanya efek penonton. Efek penonton dipengaruhi oleh kurangnya rasa tanggung jawab sehingga mengalihkan tanggung jawab tersebut kepada orang lain. Saya akan mencoba menyederhanakan bahasa diatas. 

Efek penonton diatas jika diubah kedalam suatu bentuk dialog mungkin akan berupa "Kan ada si A, kenapa harus Saya" "Saya tidak harus memberikan ide, toh banyak orang yang akan memberikan ide" "Saya diam saja, tanpa kontribusi saya tugas ini juga akan selesai kok" Masih ada beberapa kalimat serupa, Saya yakin Anda pasti pernah seperti ini. Saya? Jujur, Saya juga pernah memikirkan hal yang sama ketika berkerja dengan jumlah anggota yang banyak atau dengan kata lain kepengurusan buncit.

Lalu, apakah kuantitas yang sedikit selamanya akan lebih baik? Tidak. Tentu saja tidak. Kualitas sesuatu tidak serta merta dipengaruhi oleh kuantitas. Benar jika kepengurusan gendut cenderung tidak efisien dan efektif. Namun, terdapat pengecualian pada beberapa kasus. Kepengurusan gendut dapat menjadi suatu keuntungan yang sangat berharga jika dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Bagaimana cara memanfaatkan kepengurusan gendut sebaik mungkin? Caranya adalah dengan adanya pembagian tugas yang jelas dan tidak overlap antara satu dengan yang lain. Dengan adanya pembagian tugas yang baik, maka setiap pengurus akan dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dan dapat mempertanggung jawabkannya.

Namun kembali lagi, menurut Saya pribadi sebaik apapun pembagian suatu tugas jika memang kepengurusan tersebut terlalu gendut, maka tidak akan semua anggota berpartisipasi aktif. Jumlah keanggotaan suatu kelompok, kepengurusan, kepanitiaan, apapun itu namanya, harus disesuaikan dengan tingkat pekerjaannya. Tidak lucu bukan jika suatu pekerjaan yang mudah dikerjakan oleh orang yang sangat banyak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun