Mohon tunggu...
Muzaki
Muzaki Mohon Tunggu... Waskhul Ma'had

Janganlah mati kecuali dalam keadaan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sibuk Kerja, Nongkrong Gak Jelas, dan Lupa Pulang: Drama Sehari-hari Suami yang Katanya Lelah

14 Oktober 2025   07:30 Diperbarui: 13 Oktober 2025   22:30 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suami sibuk kerja (sumber foto: pngtree)

Karena kadang, alasan "capek kerja" cuma kedok biar nggak ditanya: kapan terakhir kali ngobrol sama istri dan anak?

Menikah itu kayak naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Waktu masih single, kita bisa nongkrong di warkop sampai jam dua pagi, main game sampai subuh, atau tiba-tiba hilang dua hari tanpa kabar dan nggak ada yang marah. Tapi setelah menikah, semua itu berubah. Seketika. Mendadak. Tanpa aba-aba.

Tiba-tiba nongkrong malam dianggap mencurigakan, main game kelamaan dikira ngelupain kewajiban, dan yang paling parah---diam dianggap marah. Begitulah dinamika rumah tangga, penuh misteri dan teka-teki kayak ending sinetron Ramadan.

Masalahnya, banyak suami yang belum bisa beradaptasi. Masih terjebak nostalgia masa lajang, padahal udah punya tanggung jawab baru. Ada yang tiap hari pulang malam karena kerja, tapi ada juga yang pulang malam karena nongkrong. Bedanya? Yang satu cari rezeki, yang satu cari alasan.

Padahal, nggak semua nongkrong itu produktif. Kadang cuma duduk bengong sambil debat receh: "Nasi Padang pakai sayur singkong itu wajib atau sunnah?" Eh, tahu-tahu udah jam sebelas malam. Anak di rumah udah tidur, istri udah kecewa, dan suami masih sibuk scroll TikTok sambil ngakak sendiri.

Sebagai orang yang (katanya) beragama, kita tentu tahu bahwa perilaku begini nggak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Dalam kitab Hadza Huwa Zauji karya Ishom Muhammad Syarif, dijelaskan bahwa rumah tangga ideal itu berdiri di atas dua pilar: ketaatan kepada Allah dan cinta yang tampak dalam perbuatan. Bukan cuma cinta yang dikirim lewat emoji hati di WhatsApp, tapi yang hadir nyata dalam keseharian.

Beliau juga menegaskan, salah satu sumber masalah rumah tangga adalah ketidakseimbangan antara aktivitas pribadi dan hak keluarga. Banyak suami sibuk di luar rumah sampai lupa kalau yang paling berhak atas waktunya justru orang-orang yang menunggu di rumah.

Ironisnya, ada suami yang kerja banting tulang dari pagi sampai malam demi keluarga, tapi ketika sampai rumah malah langsung tidur tanpa sempat menyapa. Capek sih wajar, tapi kalau setiap hari pulang cuma untuk rebahan dan skip ngobrol sama anak-istri, itu bukan lelah, tapi lalai.

Keluarga itu butuh "deep talk", bukan cuma "duit talk". Anak butuh diajak cerita walau cuma tentang mainannya, istri butuh didengar walau topiknya seputar tetangga yang beli motor baru. Hal-hal kecil seperti itu justru yang menjaga hubungan tetap hangat. Tapi sayangnya, banyak suami lebih akrab sama notifikasi grup kantor daripada suara anaknya yang minta dibacain dongeng.

Islam memandang keluarga sebagai ladang pahala. Rasulullah SAW sendiri dikenal sangat lembut dan penuh kasih terhadap keluarganya. Dalam banyak hadis disebutkan beliau sering membantu pekerjaan rumah, bercanda dengan istri, dan bermain dengan anak-anaknya.
Kalau Nabi aja bisa sempat bercanda, masa kita yang cuma kerja 8 jam udah merasa paling sibuk di dunia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun