Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H). Beliau dikenal sebagai ulama besar dengan karya-karya monumental seperti Ihya' Ulum al-Din, al-Mustashfa, Tahafut al-Falasifah, dan al-Munqidz min ad-Dhalal. Namun, uniknya, menurut penuturan sebagian ulama, ampunan Allah kepada beliau bukan hanya karena keluasan ilmu dan banyaknya karya, melainkan karena sebuah peristiwa kecil: Imam al-Ghazali pernah membiarkan seekor lalat hinggap di atas penanya saat sedang menulis, tanpa ia usir.
Nilai Niat dalam Amal
Kisah ini---sekilas tampak sederhana---sesungguhnya mencerminkan betapa besarnya peran husn al-niyyah (niat yang baik) dalam kehidupan seorang mukmin. Rasulullah menegaskan:
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari, Muslim).
Imam al-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa hadis ini merupakan salah satu kaidah utama dalam agama, sebab hampir semua amal bergantung pada niat. Demikian pula Imam al-Ghazali dalam Ihya' Ulum al-Din (juz I, bab Kitab al-'Ilm) menegaskan bahwa niat adalah ruh dari amal, dan tanpa niat, amal hanya tinggal gerakan jasad tanpa nilai.
Dengan niat yang tulus, amalan kecil bisa bernilai besar di sisi Allah. Sebaliknya, amalan besar bisa menjadi hampa bila tanpa niat yang ikhlas.
Kerendahan Hati Seorang Ulama
Kisah Imam al-Ghazali juga menunjukkan kerendahan hati seorang ulama. Meski karya-karyanya diakui di seluruh dunia Islam, beliau tidak merasa bahwa ampunan Allah semata-mata diperoleh dari prestasi akademik.
Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah :