Mohon tunggu...
Zaki Nabiha
Zaki Nabiha Mohon Tunggu... Administrasi - Suka membaca

Karena suka membaca, kadang-kadang lupa menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi dan Potensi Santri Mewujudkan Daulat Pangan

22 Oktober 2019   14:25 Diperbarui: 22 Oktober 2019   16:50 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dari Teuku Umar ke Kertanegara, dijamu nasi goreng oleh Ibu Mega. Meski Pak Prabowo tak jadi kepala negara, tapi masih bisa tetap berkuda dan berlapang dada." Untaian pantun itu disampaikan oleh Bambang Soestayo, Ketua MPR RI saat Prabowo Subianto menghadiri pelantikan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024, Minggu 20 Oktober 2019. Sebagai politisi handal, pantun tersebut adalah pesan yang tentu sarat makna.

Memang, setelah pertemuan Sabtu 13 Juli 2019 di MRT Lebak Bulus. Disusul kemudian jamuan nasi goreng oleh Megawati Soekarno Putri kepada Prabowo, Rabu, 24 Juli 2019, harus diakui ketegangan politik tingkat elit sedikit mereda. Bahkan Jokowi menyatakan tidak ada lagi 01 dan 02, yang ada hanya Garuda Pancasila.

Salah satu tafsir pantun Bamsoet, biasa Ketua MPR dipanggil, adalah semacam resume dari peristiwa-peristiwa politik kolosal. Apalagi setelah ada signal bahwa Gerindra siap membantu Jokowi-MA dengan berada di Istana. Ini tentu dukungan politik segar bagi Jokowi-MA. Namun sedikit membuat Parpol Koalisi gusar. Tapi hal  krusial berikutnya adalah merancang dan membentuk kabinet sesuai dengan visi dan misi yang ada.

Beranjak dari itu semua,  masyarakat menerka, kira-kira siapa saja yang akan menjadi pembantu Presiden? Wajah baru ataukah orang lama, wajah lama di tempat baru? Benarkah Gerindra, di Kabinet Kerja Jilid 2 ada di dalamnya. Jika semula diskusi yang menggelinding masih seputar berapa jatah menteri yang diperoleh partai koalisi. Kini berganti, siapa sosok calon menteri yang mumpuni untuk mengejahwantahkan visi-misi.

Salah satu visi-misi Jokowi-MA pada sektor ekonomi, khususnya kebijakan ekonomi dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani misalnya. Jokowi-MA berjanji akan meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi, yang dilakukan dengan memfasilitasi percepatan adopsi inovasi teknologi budi daya dan pascapanen, mengembangkan aspek Agrobisnis yang dapat meningkatkan pendapatan petani, serta mendorong agar terjadi konsolidasi kelompok tani menjadi besar sehingga memiliki daya saing yang kuat.

Sebagai benchmark pembangunan pertanian berikutnya, Kementerian Pertanian mencatatkan kinerja berupa produksi padi pada tahun 2018 mencapai 83 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 48 juta ton beras. Meningkat 10,13% jika dibandingkan tahun 2015 yaitu 75,4 juta ton GKG.

Di samping itu, produksi jagung di tahun 2018 juga meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. Kurang lebih 30,06 juta ton jagung berhasil diproduksi sepanjang tahun 2018. Meningkat 1,14 juta ton atau 3,94% dibandingkan tahun 2017. Peningkatan produksi ini juga diserti dengan peningkatan harga jagung di tingkat petani, harga per kg semula Rp. 1.500 menjadi Rp. 3.500.

Kiai Ma'ruf Amin sendiri di beberapa kesempatan kunjungannya ke pondok pesantren menyampaikan harapan dan keinginannya agar produk pertanian juga memiliki nilai tambah agar kesejahteraan 38,7 juta petani bisa terdongkrak. Harapan Kiai Ma'ruf yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentu tidak beralasan karena hampir sebagian besar penduduk miskin adalah dari kalangan petani. 

Oleh karena itu, Kementerian Pertanian pada Kabinet Kerja Jilid 1 menggulirkan program #BEKERJA (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera). Program ini berupaya mengakselerasi penurunan angka kemiskinan di pedesaan melalui pendekatan kluster dengan stimulsi pemberian bantuan dalam bentuk Saprodi, ternak (kambing, ayam), tanaman hortikultura dan perkebunan.

Potensi Besar Pondok Pesantren

Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, beberapa Pondok Pesantren melakukan revitalisasi dan inovasi. Hal ini sudah menjadi trend dan prioritas Ponpes dalam rangka membentuk santri yang matang dan siap terjun ditengah-tengah masyarakat dimana dinamika perubahannya begitu cepat. Sehingga ketika terjadi gelombang perubahan,  dengan keberadaan entitas Ponpes dan santri, masyarakat sudah siap, bahkan mampu untuk tumbuh dan berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun