Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibadah Arafah Mina: Cerminan Padang Mahsyar

31 Agustus 2017   06:41 Diperbarui: 31 Agustus 2017   06:49 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

SEMUA muslim yang sedang melaksanakan ibadah haji setiap tahun memiliki waktu yang paling penting, yaitu tanggal 8-9-10-11-12. Sedikitnya lima hari atau enam hari inilah yang menentukan kesuksesan ibadah haji. Dalam konteks rukun, di hari inilah orang akan mendapatkan gelar haji atau tidak. Tanggal delapan-sembilan adalah berangkat ke Arafah untuk siaap-siap melaksanakan ibadah wukuf. Ibadah inilah sesungguhnya yang membedakan ibadah haji dengan umroh. Dengan wukuf inilah semua jemaah bergelar haji.

Tulisan ini adalah refleksi saya atas pengalaman tiga tahun yang lalu. Analisa tulisan didasarkan atas pengetahuan subjektif yang bisa berbeda satu sama lain. Ada banyak hal yang bisa dibagikan dalam banyak pengalaman spiritual ibadah Arafah-Mina (Armina). Kekayaan pengalaman biasanya sangat pribadi dan disimpan dalam memori dan biasanya berusia panjang dan selalu antusias untuk diceritakan. Bagi saya, ini adalah analisa perpaduan spiritual-academic approach.

Ibadah Armina dan Haji

Haji derivasi dari kata Hajj. Kata lain yang familiar dalam bahasa Indonesia adalah Hujjah. Hujjah adalah retorika hukum yang digunakan untuk memecahkan masalah agama. Dengan berhujah, maka solusi itu dapat diambil sebagai cara hidup beragama. Orang yang mendapatkan gelar haji seharusnya memiliki keterampilan berhujjah dan memiliki maqom yang tinggi dalam keagamaan. Rukun Islam mereka telah sempurna. Di Indonesia, Haji bukan sekedar ibadah yang benar-benar "Hujjah" namun ada dimensi sosial pragmatis yang rumit untuk dijelaskan. Perlu menjelaskan khusus tentang dimensi Haji untuk konteks orang Indonesia kebanyakan.

Ibadah Arafah-Mina (Armina) adalah yang paling utama dalam ibadah haji. Ibadah ini adalah ibadah fisik yang sangat melelahkan. Diawali berangkat dari mekkah mukarromah menuju arafah yang lumayan sangat jauh. Beberapa calon haji terutama berasal dari Turki senantiasa melakukan ritual perjalanan Mekah-Arofah dengan jalan kaki. Motif perjalanan spiritual Mekah-Arofah adalah "nafak tilas" dimana keluarga Nabi Ibrohim melakukan hal yang sama. Perjalanan ini akan merasakan bagaimana perjalanan Ibrohim dalam melaksanakan perintah Allah swt.

Namun, sebagian besar jemaah haji melakukan perjalanan dengan menggunakan bis. Orang Indonesia dapat dipastikan menggunakan bis "sholawat" seabagai sebuah tradisi. Bis ini disebut sholawat karena tiap hari selama ibadah haji senantiasa "lalu-lalang" di jalanan mengantar jemaah haji untuk sekedar berangkat dari penginapan ke Mesjidil Haram atau ke Miqot. Lalu lalang ini mirif bacaan sholawat yang selalu dibacakan oleh ummat Islam dalam memuji Allah dan Nabi Muhammad secara berulang-ulang.

Dengan bis ini, jemaah haji Indonesia tidak akan merasakan bagaimana sulit dan lelahnya ibadah fisik haji. Pemerintah berupaya menjaga fisik jemaah dalam melaksanakan ritual haji yang masih panjang, apalagi cuaca dan suasana Arab Saudi dengan Indonesia sangat berbeda jauh. Dengan tidak melakukan perjalanan jauh Mekah-Arofah, diharapkan dapat stabil dalam melakukan wukuf, mabit dan jumroh. Jalan kaki tidak menjadi rukun yang diharuskan dalam perjalanan ibadah ini.

Prosesi Ibadah Armina dan Padang Mahsar

Armina sejatinya adalah memiliki tiga kegiatan pokok, yakni wukuf, mabit dan jumroh. Namun dalam prosesinya ada banyak cerita di dalamnya yang harus ditaati sebagai sebuah pegangan. Prosesi ini memiliki kriteria tersendiri sesuai budget haji yang dikeluarkan. Bila haji itu reguler, maka akan berbeda dengan haji plus, haji amil musimi, haji ziarah, haji furoda, atau haji multiple. Kita akan bahas perbedaannya.

Pertama prosesi wukuf. Wukuf dilaksanakan di padang Arofah. Sebuah lapangan luas dimana menampung lebih dari empat juta lebih jemaah haji. Menurut saya, hanya padang inilah yang mampu menampung manusia berjumlah banyak sekali. Setiap tahun, padang ini menjadi saksi dan legalitas atas kesempurnaan rukun Islam jemaah haji. Di tengahnya ada Jabal Rohmah, dimana ritual "cinta" antara Ibrohim dan Siti Sarah diproklamirkan.

Pada beberapa kesempatan sebelum wukuf, biasanya jemaah haji mengunjungi Jabal Rohmah ini. Dalam dimensi percintaan antar jemaah, situs ini menjadi bagian penting suami istri untuk berikrar cinta sehidup semati mereka berdua. Tidak sedikit mereka berdo'a menghadap situs dalam bentuk tembok ini. Karena prilaku inilah, setiap sudut dijaga oleh para askar yang selalu mengingatkan pengunjung untuk berdoa menghadap ka'bah di mesjidil harom di Mekah, bukan ke tembok itu. Karena tingginya Royal Tower Mesjidil Haram, kita bisa melihat jelas di situs itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun