Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SMART: Sebuah Strategi Belajar Efektif di Perguruan Tinggi

24 Agustus 2017   04:00 Diperbarui: 24 Agustus 2017   04:18 2707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SMART: Sebuah Strategi Belajar Efektif di Perguruan Tinggi

Oleh: Zaki Mubarak

SMART sesungguhnya banyak digunakan dalam istilah strategi dalam penelitian. Dalam dimensi ini SMART merupakan kependekan dari spesific, measurable, accountable, realistic, and time abound. Untuk memudahkan ingatan, singkatan SMART menjadi penting bagi seorang peneliti agar menghindari ketidak efektifan kegiatan penelitian, baik itu dari soal keluasan, rasionalitas, dan waktu. Singkatan ini sangat membantu dan menjadi sebuah strategi jitu dalam melakukan penelitian dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan.

Dalam tulisan ini, SMART tidak dimaksudkan untuk penelitian. Singkatan ini dimaksudkan sebagai entitas baru untuk sebuah strategi belajar di Perguruan Tinggi (PT). Karena entitas baru, maka kepanjangannya disesuaikan dengan tujuan pemaknaan. Tujuan disingkat SMART, disamping mudah diingat dan berkorelasi dengan belajar "cerdas", kata ini sangat tepat dalam merangkai sebuah strategi belajar di PT.

SMART dalam konteks ini kependekan dari Self Management, Measurable, Awareness, Rational, dan Technological Literacy. Lima kata ini dirasa lengkap karena akan membahas strategi dalam dimensi soft skills maupun hard skills.

Dunia Perguruan Tinggi: Antara Akademik dan Non Akademik

Tentu saja sebelum menjelaskan SMART perlu diketahui dunia PT sebagai konteks dari sebuah istilah. PT merupakan sebuah sub kultur masyarakat dimana dunia ini terbagi menjadi dua dimensi; akademik dan non akademik. (1) dunia akademik adalah dunia yang melekat pada PT dan sangat spesifik penyebutannya. Istilah "civitas akademika" adalah istilah khusus yang selalu digaungkan di PT. Di luar itu, tidak diperkenankan untuk menggunakan istilah civitas akademika. Pendeknya, dunia akdemik adalah istilah ekslusif dari PT.

(2) dunia non akademik adalah kehidupan di luar akademik. Akademik dapat secara sederhana didefinisikan sebagai dunia ilmu yang di dalamnya terjadi interaksi antara pengajar bernama dosen dengan pembelajar bernama mahasiswa. Media interaksi antar keduanya adalah ilmu, baik ilmu faktual, konseptual, prosedural maupun metakognitif. Ilmu ini pun bisa dalam media abstrak dalam pikiran dosen, ataupun sudah dikonkritkan berbentuk buku, video, chart atau lainnya.

Penamaan guru PT dengan nama "dosen" bukan tanpa dasar. Dosen atau dalam istilah bahasa Inggrisnya Lecturer adalah derivasi dari istilah lektor. Istilah ini adalah melekat pada seseorang yang memiliki otoritas dalam membacakan sabda atau firman di gereja. Karena PT lahir dari tradisi gereja berbentuk seminari, maka lektor ini bersifat mutlak, ahli dan dipandang memiliki otoritas dalam keilmuan. Maka, level seorang dosen bertingkat dari mulai asisten ahli, lektor, lektor kepala dan guru besar (profesor). Hal inilah yang membedakan istilah dosen dengan "guru".

Bila guru adalah berperan sebagai teacher, manager, prompter, motivator, instructor, maka dosen tidak serta merta disamakan fungsinya. Dosen itu expert (ahli) dalam bidang disiplin ilmunya. Ia memiliki otoritas keilmuan yang tinggi dalam bidangnya, sehingga tugasnya bukan hanya mengajar layaknya guru, tetapi meneliti dan menyebar luaskan ilmu melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat (tridarma PT).

Mirip dengan dosen, istilah "mahasiswa" tidak disamakan dengan siswa. Penambahan kata "maha" bukan tanpa maksud. Walaupun istilah maha agak rancu untuk digunakan dalam konteks manusia yang fana ("maha" merujuk kepada Tuhan yang kuasa), tetapi frase maha-siswa tidak tidak melanggar ke"maha" an Tuhan. Kata ini hanya menunjukan betapa tingginya level siswa yang belajar di PT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun