Bila kesetiaan pada diri, keluarga dan negara sudah menghilang apa yang akan terjadi?. Negara kecil berisikan ibu, ayah, anak, mertua dan sanak saudara, sedangkan negara sesungguhnya berisikan presiden, wakil presiden dan para kabinetnya tidak lagi memiliki kesetiaan pada keluarga dan negaranya sendiri apa yang akan terjadi?. Sebuah keluarga akan hancur, demikian pula dengan negara tercinta yang dibentuk dengan susah payah, keringat dan air mata menjadi sia-sia.
Negara kecil atau rumah tangga dan negara sesungguhnya adalah negara Indonesia ini bila tidak dijaga dengan baik maka akan terjadi kericuhan, penindasan, berantakan. Hidup bernegara tidak hanya hari ini saja, tetapi akan diturunkan pada generasi berikutnya. Sebagian dari kita melihat kehidupan hanya berhenti pada hari ini saja, bagaimana dengan anak cucu yang akan mewarisi negara yang sudah hampir hancur.
Pernahkah kita bayangkan, bila rumah tangga hancur, suami atau istri yang berselingkuh menikmati perasaannya sendiri, tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada anak-anaknya. Hanya memikirkan emosi dan ambisi sesaat sehingga merusak generasinya sendiri. Tidak memikirkan dampak jangka Panjang pada mental dan kehidupannya kelak.
Demikian pula dengan sebuah negara. Siapkah mendapat penghakiman dari orang terkasih dalam kehidupan ini?, bukankah negara adalah sebuah rumah bagi rakyatnya?. Pernahkah kita berpikir bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama?.
Penghakiman dari Orang Terkasih
Orang yang baik adalah orang yang menjadi tameng bagi yang lemah, demikian sebaliknya. Manusia diciptakan dengan sifat pelupa sejak lahir, ia tidak mengingat pernah berdialog dengan Allah SWT mengenai penciptaan dan takdirnya. Hingga ketika ia lahir ke dunia membawa sifat lupa tersebut di berbagai situasi dan kondisi.
lupa atau lalai adalah lepas dari pikiran atau tidak sadar. Manusia telah lupa dengan apa saja yang pernah ia ucapkan dalam janji, ketakutan akan mengalami kesulitan, terkadang membuat manusia dengan sengaja melupakan apa yang menjadi niat baiknya. Namun tidak ada kata terlambat untuk menyadari bahwa manusia memiliki keterbatasan.
Sama halnya dengan jarak pandangan mata yaitu langit-langit. Batas manusia menggunakan otaknya adalah pikun dan batas manusia menggunakan akal, pikiran dan perasaannya adalah kematian. Semua diciptakan di dunia ini dengan keterbatasan. Tidak ada yang abadi dan semua akan meninggalkan cacat dan bekas.
Pernahkah kita berpikir bahwa anak tidak akan pernah bangga kepada orang tuanya bila orang tuanya melakukan kejahatan walaupun dilakukan untuk dirinya. Mereka akan bangga kepada orang tua yang jujur, bekerja keras menafkahi mereka hingga menjadi sosok yang mampu berdiri di kakinya sendiri. Mereka membutuhkan contoh atau figur yang kuat untuk ditiru, dan menjadi sebuah kebanggaan bagi kita sebagai orang tua ketika ada kebaikan yang bisa ia ceritakan tentang orang tuanya kepada orang lain.
Semua perjuangan orang tua akan menjadi sia-sia ketika sang anak hanya meniru keburukan yang pernah kita lakukan kepada orang lain. Uang adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan, namun bila kita tidak mengerti esensi uang itu sendiri justru kita akan menjadi budaknya hingga melakukan hal yang tidak bernurani. Sebagai orang tua kita akan mengupayakan apapun untuk keturunan kita.