Amboi! Mbak Dini memang tidak bohong. Seorang gadis cantik dengan hidung bangir, bibir mungil, dan alis bagaikan sayap camar telah menunggu saya. Gadis itu tersenyum sekilas.
"Maaf, saya telah menganggu kesibukan Kakak," ujar gadis itu dengan suara lembut.
Saya tersenyum ramah. Ah, tidak apa-apa."
"Kakak di bagian fiksi, kan?" tanya gadis itu.
Saya mengangguk dan langsung meyodorkan tangan. "Agam," saya menyebutkan nama.
Saya Felicia," sambut gadis itu "Saya ingin mengucapkan terima kasih pada majalah Gaya terutama pada kakak."
Saya menatapnya heran.
"Saya telah membaca cerpen Bob Brandon."
"Oh!"
"Bob Brandon menulis cerpen itu khusus buat saya, Yah, cerpen itu adalah kisah kami. Dan tokoh Karina dalam cerpen itu adalah saya. Ah, saya baru tahu bahwa Bob Brandon juga mencintai saya. Padahal saya sudah putus asa. Sekian tahun kami akrab, tapi ia tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada saya. Ia sebenarnya seorang yang romantis. Tapi ia tidak cukup berani berterus terang pada saya," jelas Felicia panjang lebar.
Saya baru ingat di akhir cerpen Ungkapan Jiwa ada sepenggal catatan.