Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Singgah di Coto Sunggu, Gowa

4 Maret 2018   17:09 Diperbarui: 4 Maret 2018   21:14 1660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diapit oleh pemilik Coto Sunggu, Haji Mansyur Daeng Ngimang dan adiknya, Haji Aminuddin Daeng Boko

Kerinduan itu membuncah ketika saya bertandang di tempat kelahiran saya  di sebuah kampung kecil bernama Mangasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Kerinduan akan nikmatnya dua mangkuk coto hati limpa jantung dan tiga biji ketupat daun pandan.

Cota Makassar, yah, boleh dibilang di Warung Coto Sunggu yang terletak di Gowa inilah cikal bakalnya. Warung ini adalah salah satu perintis masakan khas  Coto Makassar, yang hingga kini masih tetap eksis dengan racikan yang masih asli, dan tempat masaknya yang masih tetap mempertahankan cara lama.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sebuah tungku dengan belanga dari tanah di atas tungku terletak di bagian depan warung. Api yang berkobar-kobar dalam tungku tersebut, masih mengandalkan kayu bakar. Dulu, waktu zaman saya masih muda, kayu bakar yang digunakan bernama Kayu Bangko. Bentuknya bulat panjang berwarna kemerah-merahan. Kuah coto diyakini akan terasa beda dan spesifik jika dimasak di atas tungku berbahan bakar Kayo Bangko dengan menggunakan belanga tanah liat.

Tungku tempat memasak Coto Sunggu (foto : Abdul Rachmat Noer)
Tungku tempat memasak Coto Sunggu (foto : Abdul Rachmat Noer)
Racikan Coto Sunggu, juga beda. Kuahnya harus dari air beras yang digunakan untuk membuat ketupat. Ketupatnya terbuat dari daun pandan. Jadi, sangat terasa di penciuman aroma pandan yang khas jika menyantap Coto Sunggu bersama ketupat daun pandan ini.

Singgah di Coto Sunggu ketika mengunjungi Kabupaten Gowa atau jika kita berada di Kota Makassar adalah sebuah keharusan, jika ingin betul-betul menikmati Coto Makassar dengan cita rasa yang masih asli sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Racikan dan bumbu-bumbunya belum dimodifikasi seperti banyak penjual coto yang bertebaran di daerah itu.

Hanya di Coto Sunggu, sekitar lima petak rumah dari rumah orang tua saya. Sebuah tempat yang padat dengan cerita masa kecil dan masa remaja saya. Sebuah kampung yang terlanjur manis untuk dilupakan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Haji Mansyur Daeng Ngimang, bos saya dulu, pemilik Coto Sunggu, dan ia merupakan generasi kedua, hingga saat ini, Alhamdulillah masih tetap sehat memasuki usianya yang ke-65. Padahal, sejak kecil saya tahu betul, dua kali sehari, makanannya coto. Anda semua tahu kan seperti apa jahatnya makanan yang terdiri dari jeroan daging sapi dengan kuah bumbu kacang?

Menikmati Coto Sunggu bagi saya, sama halnya menapaktilasi masa lalu saya lengkap dengan suka dan kegetirannya. Dan, yang saya mau bilang, orang makassar seperti saya ini, dalam semangkuk Coto Sunggu, selalu ada semangat yang tak pernah redup.

ZT - Plaza Indonesia, 4 Maret 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun