Harmonisasi antara manusia dan alam adalah imperatif untuk mencapai kesejahteraan bersama dan keberlanjutan masa depan. Pendekatan etika ekosentris, yang didukung nilai-nilai Islam, memberikan kerangka kerja komprehensif untuk mencapai tujuan ini.
Konsep "ukhuwah basyariyah" (persaudaraan manusia) mengingatkan bahwa kita semua adalah bagian dari satu keluarga besar, yang memiliki tanggung jawab menjaga bumi sebagai rumah bersama. Komunitas PELURU memiliki visi menciptakan masyarakat yang sadar lingkungan dan berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian alam, berjuang menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Kritik terhadap sains dan teknologi Barat, seperti yang diungkapkan Ziauddin Sardar, sejalan dengan pandangan Islam tentang pentingnya nilai-nilai moral dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Islam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan tidak merusak lingkungan. Komunitas PELURU mengadopsi pendekatan kritis terhadap sains dan teknologi yang merusak lingkungan, menuntut agar setiap inovasi teknologi dilakukan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Prinsip-prinsip Islam dalam pengelolaan lingkungan, seperti yang diungkapkan Muhammad Tholhah Hasan, memberikan panduan untuk tindakan nyata dan tanggung jawab bersama. Konsep "amar ma'ruf nahi munkar" (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) menjadi landasan untuk mengadvokasi kebijakan ramah lingkungan dan mencegah tindakan merusak alam.
Komunitas PELURU, dalam perjuangan mereka melawan industrialisasi tidak transparan, mengadopsi prinsip ini sebagai landasan moral, menuntut agar setiap proyek industri dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan keadilan bagi masyarakat sekitar, tidak hanya mengkritik, tetapi juga aktif mengedukasi masyarakat tentang hak-hak mereka dan pentingnya menjaga lingkungan.
Etika Islam tentang lingkungan hidup, yang didasarkan ajaran tauhid, mengingatkan bahwa alam semesta adalah amanah dari Allah SWT. Manusia sebagai khalifah di muka bumi memiliki tanggung jawab untuk menjaganya, bukan untuk mengeksploitasinya.Â
Konsep "ta'awun" (tolong-menolong) mengajak umat Islam untuk bekerja sama menjaga kelestarian lingkungan. Komunitas PELURU, dalam semangat perlawanan mereka, mengamalkan prinsip ta'awun dengan membangun jaringan solidaritas dengan masyarakat yang terdampak aktivitas industri merusak, bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk akademisi, aktivis lingkungan, dan masyarakat sipil, untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan menjaga kelestarian lingkungan.
Dalam perspektif Islam, gerakan masyarakat sipil seperti Komunitas PELURU memiliki peran penting menjaga keseimbangan dan keadilan di masyarakat.
Konsep "hisbah" (pengawasan publik) mengajarkan bahwa setiap Muslim memiliki tanggung jawab mengawasi dan mengkritik tindakan-tindakan yang merugikan masyarakat. Komunitas PELURU, dengan aksi-aksi mereka yang kritis dan konstruktif, menjalankan fungsi hisbah dengan baik, menjadi suara bagi masyarakat yang seringkali terpinggirkan oleh kepentingan industri, dan menuntut agar setiap aktivitas industri dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip keadilan dan keadilan dan keberlanjutan.
Perjuangan Komunitas PELURU tidaklah mudah. Mereka seringkali menghadapi tantangan dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan ekonomi kuat. Namun, dengan semangat pantang menyerah dan dukungan dari masyarakat luas, mereka terus berjuang menjaga kelestarian lingkungan dan menuntut keadilan.