Mohon tunggu...
Zaim Zen
Zaim Zen Mohon Tunggu... Freelancer - Penghayat Kehidupan

Penulis buku “secangkir teh dan sepotong ketupat”.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Spiritual Sound of Borobudur

12 Mei 2021   11:37 Diperbarui: 12 Mei 2021   12:15 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis pernah mendapat perintah dari kyai penulis untuk laku lelono dari jakarta ke Borobudur. Sebuah perjalanan spiritual yang harus ditempuh dengan berjalan kaki, tidak boleh membawa ktp, hp, uang dan makanan dan harus sampai dalam 20 hari. Hanya diperbolehkan membawa minuman. Soal makan, hanya mengandalkan belas kasih orang karena penulis tidak diperbolehkan untuk mengemis atau meminta makanan.

Penulis tiba di Borobudur tepat 20 hari seperti perintah kyai penulis. Dan saat itu tepat perayaan waisak tahun 2010.

Sound of Borobudur

Perjalanan spiritual tersebut atau dalam tradisi pesantren lebih dikenal dengan istilah laku lelono, penulis lakukan bukan karena ingin mendapat kesaktian atau mendapat kekuatan supranatural, melainkan semata-mata murni perjalanan seorang hamba yang ingin menempa dirinya. 

Disepanjang perjalanan seringkali penulis mendengar sound of Borobudur yang agung menggema di sanubari. Sound of borobudur tersebut tak lain dari pengejawantahan tekad penulis untuk berjalan kaki dari jakarta menuju monumen agung warisan moyang nusantara. Oleh karena itu, tema sound of borobudur memiliki getaran yang dalam di hati penulis. Bukan hanya sebuah sound yang bisa ditangkap telinga melainkan juga sound yang bisa ditangkap hati manusia yang mau melihat borobudur sebagai maha karya agung yang di bangun dari semangat  berspiritual leluhur nusantara waktu itu.

Harmoni kehidupan

Siddharta Gautama, adalah sosok besar yang menginspirasi Borobudur untuk dibangun. Bagi penulis, Siddharta adalah sosok anak muda yang saat itu sedang mengalami kegelisahan hidup lalu memutuskan untuk menjadi seorang pertapa hutan. Setelah mencecap habis ilmu meditasi dan yoga dari dua maha guru pertapa terkenal saat itu, Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta,hingga kedua maha guru tersebut tak lagi mampu menghilangkan dahaga spiritual Siddharta muda, sehingga putra mahkota dari kerajaan kapilawastu ini memutuskan untuk bertapa sendirian tanpa pembimbing dan mengambil jalan pertapaan super ekstrim. 

Tidak makan dan tidak minum dalam jangka waktu yang sangat lama. Sedihnya, jalan pertapaan extrim tersebut tidak membawanya pada pencerahan spiritual,  justru tubuhnya lemah dan roboh saat mencoba bangkit dari meditasi dan hampir mati. Setengah sadar dia mendengar ada serombongan pemusik jalanan yang sedang bercakap cakap tentang alat musik petik. " Jika senarnya terlalu kencang maka senar akan kaku dan mudah patah, begitu pula jika senar terlalu kendor dia tidak akan menghasilkan suara. Maka senar harus seimbang, tidak terlalu kencang maupun kendor sehingga senar bisa menghasilkan suara yang indah. Dari sanalah kemudian Siddharta bangkit dan mengakhiri laku pertapa ekstrimnya dan mengambil jalan tengah. Jalan tengah inilah yang oleh penulis dimaknai sebagai harmoni kehidupan. 

Musik selalu bicara tentang harmoni bahkan kehidupan pun demikian. Dan di Borobudur kita bisa menyaksikan mahakarya ini yang penuh dengan keharmonisan, dari bangunan, relief bahkan juga letak dan lokasi borobudur sendiri sangat harmoni dengan alam, dimana dikelilingi oleh empat gunung yang berdiri dengan megah di tanah jawa, gunung merbabu, merapi, sindoro dan sumbing. Akan sangat disayangkan jika kita ke Borobudur hanya terfokus pada bangunan candi saja. Kita harus melihat bahwa borobudur merupakan permata agung yang diletakkan di bukit menoreh untuk mempercantik alam indonesia, disanalah kita akan melihat wonderful indonesia dengan segala keutuhannya dan mencecap harmoni kehidupan dalam alunan musik semesta.

Hening

Kalau kita ingin menjadikan Borobudur sebagai pusat musik dunia, kita harus menyertakan pula musik yang bisa didengar dengan hati, yaitu keheningan. Hingar bingar dunia modern menyebabkan banyak masyarakat modern memiliki tingkat stress yang sangat tinggi, sehingga mereka mencoba mencari sesuatu yang bisa meredam kebisingan itu, kebisingan pikiran maupun lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun