Larangan negative thinking dalam Al-Qur'an
"Suudhzon" adalah salah satu bentuk dari berpikir negatif. Berkenaan dengan itu, Allah Swt. berfirman dalam Qs. Al-Hujurat [49]: 12 yang artinya "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang".
Mengenai kata "berprasangka" dalam ayat ini berupa bentuk term "ad-dhonn" yang berarti menduga, menyangka, dan memperkirakan, dapat juga berarti ketidakpercayaan, kebimbangan, perasaan was-was. Dalam konteks sosial Allah memberi peringatan kepada orang-orang yang beriman supaya mereka menjauhkan diri dari prasangka terhadap orang-orang yang beriman. Jika mereka mendengar sebuah ucapan yang keluar dari mulut saudaranya yang mukmin, maka ucapan itu harus mendapat tanggapan yang baik, dengan ungkapan yang baik, sehingga tidak menimbulkan salah paham, apalagi menyelewengkannya sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka. Pada umumnya kata ini digunakan pada sesuatu yang dianggap tercela. Baik itu berburuk sangka pada orang lain, pada diri sendiri dengan bentuk sikap pesimis misalnya, ataupun berprasangka buruk pada Allah swt.
Berpikir negatif pada apa yang belum semestinya terjadi sama halnya dengan berprasangka buruk kepada Allah, padahal Allah sendiri bersabda dalam hadis qudsinya 'Allah Swt. berfirman, "anaa 'inda dhonniy abdibiy, artinya "Aku sesuai sangkaan hamba-Ku kepada-Ku" dari hadis qudsi ini sebagian ulama mengatakan bahwa maknanya adalah Allah akan memberi ampunan jika hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba bertaubat. Allah akan mengabulkan doa jika hamba meminta. Allah akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan.
Â
Dampak negative thinking
Salah satu dampak dari seseorang yang selalu berpikir negatif adalah terhambatnya kesuksesan, dengan berpikir negatif ini seseorang akan mempunyai sifat pesimis dan berputus asa pada apa yang ingin di capainya, pikiran negatif yang berkali-kali datang akan menjadi keyakinan dan semua yang dilakukannya akan dibayang-bayangi kegagalan. Dengan itu pasti ia akan enggan untuk bertindak dan melakukan usaha.
Padahal Allah Swt. sendiri melarang hambanya untuk mempunyai sifat pesimis, berputus asa, salalu merasa gagal, dan frustrasi dalam hidupnya. Dalam Qs. Ali-Imran [3]: 139 yang artinya "Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman."Â
Yang dimaksud larangan bersikap lemah dan bersedih hati adalah larangan menyerah dan perintah untuk kembali mempersiapkan diri dan bersiap siaga disertai dengan kesungguhan tekad, semangat yang kuat, berprasangka baik kepada Allah SWT, bertawakal kepada-Nya dan yakin serta mantap bisa meraih kemenangan.
Dalam ayat ini dapat di ambil pelajaran bahwa terdapat penguatan moral atau spirit kepada kaum Mukminin untuk menjadikan mereka tidak terpengaruh dan tidak goyah oleh berbagai kejadian yang menimpanya. Jika dipikir logika, sesuatu yang sudah menimpanya saja  jangan sampai goyah apalagi sesuatu yang hanya dalam pikiran yang belum tentu terjadi.
Pada ayat-ayat lain, QS. Az-Zumar [39]: 53 yang berbunyi, "Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."