Mohon tunggu...
Zaidan Ali Bachdar
Zaidan Ali Bachdar Mohon Tunggu... Mahasiswa Pascasarjana Komunikasi & Penyiaran Islam UINSI Samarinda

Saya adalah seorang penulis novel fiksi. "Abad Mengadu" Terbit 2021 di Guepedia, Bogor. Sekarang melanjutkan tulisan dengan judul yang berbeda, dalam proses penulisan "Tuan Ali dan Madam Samudra," di KBM APP.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lebih Dekat dengan Ilmu: Filosofi Hidup Generasi Muda

8 Oktober 2025   09:01 Diperbarui: 8 Oktober 2025   09:01 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Moralitas dalam tubuh publik jarang dipahami secara sederhana. Supra-dominan dan Inter-dominan yang dilakukan oleh analis cenderung memusatkan Ilmu sebagai sesuatu yang mendesak, harus disegerakan, yang berbicara wajib seorang pakar keilmuan dalam bidang tertentu. Agaknya, dalil tentang "The Death of Expertise" sebagai dalil argumen yang congkak. Analis-analis tersebut secara tidak sadar sudah melakukan bifurkasi makna.

     Bifurkasi makna dalam berargumentasi di arena perdebatan ilmiah sering menawarkan dua pilihan, seakan-akan tidak ada pilihan lain selain itu. Sebagai contoh, lebih duluan tercipta telur atau ayam? Menjadi pembohong untuk menjaga perasaan, atau menjadi jujur namun relasi menghilang? Sehingga, wajar generasi terbaru malas mencontek kehebatan pendahulunya. Bukankah ini kebuntuan bernalar? semacam perbaikan struktur tubuh privat dikira perlu, sikap santai dalam berdiskusi tanpa menghilangkan reputasi ilmiah.

     Reputasi ilmiah memiliki kaitan yang erat dengan manajemen reputasi individu. Seorang analis selain berbicara cepat, juga harus berbicara tepat. Tepat waktu dan tepat sasaran, karena banyak diantara tokoh-tokoh populis itu berbicara memakan waktu yang cukup banyak, mengambil porsi pembicaraan dari analis yang lain. Terjadi juga dibanyak tempat karena reputasi ilmiah dengan gelar pendidikan yang tinggi, perhatiannya luput dari kondisi audiens atau pendengar didepannya. Menyuguhkan lebih banyak kalimat yang penuh istilah, agaknya perlu diperhatikan dan belajar membiasakan permainan estetika kebahasaan dalam berdialog untuk memahami tipe masyarakat yang berbeda dari disiplin keilmuannya.

A. Filsafat sebagai Dasar Ilmu dan Pengetahuan

      Analisis yang menegaskan filsafat berperan penting dalam ilmu pengetahuan diurai langsung oleh Khairul Muzakir, dkk. dalam Jurnal "Filsafat sebagai Dasar Perkembangan Ilmu Pengetahuan". Khairul menegaskan, bahwa Filsafat memberikan bimbingan bagi para ilmuwan dalam menjalankan penelitian dengan memberikan perspektif yang luas dan holistik. Melalui pemahaman konteks, ilmuwan dapat mengakomodasi faktor-faktor eksternal yang mungkin memengaruhi hasil penelitian. Nilai-nilai yang mendasari penelitian juga dipahami dengan baik, memungkinkan interpretasi hasil penelitian dengan mempertimbangkan aspek etika dan keadilan(Muzakir et al., 2024).

B. Dampak Positif Lulusan Ilmu Filsafat

     Lulusan ilmu filsafat yang bisa berkarir dalam dunia pekerjaan diluar prospek pendidikan, tentu cemerlang juga di dunia perbankan. Individu-individu yang berfikir filosofis, bisa mengadaptasikan ilmu filsafat komunikasi seperti pengalaman dari Rivan Ahmad Purwantono, Mantan Direktur Utama Bank Bukopin. Ia mengaku banyak bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada diperbankan, melalui terapan ilmu filsafat komunikasi. Tidak berhenti sampai disitu, Arif Surarso (Senior Vice President PT. Bank Negara Indonesia) dan Hatifudin selaku Stream Leader TRO Darussalam BSI(Ardhi, 2021).

C. Stigma Negatif Masyarakat Terhadap Ilmu Filsafat

     Mahasiswa dan lulusan SMA pernah terlibat diskusi panas disalah satu kantin dikampus yang penulis kunjungi. Ditengah-tengah waktu menunggu teman, persis didepan kami 2 orang perempuan berdebat panas tentang suatu buku. Perempuan pertama memakai jas almet kuning dan lawan bicaranya memakai baju SMA. Salah satu kata yang sering diutarakan oleh gadis SMA ialah "logical fallacy, itu!" Dibantah langsung oleh mahasiswi kampus, "tidak, ini Counterfactual Logic, Ketika dua mobil yang sama namun warnanya berbeda dan sedang berada ditengah-tengah panas matahari warna hitam menjadi lebih panas."

     Kami pikir akan berakhir dengan dendam kesumat, mereka justru tertawa dan sedang menirukan perdebatan teman mereka. Tiba-tiba ada satu Ibu Kantin yang sinis dan mengatakan, "Kalau pilih jurusan itu yang enak buat cari kerja. Banyak anaknya teman ibuk, hobi diskusi sampai tengah malam, kuliahnya jadi macet. Setiap dinasehatin, malah ngajarin orang tua mereka. Kalian jangan kaya gitu!" Sontak kami tertawa dan meninggalkan omelan ibu-ibu kantin tersebut.

D. Diskursus Penghapusan Jurusan Filsafat

      Contoh yang paling nyata diskursus tokoh publik Ferry Irwandy, tentang tesis "penghapusan jurusan filsafat". Naasnya, dalam setiap argumen orang yang tidak terima dengan tesis tokoh Malaka Project tersebut, mereka lebih banyak menunjukkan taring emosional daripada pisau analisis. Berkaca dari masalah diatas, kita butuh pemahaman dasar mengapa dan bagaimana seorang tokoh publik menjadikan Jurusan Filsafat sebagai rumusan masalah. Meminjam analisis dari seorang analis barat, Norman Fairclough sebagai penatar teori Critical Discourse Analysis, terdapat peristiwa yang melatarbelakangi sebuah teks(Naurah & Siregar, 2023). Sebagai permulaan, Ferry memandang bahwa Jurusan Filsafat kurang sekali dampaknya terhadap masyarakat, menurutnya juga tidak relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Persisnya, filsafat terlalu banyak berdiam di menara gading. Jadi, masalah yang dipersoalkan oleh Tim Malaka Project bisa kita tela'ah bersama melalui sudut pandang linguistik, sosiologi dan politik.

E. Analisis Wacana Kritis Terhadap Tesis Penghapusan Jurusan Filsafat

1.   Wacana sebagai Praktik Sosial

            Malaka project adalah komunitas yang bergerak untuk memerdekakan logika masyarakat yang terjajah. Secara kebahasaan atau linguistik, mereka mencoba membentuk pengaruh ideologis terhadap semua orang untuk peka terhadap jurusan yang banyak mendapatkan kritik dari berbagai pihak, diperlukan pembenahan secara sistem mengajar, sistem belajar yang begitu kurang dan perlu perbaikan.

2.   Hubungan Kekuasaan dan Ideologi

            Ferry Irwandy sebagai founder dari Malaka Project secara sengaja menguji paradigma lulusan, mahasiswa aktif, dan dosen pada jurusan filsafat untuk membiasakan pola diskusi interaktif. Ferry mempolitisasi bahwa filsafat tidak relevan dengan kebutuhan industri, sebagai kritik dua arah, terhadap pemerintah sebagai praktisi dan pihak kampus sebagai akademisi.

                 3.   Konstruksi Realitas

          Ferry Irwandi mencoba membentuk pandangan khalayak umum sebagai pijakan berpikir dengan penuh perenungan, mempertanyakan hal-hal yang diyakini benar, dalam kebenaran tersebut juga diperlukan langkah-langkah pengujian data dan fakta. Redaksi sensitif yang ditawarkan, sedikit tidaknya memengaruhi algoritma media sosial. Tentu ini langkah yang baik sebagai perkembangan ilmu pengetahuan.

    Ketiga dimensi ini, sering menjadi buah bibir masyarakat dunia. Mobilisasi Opini Publik dari Malaka Project berhasil mempengaruhi generasi Z untuk protes keras dengan sikap pejabat DPR-RI di bulan lalu. Monumen informasi hari-hari ini runtuh karena Gen Z hanya dianggap sebagai pencibir. Namun, filosofi anak gadis berusia 18 tahun yang kami temui berbeda dari yang lain. Dia beranggapan, harus ada cara yang sehat untuk meredamkan ketegangan dialegtis antara pemerintah dengan pihak opposan (akademisi, aktivis, dan praktisi). Cara yang diambil olehnya adalah terbiasa untuk berdiskusi dengan struktur logika yang teratur.

F. Logika Ilmu dan Pengetahuan

      Menurut AM, ilmu sebagai suatu unsur yang sudah disepakati, teratur. Sedangkan pengetahuan, segala sesuatu yang masih abstrak, dan tidak terlalu jelas sumber dan tujuan dari pengetahuan yang dilihat dan didengar. Sebagai seseorang yang berpengalaman mengunyah konsep pendidikan diluar negeri, kami sempat berdiskusi , dan AM menilai :

"Di eropa khususnya di negara maju seperti Belanda dan Jerman, tidak lagi bertanya tentang apa yang terjadi. Tetapi fokus melihat, mengapa dan bagaimana sesuatu itu bisa terjadi. Saya cukup terpacu untuk mempersiapkan diri melanjutkan studi sarjana, magister sampai doktoral diluar negeri. Pola diskusinya yang teratur, tercipta dari kebiasaan dan lingkungan, disekitar kampus banyak sekali toko-toko buku dan juga tempat tinggal dosen sehingga mahasiswa bisa berdiskusi dan bertukar pikiran dengan mudah. Fenomena yang mungkin jarang kita temui di negeri kita dan disana juga, ketika mahasiswa selesai jadwal perkuliahan, ada yang langsung mengerjakan tugas dari dosen, membaca buku di kursi-kursi trotoar tempat pejalan kaki, taman, intinya hampir semua tempat saya temukan pembaca buku."

     Ferry dan AM, bukanlah seseorang yang berada dalam disiplin Ilmu Filsafat. Lalu mengapa perlu menggunakan prolog keduanya? Sederhana, untuk memandang bobroknya sebuah sistem kita butuh kritik dari orang yang berada diluar sistem. Asumsi dasarnya mengakar pada bagian, orang didalam sistem cenderung melakukan bias kognitif, tidak sadar bahwa kebijakan didalam sistem sudah tidak efektif namun dipaksakan.

G. Kedai Kopi sebagai Pusat Intelektualitas

      Tinjauan analisis tajam dari Filsuf Jerman Hubermas, berpandangan bahwa ruang publik itu bisa dimulai dari (nongkrong biasa di kedai kopi. Mengapa demikian? Karena, Hubermas memandang setiap orang bebas bertemu, semuanya bebas membangun prinsip terhadap masalah kehidupan mereka. Posisi kedai kopi begitu kuat karena tidak terikat oleh aturan negara dan pasar. Karena itu, sejarah ilmu pengetahuan dan perkembangannya tidak terlepas dari pengaruh pertemuan-pertemuan (remeh-temeh) di kedai kopi(Saadah, 2017).

     Kami kemudian mewawancari salah satu Barista diKedai Story Cofee, letaknya Samarinda Sebrang. Selaku sahabat karib yang menjalin pertemanan selama 1 tahun, kami ingin melihat perspektif darinya tentang sejarah, pengaruh dan dampak dari kedai kopi. Muhammad Miftahurrahman memahami bahwa:

     "Daerah yang sempat menjadi negara termiskin kedua didunia, (Ethiopia) sempat terjadi penemuan yang unik. Terdapat fenomena dimana segerombolan kambing secara tidak sengaja, terlihat energik setelah memakan satu tanaman seperti berry (berair). Pengembala tersebut membawa tanaman itu pada biara untuk diuji kadar atau manfaat yang diperoleh. Akibat dari penemuan itu, menyebar sampai sampai ke seluruh penjuru dunia, dikenal di arab sebagai arabica, sebagai kopi pertama yang disangrai dan ditiru oleh banyak tempat. Hal tersebut kemudian mendorong Revolusi di Prancis yang dimulai dari keresahan masyarakat didalam kedai kopi. Sepuntung rokok dan kopi panas sebagai jembatan pertukaran informasi, sehingga percakapan itu menjadi cukup waras dan sehat."

H. Filosofi Hidup Generasi Muda

      Generasi muda mendapatkan beban moral dari generasi sebelumnya. Polemik Generasi Emas yang diperolok menjadi generasi cemas adalah tuduhan yang tidak berdasar. Menimbang hal itu diperlukan supporting idol (alat pendukung) sebagai salah satu pemicu generasi muda berdikari untuk negeri. Kita boleh coba mencicipi konsep dasar membangun tim yang efektif dalam paparan analis (Tukiyem, 2018) sebagai alumni PIPS FKIP UMS, yang berpandangan:

"Kita cenderung menghubungkan konflik dengan kekerasan, krisis, perkelaian, perang, kalah, menang, kehilangan kendali dan lain sebagainya. Dalam diskusi ilmiah ini memaparkan langkah-langkah penyelesaian konflik, diantaranya : 1.) Mengakui adanya konflik 2.) Mengidentifikasi konflik yang sebenarnya 3.) Mendengar semua sudut pandang 4.) Bersama mengkaji cara untuk menyelesaikan 5.) Dapatkan kesepakatan dan tanggungjawab untuk menemukan solusi 6.) Jadwalkan sessi tindak lanjut untuk mengkaji."

     Pemahaman Tumiyem cukup membuka moralitas berpikir anak bangsa. Tentunya ini sesuai dengan apa yang diyakini oleh Lewis Alfred Coser sebagai ilmuwan pada bidang sosial. Alfred merasa konflik sering disalahpahami sebagai sesuatu yang menakutkan, sehingga dirinya berkesimpulan konflik justru memperkuat struktur kelompok. Asumsi alfred berdasar pada 2 hal yaitu: konflik membuat Solidaritas internal didalam kelompok, dan memperkuat toleransi antar kedua kelompok yang sudah atau telah berkonflik(Saud et al., 2020).

     Menurut hemat kami, Filosofi hidup dari Ferry sampai Tumiyem bisa dijadikan sebagai pedoman dasar untuk lebih dekat dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan begitu, ilmu tidak sekedar diterima sebagai sesuatu yang benar dan salah, melainkan ilmu pengetahuan memperkuat perasaan kolektif, meredam ketegangan dialegtis, dan menciptakan budaya otonom yang kuat dalam tubuh privat individu didalam kehidupan sosial berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun