Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nginggggg.. Buka Puasa

21 April 2021   09:25 Diperbarui: 21 April 2021   09:34 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nginggggg…

Allahu Akbar, Allahu Akbar… (lafaldz Adzan)

Ketika ku rindukan suara itu, alhamdulillah akhirnya datang juga. Bulan penuh rahmat. Bulan penuh ampunan. Bulan dikabulkannya doa-doa. Bulan dihapuskannya dosa-dosa. Bulan Ramadhan.

Suara tanda berbuka itu sangat khas untukku, sejak kecil. Suara yang diputar di radio itu menjadi idola bagi kami yang sedang berpuasa. Suara itu bahkan mungkin lebih tua daripada usiaku. Dan mungkin akan lestari hingga nanti di bumi pertiwi ini.

***

“Ayo kita ke langgar, Mam..”, ajak saudara sepupuku, Opik. 

O iya, namaku Imam.

“Iya, sebentar Pik..”, kataku.

Aku masih asyik dengan bermain neker. Neker ini lama lainnya kelereng.

Saat puasa tiba, kami, anak laki-laki kebanyakan nekeran untuk mengisi waktu. Kami berlomba-lomba mengoleksi neker ini. Bangga kalau punya lebih banyak dari punya teman-teman. Dan waktu itu yang punya neker paling banyak adalah Bagas. Ya, dia anak orang terkaya di kampungku.

Wis gek ndang adus, le..Ndang mangkat.. Wis dienteni Opik..”, kata simbok begitu aku belum juga beranjak dari bermainku. Sementara Opik duduk melihat aku bermain.

“Ya, mbok..”, sahutku.

Aku memang selalu menyegerakan kalau simbokku yang ngendika.

Aku segera mandi dan bersiap-siap. Ku ambil buku iqra’ku. Dan berangkat ke langgar bersama Opik yang sudah lama menungguku.

***

Kami ikut mengaji bersama mas Bima dan mas Aris. 

“Nanti setelah selesai membaca iqra’, kalian duduk yang rapi di serambi langgar ini ya, adik-adik..”, kata mas Bima.

Kami memperhatikan apa yang disampaikan mas Bima.

“Dalam mengaji, akan dibagi dua kelompok. Satu kelompok bersama mas Bima dan satu kelompok lagi ikut mas Aris.. Kegiatan mengaji kita akhiri jam 17.15 untuk persiapan berbuka di sini..”, lanjut mas Bima.

Mas Aris kemudian menggantikan mas Bima menyampaikan nama-nama kelompok. Aku ikut kelompok mas Bima, sedangkan Opik ikut mas Aris.

Kami mengikuti kegiatan membaca iqra’ secara bergantian. Bacaan-bacaan yang kurang benar akan dikoreksi mas Bima. Juga mas Aris.

Setelah selesai membaca iqra’, kami segera duduk manis. Kami keluarkan sangu kami. Air minum dan cemilan. Hahaha.

Dasar bocah. Sudah tahu nanti dikasih makan takjil eh tetap membawa sangu cemilan. 

Mas Bima dan mas Aris segera membagi makanan takjil untuk kami. Waktu itu yang menjadi idola untuk takjil adalah nasi yang memakai ayam goreng. Maklum, masa kecil di kampung ya jarang makan ayam goreng. Hehe.

Kami menunggu tanda waktu berbuka. Ya suara itu. Suara ngingggg yang dilanjutkan adzan Maghrib.

***

Aku tersenyum mengingat masa kecilku bersama Opik dan teman-teman saat bulan puasa tiba. Ya saat menunggu waktu berbuka. Menunggu suara khas itu. Ngingggg...

Dan hari ini, aku janjian berbuka puasa dengan Opik di rumah. Menu berbuka sudah siap di atas meja di gazebo ini.

“Assalamu’alaikum, Mam..”, sapa suara itu. Opik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun