Makanan modern mudah sekali ditemukan. Roti, kue, makan cepat saji, makanan instan dan sebagainya.
Apakah ini mampu menggerus keberadaan makanan tradisional?
Talas, sebut saja ini merupakan salah satu makanan tradisional. Tumbuhan ini biasanya ditanam di "galengan" sawah. Talas ditanam dalam jangka waktu tertentu, hingga dapat dipanen.Â
Talas mentah harus dikupas sebelum di "dang" atau dikukus. Awas, hati-hati. Bagi yang tidak terbiasa mengupas talas, akan terasa gatal sekali pada tangan. Tidak hanya pada telapak tangan, tetapi juga punggung tangan dan pergelangan tangan. Ya, di mana bagian tangan yang terkena getah talas. Usahakan memakai kaos tangan atau plastik untuk mengurangi terkena getahnya.
Talas yang sudah dikupas kemudian dicuci terlebih dahulu. Dalam mencuci juga harus hati-hati, karena kulit tangan akan gatal sekali.Â
Kemudian talas itu dipotong. Jangan terlalu tipis, dan jangan terlalu tebal.
Kemudian siapkan soblok untuk "ngedang" atau mengukusnya. Usahakan jangan terlalu banyak airnya. Jangan sampai ketika dikukus, air naik sampai ke talasnya.
"Dang" atau kukus selama 10 hingga 15 menit. Jangan sampai terlalu lama, karena akan terlalu lunak talasnya.
Rasa talas ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bukan karena lebay, tetapi karena tidak bisa menemukan padanan kata yang tepat untuk mendeskripsikan rasanya.
Tetapi sebagai sedikit gambaran, rasanya ada manisnya, ada tawarnya, dan entah apa lagi. Yang pasti empuk dan enak dilidah.
Sedangkan roti pada umumnya memiliki rasa manis. Entah manis dengan varian atau rasa durian, strawberry, nanas, dan sebagainya.
Proses pembuatan-pun memerlukan waktu yang lama. Bahan-bahannya juga bermacam-macam. Dan tidak jarang menggunakan pemanis buatan. Diakui atau tidak.
Rasa roti yang bermacam-macam ini tidak membuat lidah merasa sangat ingin makan, makan dan makan lagi. Bukan karena tidak enak, tetapi lidahnya yang tidak cocok. Mungkin karena ke-ndeso-an saya saja.
Jika dibandingkan dengan roti, saya pribadi akan memilih talas ini. Karena rasa yang unik. Tiada duanya.Â