Mohon tunggu...
Zahro Nur Latifah
Zahro Nur Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Learning is'nt about when and where, cause actually you can do it anytime and anywhere

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenang Tragedi 65

10 Oktober 2022   07:02 Diperbarui: 10 Oktober 2022   07:06 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Namun ada satu saksi mata hidup yang sangat berjasa. Namanya adalah Soekitman, ia adalah seorang anggota Polisi. Tanpa Soekitman, pencarian jasad ke tujuh korban pembantaian akan memamakan waktu lebih lama, atau bahkan tidak dapat di temukan.


Kala itu Soekitman bersama rekannya sedang menjalankan tugas untuk berpatroli. Tiba-tiba keduanya mendengar suara tembakan beberapa kali. Lalu Soekitman segera pergi sendiri ke arah suara tembakan dan meminta rekannya agar tetap berjaga di tempat. Dalam perjalanannya Soekitman bertemu dengan beberapa anggota PKI yang berada di dekat rumah Jenderal D.I. Pandjaitan, lalu Soekitman di hadang oleh anggota PKI dan ikut dibawa ke lokasi pembantaian karena mereka mengira kalau Soekitman adalah Ajudan dari Jenderal D.I. Pandjaitan. Soekitman dibawa dalam keadaan kedua tangan terikat dan mata tertutup.


Pada pagi 1 Oktober 1965 Soekitman menyaksikan sendiri bagaimana PKI menyiksa ke tujuh korban dengan amat sangat keji, kemudian dikubur dengan dimasukkan ke lubang buaya dengan posisi kepala dimasukkan terlebih dahulu, lalu ditembak dari atas beberapa kali. Dan terakhir di tutup menggunakan tanah dan tumpukan sampah diatasnya untuk menghilangkan jejak dan menutupi bau busuk yang berasal dari Lubang Buaya.


Soekitman juga sempat disiksa oleh anggota PKI namun ia berhasil selamat. Ada sumber yang mengatakan Soekitman selamat karena pura-pura mati dan ada sumber lain yang mengatakan bahwa setelah disiksa ia ditinggalkan begitu saja karena dianggap tidak penting.


Beberapa saat berlalu, Wakil Presiden Soeharto mendapat kabar bahwa telah terjadinya penculikan terhadap jenderal dan perwira yang dilakukan oleh PKI. Saat mendengar kabar tersebut pak Soeharto segera menyiapkan pasukan dan segera mencari petunjuk dari peristiwa tersebut.

Hingga sampai lah mereka ke lokasi Lubang Buaya dan melihat adanya Soekitman dalam keadaan lemah dan penuh luka-luka. Lalu para pasukan pak Soeharto segera menolongnya. Setelah itu Soekitman menceritakan apa yang ia lihat saat pembantaian dan memberi tahukan posisi dari Lubang Buaya tersebut.

Pada tanggal 4 Oktober jenazah ke enam jenderal dan satu perwira akhirnya di angkat dari lubang buaya. Dalam keadaan tubuh jasad yang mengenaskan dan timbulnya bau busuk dari jasad para korban serta kondisi lubang yang sempit, menyebabkan proses pengangkatan jenazah berjalan cukup lama. Karna harus berhati-hati agar tidak merusak jasad para korban.


Pada tanggal 5 Oktober ke tujuh korban akhirnya di makamkan dengan hormat di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pemakaman ini di hadiri oleh ribuan orang, baik dari kalangan keluarga, sipil, maupun militer, untuk memberikan penghormatan bagi tujuh orang pahlawan yang gugur atas tragedi G30S PKI.

Setelah itu pemerintah bersama angkatan militer dan masyarakat bersama-sama menumpas siapa-siapa yang harus bertanggung jawab atas tragedi G30S PKI. Mereka beringas mencari kesana-kesini para gembong-gembong PKI serta para pengikutnya.

Setelah berhasil menangkap siapa-siapa yang terlibat dalam PKI, mereka di hukum dengan semestinya. Sedangkan petinggi PKI seperti D.N. Aidit, M.H. Lukman, dan Njoto berhasil ditembak mati oleh angkatan TNI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun