Mohon tunggu...
Ceramah Gus Baha
Ceramah Gus Baha Mohon Tunggu... L Soliha

Bismillah. Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa a'la aali sayyidina Muhammad. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang Maha Pengampun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gus Baha: Nabi Pernah Miskin, Tapi Tidak Setiap Hari

11 Oktober 2025   12:57 Diperbarui: 14 Oktober 2025   13:52 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bismillahirrahmanirrahim

Nabi Muhammad Saw adalah teladan hidup kita sepanjang zaman. Nabi adalah rahmat bagi sekalian alam atau rahmatan lil alamin. Bahkan Allah dalam Alquran Surat Ali 'Imran Ayat 31 berfirman yang Artinya: "Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Maka kita harus mengikuti

Nabi Muhammad Saw sebagai wujud rasa cinta kita kepada Allah. 

Kisah hidup Nabi Muhammad Saw juga perlu diketahui oleh setiap muslim. Bahwa Nabi Muhammad adalah sosok Nabi yang memiliki profesi sebagai pedagang sukses karena kejujuran dan kegigihannya. Nabi adalah pedagang yang kaya raya, namun harta Nabi Muhamad digunakan untuk keperluan umat . Nabi Muhammad adalah figur yang dermawan dan menjadikan seluruh hartanya untuk perjuangan agama Islam

Meskipun Nabi juga pernah mengalami masa masa sulit terutama saat Perang Khandaq. Nabi Muhammad SAW bahkan pernah miskin sampai tidak memiliki makanan sehingga mengganjal perutnya dengan batu. Namun Sebenarnya itu hanya terjadi pada satu kejadian saja dan tidak berlangsung setiap hari. 

KH. Ahmad Bahauddin Nursalim Al Hafiz Hafizahullah atau yang dikenal dengan nama Gus Baha mengatakan, "Saya bacakan syarahnya dan simak baik baik agar kamu tahu bahwa fatwa saya ini tidak main main. Ukuran hidup yang benar di dunia itu pokoknya kamu punya penghidupan yang baik, hidup nyaman dan hati gembira. Dan bisa menjaga diri dari meminta minta kepada teman atau saudara ketika butuh."Ujar Gus Baha yang juga Rois Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini

Gus Baha mencontohkan bahwa, misalkan ada guru Madrasah yang bisa membaca kitab Taqrib. Dia tidak usah membayangkan punya uang sebesar 1 miliar. Tetapi bisa memiliki uang sebesar 2 juta saja, sehingga bisa memiliki kemampuan membawa anak ke puskesmas ketika sakit. Serta ketika tetangganya ada yang khitan atau menikah juga masih memiliki uang. Sehingga tidak mengeluhkan bahwa ada tetangganya yang menikah atau khitan. Lalu tidak menjadi orang yang karena kemiskinanya menyalahkan orang banyak.

Gus Baha bertutur, "Maka janganlah sampai terjadi jika hanya punya uang 5 ribu rupiah lalu ada tetangga yang menikah malah mencela dan berkata mengapa ada saja yang menikah di saat susah. Ketika ada Haul Kyainya lalu berkata waduh kok haul lagi saja. Jadi semuanya dianggap problem. Untuk menghindari keluhan seperti itu maka penting untuk memiliki uang yang bisa mengatasi itu semua. Gus Baha masih mengingat ketika masih merantau dahulu masih memiliki uang minimal 300 ribu. Uang itu beliau sisihkan untuk keperluan mendadak tetangga atau untuk urusan perjuangan. Karena uang sejumlah itu beliau anggap sebagai uang milik Allah. Jadi jika berkisar keperluan itu semua beliau anggap  sebagai uang milik Allah."

"Sementara sekarang ini kecukupan itu kita anggap ketika masih memiliki uang minimal 2 juta rupiah. Sebab jika nanti apabila ada tetangga yang menikah tidak kemudian menjadi takut. Ada keponakan yang khitan tidak menjadi takut, ada haul guru juga tidak menjadi takut. Namun yang terjadi pada anak zaman sekarang ini, alumni pondok hanya memiliki uang sebesar 10 ribu rupiah. Miris sekali, ketika uangnya hanya cukup untuk berbelanja makanan. Sehingga takut jika ada haul guru atau jika ada tetangga yang menikah atau jika ada keponakan yang dikhitan. Gus Baha menegaskan bahwa keadaan seperti itu berbahaya. Sebab saat seseorang miskin dia akan takut dengan sistem sosial. Kemudian takut jika sudah sampai pada bulan zulhijah karena banyak menikah," Imbuh Gus Baha

Fatwa Gus Baha ini berasal dari Kitab Hikam yang ditulis oleh Ibnu Athaillah Assakandari, agar orang orang yang zuhud itu tidak berlebihan ketika berfatwa untuk menjadi seperti mereka. Jadi kita sebaiknya harus memiliki uang yang kira kira bisa menjaga agar hidup merasa nyaman dan hati serta tubuh merasa tenteram. Serta bisa menjaga diri dari meminta minta ketika sedang ada kebutuhan. Istilahnya memiliki uang untuk kebutuhan mendadak. 

Namun diharapkan bagi yang belum mampu atau miskin sebaiknya tidak perlu tersinggung dengan fatwa semacam ini. Sebab bisa saja itu adalah cobaan dan takdir. Jika sudah begitu yang penting sekarang dimulai dengan merubah pola pikir. Meski miskin kita juga tetap mempunyai keinginan (meskipun belum tercapai) memiliki uang sebesar biaya wajib haji. 

Sebab Gus Baha mengutip pernyataan Imam Ghazali yang berkata jika ada harta cukup untuk hari demi hari itu akan mengukuhkan syariat wajib Haji dan zakat. Soal nanti tidak tercapai itu bukan masalah. Misalkan ada santri yang miskin, dia bisa berikhtiar memelihara ayam atau kambing atau sapi. Ternak itu tentu harganya akan selalu naik. Sapi kalau dipelihara menjadi besar begitu juga ayam yang cepat berkembang biak. Sehingga santri tadi memiliki harta dengan batas minimal Zakat dan Haji.

.

Adat kebiasaan seperti itu akan menjadikannyap percaya diri. Sebab bisa menjaga diri dari meminta minta ketika butuh. Ukuran minimalnya adalah bisa menjaga harga diri dari meminta minta. Sehingga merupakan sebuah hal yang keren jika ada Kyai mengajukan proposal kepada orang kaya tapi untuk memikirkan Islam, membangun pesantren atau untuk kemaslahatan umat. Namun jika Kyai tersebut mengharap untuk sumbangan makan sehari hari itu menjadi hal yang tidak keren sama sekali. 

Gus Baha menegaskan, "Paham yah jadi jangan benci kemiskinan tapi jangan juga berfatwa berlebihan tentang pentingnya zuhud. Menurut Imam Ghazali, ukuran nikmat paling besar adalah Allah memberikan rezeki yang mencukupimu. Tentu mencukupi itu kan bukan jika ukurannya bisa memiliki mobil Alphard.

Tetapi sesuatu yang mencukupi menurut Imam Ghazali itu adalah jika hartamu cukup untuk melaksanakan syariat senilai Haji dan senilai Zakat (zakat maal/zakat harta). Menurut para Ulama ketika Allah memerintahkan kewajiban zakat tidak ada kalimat untuk berzakat semampu kalian. Sementara untuk kewajiban haji ada klausul ketika kita mampu berhaji. Sedangkan ketika Allah mewajibkan zakat tidak ada ketentuan zakat bagi yang mampu. Sebab zakat maal atau harta adalah tidak ada catatan bagi yang mampu. Bahkan perintah zakat disandingkan dengan sholat.

Gus Baha yang juga Pengurus Pondok Pesantren Tahfizul Qur'an LP3IA yang berlokasi di desa Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, Indonesia ini menambahkan,  di dalam Alquran Surat Al Baqarah ayat 43, yang artinya: dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.Dalam ayat Alquran tersebut terdapat perintah dirikanlah sholat berbarengan dengan tunaikanlah zakat. Tidak ada ketentuan hanya jika  mampu. Sedangkan dalam ketentuan  Haji masih bisa dibantah yaitu hanya bagi yang mermiliki kemampuan saja yang diwajibkan haji. 

Sementara ada pengertian lain di masyarakat kita bahwa orang miskin wajib zakat tetapi hanya sekedar zakat fitrah. Pernyataan Itu bisa merusak agama karena orang hanya mau berzakat fitrah saja. Maka Gus Baha mohon bagi yang belum memilik uang setidaknya memiliki niat mengumpulkan aset yang kira kira setara untuk ketentuan membayar biaya haji dan zakat (maal).

Meski ketika sudah terkumpul 2 juta kemudian tabungan pun jebol lagi karena banyak yang mengundang hajatan. Atau sudah 4 juta akan tetapi jebol lagi karena ada anak yang sakit. Hal itu tidak masalah. Karena setidaknya ketika kamu menjadi seorang guru madrasah tidak nelangsa dan hanya bisa tidur tiduran saja. Sebab saat tabungan jebol tersebut masih memiliki uang. Sehingga masih bisa berfikir logis dan jernih dalam mengelola madrasahnya,

Seperti memikirkan tentang bagaimana dengan pelajaran atau kurikulum kelas Ibtida. Sedangkan jika tidak memiliki jumlah minimal uang yang cukup sehingga istri menjadi marah marah karena tidak punya uang dan beras. Akibatnya guru madrasah tersebut tidak bisa berfikir jernih untuk mengurusi urusan umat karena tekanan ekonomi rumah tangganya yang belum terpenuhi," Imbuh Ulama yang merupakan Santri Kinasih Alm KH. Maimoen Zubair ini

Gus Baha yang beristrikan Ning Winda ini kembali menjelaskan bahwa pengarang Kitab Hikam karangan  Ibnu Athaillah Assakandari itu mengatakan batas minimal harta yang dimiliki oleh seseorang itu haruslah mencukupi. Sehingga hidup terasa enak dan hati terasa tenang. Badan juga terasa segar dan bisa menjaga diri dari meminta minta.

Pandangan seperti itu bukan berarti merupakan anti kemiskinan. Maksudnya tidaklah demikian, Bahkan pandangan itu adalah adalah pandangan Imam Al Ghazali  tentang batas minimal harta yang Gus Baha bingkai dalam pigura. Sedangkan bagi yang zuhud jangan sampai menabrak kemungkinan angka yang menjadi wajibnya Haji, dan nisabnya zakat. 

Sebab Nabi pernah miskin dan lapar sampai perutnya diganjal batu itu hanya sekian waktu dan tidak berlangsung setiap hari. Itu terjadi saat perang Khandaq. Jangankan saat perang, bahkan di perantauan saja seseorang juga pernah mengalami kesusahan. Namun bukan berarti setiap hari Nabi Muhammad kesusahan dan kelaparan sehingga mengganjal perutnya dengan batu

"Nabi Muhammad sesungguhnya adalah seorang pedagang yang sukses dan jujur. Istri beliau Sayyidah Khadijah juga seorang pedagang besar. Nabi itu gagah dan menakjubkan karena Nabi memberi makan banyak orang yang merupakan ahlu Shuffah seperti Bilal Bin Rabbah dan Abu Hurairah. Nabilah yang merawat para ahlu Shuffah dengan segala kebutuhannya. Selain itu Nabi juga memiliki tanah yang luas di Khaibar dan Fadak," Pungkas Gus Baha

Wallahu A'lam

Dicatat dari ceramah Gus Baha pada Channel Youtube 'Santri Gayeng' yang berjudul "Gus Baha: Nabi Pernah MIskin, Tapi Tak Setiap Hari". Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan. Semoga Allah Swr memanjangkan umur Guru-Guru kita dalam taat dan sehat wal afiat, senantiasa dilindungi, diberkahi dan diridhoi Allah Swt. Aamiin yaa Allah yaa Robbal Alaamiin. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala aali sayyidina Muhammad 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun