Mohon tunggu...
Zahra Salsabila
Zahra Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kita Gagal Melindungi Gigi Anak-Anak: Paradoks Karies di Era Kesehatan Modern

8 Juni 2023   18:31 Diperbarui: 8 Juni 2023   18:40 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak dan Gula. Foto: ShutterStock

Di era yang serba modern ini, kita memiliki akses terhadap pengetahuan dan teknologi kesehatan yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, secara paradoks, kita gagal dalam suatu hal yang seharusnya paling mendasar: menjaga kesehatan gigi anak-anak kita. Senyum cerah anak-anak kita semakin pudar karena terkikis oleh monster yang disebut karies.

Sesuai dengan data World Health Organization, hampir setengah dari anak-anak usia 6-19 tahun di seluruh dunia mengalami karies. Di Indonesia, angka tersebut bahkan lebih tinggi. Paradoksnya, ini terjadi di era ketika kita seharusnya paling siap untuk melawan penyakit ini.

Fakta yang lebih mengagetkan adalah bahwa karies merupakan penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Kita punya pengetahuan dan sumber daya, tetapi nampaknya kita gagal memanfaatkannya secara efektif. Kita telah berinvestasi dalam berbagai inovasi kesehatan, namun ironisnya, kita tidak dapat menghentikan penyebaran karies pada anak-anak.

Seorang filsuf pernah berkata, "Kesalahan bukanlah dalam bintang-bintang, tetapi dalam diri kita sendiri." Mungkin saatnya kita menatap dalam-dalam ke dalam diri kita dan menanyakan apa yang salah. Apakah kita melupakan sesuatu yang sangat penting dalam usaha kita untuk merawat generasi berikutnya?

Salah satu faktor penyebab utama karies adalah konsumsi gula yang tinggi. Industri makanan dan minuman memanfaatkan kecenderungan kita untuk mengonsumsi makanan manis dan membanjiri pasar dengan produk berisi gula tinggi. Pendidikan kesehatan gigi dan pengetahuan umum tentang diet seimbang seringkali kalah melawan iklan makanan yang menggoda dan mengintai di setiap sudut.

Dr. Paul Connett, seorang ahli dalam studi fluorida, pernah berkata, "Kita tidak bisa melindungi kesehatan gigi anak-anak kita jika kita tidak mengendalikan asupan gula mereka." Mungkin, ini adalah titik dimana kita gagal. Kita membiarkan anak-anak kita terpapar gula dalam jumlah yang berbahaya, lalu berharap bahwa sikat gigi dan pasta gigi akan cukup untuk melawan efeknya.

Ini bukanlah masalah individu, ini adalah masalah masyarakat. Kita perlu menyadari bahwa menghadapi karies bukan hanya tentang membersihkan gigi dua kali sehari. Ini tentang mengubah pola konsumsi kita, melawan industri makanan yang menguntungkan dirinya sendiri di atas kesehatan kita, dan memastikan bahwa pengetahuan tentang kesehatan gigi ada di tangan semua orang.

Karies pada anak-anak bukanlah masalah yang terisolasi, melainkan gejala dari masalah yang lebih besar: pengejaran profit di atas kesejahteraan dan gaya hidup yang tidak sehat. Seperti kata Molire, "Itu bukan hanya apa yang kita makan, tetapi apa yang kita cerna yang membuat kita kuat; bukan hanya apa yang kita peroleh tetapi apa yang kita simpan yang membuat kita kaya; bukan hanya apa yang kita baca tetapi apa yang kita ingat yang membuat kita belajar."

Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Pertama, kita perlu mendidik anak-anak kita tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan bagaimana melakukannya. Bukan hanya sekedar mengajari mereka menyikat gigi dua kali sehari, tetapi juga mengajari mereka tentang konsekuensi dari konsumsi gula yang berlebihan dan pentingnya diet seimbang.

Kedua, kita perlu mempertanyakan dan menantang industri makanan dan minuman yang terus memproduksi dan mempromosikan produk dengan kandungan gula tinggi. Kita harus meminta perubahan dan transparansi dalam cara mereka memasarkan produk mereka, terutama kepada anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun