Mohon tunggu...
Zahra Fahira Hasin
Zahra Fahira Hasin Mohon Tunggu... UIN Sunan Kalijaga | Ilmu Komunikasi | 24107030104

mahasiswi gen z yang suka healing, sleeping, scrolling, singing, dan muring-muring namun lihatlah apa saja yang telah ditulis pemuda gacor ini

Selanjutnya

Tutup

Trip

Bukit Ngelanggeran dengan Segala Ceritanya

9 Juni 2025   14:19 Diperbarui: 9 Juni 2025   14:19 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batu bercorak fosil dinosaurus. Pict by me

"Capeknya naik, tapi view-nya bikin lupa semua masalah."
Itu kalimat pertama yang keluar dari mulutku pas nyampe puncak Bukit Nglanggeran. Serius, ini bukit bukan sembarang bukit. Buat kamu yang mikir gunung itu cuma buat para pendaki hardcore, kamu harus coba Bukit Nglanggeran dulu deh. Lokasinya ada di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Gak jauh dari pusat kota, tapi rasanya kayak udah pergi ke dunia lain.

First Impression sih bukitnya gak main-main. Awalnya aku kira ini cuma bukit kecil buat sekadar foto-foto. Tapi setelah sampai dilokasi, baru kerasa ini tuh spot alam yang punya vibes mistis tapi adem banget. Bukit Nglanggeran adalah bekas gunung api purba yang usianya udah sekitar 60 juta tahun. Gak heran kalau formasi batuannya gede-gede dan unik banget kayak benteng alam yang terbentuk sendiri tanpa bantuan manusia.

Yang bikin aku makin kagum, ini salah satu gunung api purba langka yang masih bisa dijelajahi tanpa harus jadi pendaki profesional. Tiket masuknya juga ramah kantong, cuma sekitar 15 ribu aja. Tapi pengalaman yang dikasih? Bener-bener priceless.

Disini sejarah dan mitosnya Nempel Banget. Bukit Nglanggeran bukan cuma punya keindahan alam, tapi juga nilai sejarah dan budaya yang kuat. Dalam cerita lokal, tempat ini dulunya dipercaya sebagai tempat tinggal para empu (pembuat keris dan senjata tradisional di masa Jawa kuno). Konon, mereka diasingkan ke bukit ini karena melanggar aturan kerajaan.

Nama "Nglanggeran" sendiri berasal dari kata "langger" yang artinya melanggar. Jadi, tempat ini dulunya dikenal sebagai tempat untuk menghukum orang-orang yang melanggar aturan atau norma. Masyarakat percaya, sampai sekarang pun tempat ini dijaga oleh makhluk tak kasat mata. Makanya, selama pendakian, kita disarankan untuk bersikap sopan, gak berkata kasar, dan gak buang sampah sembarangan.

Dan jujur, saat aku mendaki, suasananya memang kerasa beda. Tenang, tapi agak "sakral". Gak menyeramkan, tapi lebih ke arah bikin kita mikir dua kali sebelum bertindak sembarangan. Ini juga salah satu momen di mana aku ngerasa makin dekat sama alam.

Pendakiannya bisa dibilang medium, gak terlalu santai tapi juga gak ekstrem. Cocok banget buat mahasiswa kayak aku yang gak punya banyak waktu atau stamina tapi tetap pengen petualangan. Rutenya udah jelas dan ada beberapa titik peristirahatan yang strategis.

Bukit ngelanggeran. Pict by me
Bukit ngelanggeran. Pict by me

Yang unik, beberapa jalur pendakian ngelewatin celah-celah batu yang sempit banget. Ada spot yang dikenal sebagai "Lorong Sempit" yang literally bikin aku harus miringin badan biar bisa lewat. Tapi ini justru jadi bagian paling memorable. Apalagi kalau naiknya rame-rame bareng temen, jadi bisa saling becandain dan bantuin.

Begitu nyampe di puncak, langsung speechless. Pemandangannya luas banget---kamu bisa lihat barisan perbukitan hijau, Kota Jogja dari kejauhan, bahkan Waduk Nglanggeran yang bentuknya kayak mangkok penuh air. Saking jernih dan tenangnya, airnya bisa mantulin warna langit. Kalau datang pas sunrise atau sunset, warnanya bisa jadi jingga keemasan, dan itu bikin suasana makin magis.

Aku duduk agak lama di sana, ngerasain angin semilir, sambil diem tanpa dengerin musik atau scroll TikTok. Cuma aku dan alam. Dan jujur aja, itu pengalaman yang susah banget didapetin di kota.

fotoku
fotoku

Sebelum atau sesudah naik bukit, kamu juga bisa mampir ke Desa Wisata Nglanggeran. Tempat ini dapet banyak penghargaan karena berhasil ngegabungin pariwisata, budaya lokal, dan edukasi. Di sini, kamu bisa coba aktivitas seru kayak bikin cokelat dari kakao lokal (yes, tanaman kakaonya beneran ditanam di sekitar desa!), belajar bertani, atau sekadar ngobrol sama warga yang super ramah.

Tips buat kamu yang mau coba nih, Datang pagi atau sore. Sunrise dan sunset-nya epik banget. Jangan datang siang-siang karena panasnya ngeri. Terus pakai outfit yang nyaman. Sepatu gunung atau sneakers wajib. Hindari sandal jepit, ya. Lalu jangan lupa bawa minum sendiri. Di atas gak ada warung, jadi jangan sampe dehidrasi. Hormati aturan lokal. Jaga ucapan, jangan buang sampah sembarangan, dan hargai mitos yang ada. Dan yang terakhir, jangan buru-buru. Nikmati proses naiknya. Ini bukan lomba.

Sebagai mahasiswa semester dua yang kadang mumet sama tugas dan drama kampus, Bukit Nglanggeran jadi pelarian yang sempurna. Bukan cuma soal foto kece buat ngasi makan Instagram, tapi pengalaman spiritual, fisik, dan sosial yang lengkap. Naik bukit ini bikin aku ngerasa lebih dekat sama alam, sama diri sendiri, dan sama sejarah yang udah lama ada tapi jarang kita sentuh.

Foto bersama teman-teman 
Foto bersama teman-teman 

Bukit Nglanggeran ngajarin aku satu hal penting: alam itu bukan cuma tempat buat ditaklukkan, tapi juga tempat buat kita belajar dan bersyukur. "first time melihat  bukit ini dari kejauhan saja sudah memancarkan alam yang indah akan bukit yang gagah, pas naik ternyata bener-bener se worth it itu sih" ucap Asnal Mila selaku pengunjung sekaligus teman mendakiku disana.

So, buat kamu yang lagi nyari liburan singkat tapi berkesan dan gak perlu budget gede coba deh dateng ke sini. Siapa tahu, kamu bisa dapetin versi terbaik dari dirimu di atas batu-batu purba yang udah ada sejak jutaan tahun lalu.

Sumber:

Website Desa Wisata Nglanggeran, Kemenparekraf dan Jadesta, UNESCO Global Geoparks Geopark, Kompas dan Mongabay.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun