"Capeknya naik, tapi view-nya bikin lupa semua masalah."
Itu kalimat pertama yang keluar dari mulutku pas nyampe puncak Bukit Nglanggeran. Serius, ini bukit bukan sembarang bukit. Buat kamu yang mikir gunung itu cuma buat para pendaki hardcore, kamu harus coba Bukit Nglanggeran dulu deh. Lokasinya ada di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Gak jauh dari pusat kota, tapi rasanya kayak udah pergi ke dunia lain.
First Impression sih bukitnya gak main-main. Awalnya aku kira ini cuma bukit kecil buat sekadar foto-foto. Tapi setelah sampai dilokasi, baru kerasa ini tuh spot alam yang punya vibes mistis tapi adem banget. Bukit Nglanggeran adalah bekas gunung api purba yang usianya udah sekitar 60 juta tahun. Gak heran kalau formasi batuannya gede-gede dan unik banget kayak benteng alam yang terbentuk sendiri tanpa bantuan manusia.
Yang bikin aku makin kagum, ini salah satu gunung api purba langka yang masih bisa dijelajahi tanpa harus jadi pendaki profesional. Tiket masuknya juga ramah kantong, cuma sekitar 15 ribu aja. Tapi pengalaman yang dikasih? Bener-bener priceless.
Disini sejarah dan mitosnya Nempel Banget. Bukit Nglanggeran bukan cuma punya keindahan alam, tapi juga nilai sejarah dan budaya yang kuat. Dalam cerita lokal, tempat ini dulunya dipercaya sebagai tempat tinggal para empu (pembuat keris dan senjata tradisional di masa Jawa kuno). Konon, mereka diasingkan ke bukit ini karena melanggar aturan kerajaan.
Nama "Nglanggeran" sendiri berasal dari kata "langger" yang artinya melanggar. Jadi, tempat ini dulunya dikenal sebagai tempat untuk menghukum orang-orang yang melanggar aturan atau norma. Masyarakat percaya, sampai sekarang pun tempat ini dijaga oleh makhluk tak kasat mata. Makanya, selama pendakian, kita disarankan untuk bersikap sopan, gak berkata kasar, dan gak buang sampah sembarangan.
Dan jujur, saat aku mendaki, suasananya memang kerasa beda. Tenang, tapi agak "sakral". Gak menyeramkan, tapi lebih ke arah bikin kita mikir dua kali sebelum bertindak sembarangan. Ini juga salah satu momen di mana aku ngerasa makin dekat sama alam.
Pendakiannya bisa dibilang medium, gak terlalu santai tapi juga gak ekstrem. Cocok banget buat mahasiswa kayak aku yang gak punya banyak waktu atau stamina tapi tetap pengen petualangan. Rutenya udah jelas dan ada beberapa titik peristirahatan yang strategis.
Yang unik, beberapa jalur pendakian ngelewatin celah-celah batu yang sempit banget. Ada spot yang dikenal sebagai "Lorong Sempit" yang literally bikin aku harus miringin badan biar bisa lewat. Tapi ini justru jadi bagian paling memorable. Apalagi kalau naiknya rame-rame bareng temen, jadi bisa saling becandain dan bantuin.
Begitu nyampe di puncak, langsung speechless. Pemandangannya luas banget---kamu bisa lihat barisan perbukitan hijau, Kota Jogja dari kejauhan, bahkan Waduk Nglanggeran yang bentuknya kayak mangkok penuh air. Saking jernih dan tenangnya, airnya bisa mantulin warna langit. Kalau datang pas sunrise atau sunset, warnanya bisa jadi jingga keemasan, dan itu bikin suasana makin magis.