Mohon tunggu...
Zahhir Anwari
Zahhir Anwari Mohon Tunggu... Guru - Pengetahuan adalah senjata terkuat dalam memerangi kebodohan

hanya orang yang biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan di Kampung Namun Bukan Kampungan

1 Maret 2024   04:22 Diperbarui: 1 Maret 2024   05:08 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2 hari yang lalu saya mendampingi siswa mengikuti pertandingan futsal antar SD di SMAN 1 Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin. Sekolah kami SDN Pariok 1 pada saat itu berhasil melaju ke babak final dan berhadapan dengan SDIT Al-Madani Tapin. Pertandingan berjalan dengan seru dan banyak drama yang disajikan antar pemain. Teriakan masing-masing pendukung juga ikut meramaikan suasana pertandingan tersebut. Hasil akhir pun didapat, sekolah kami harus mengakui keunggulan pemain lawan. Kami harus menerima kekalahan dengan skor 0 - 4 untuk kemenangan SDIT Al-Madani Tapin.

Meskipun demikian, saya cukup puas dan bangga dengan permainan anak didik saya. Mereka berhasil sampai ke final dengan meraih juara 1 grup dengan raihan poin maksimal tanpa mengalami satu kali pun kekalahan. Hasil ini bagi saya adalah yang terbaik mengingat sekolah kami baru 2 tahun ini mengikuti pertandingan futsal. Jika melihat kilas balik tahun kemaren, sekolah kami berhasil meraih juara 1 pertandingan futsal antar SD di SMAN 1 Candi Laras Selatan.

Pertandingan final kemaren bagi saya semacam pertandingan antar anak kampung dan anak kota. Sekolah kami sendiri terletak di desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, buruh sawit dan pencari ikan. Berbanding terbalik dengan SDIT Al-Madani yang terletak di perkotaan dengan sarana dan psarana yang memadai serta ekonomi orangtua nya yang kebanyakan berada pada kelas menengah ke atas.

Ada hal yang membuat saya bertanya-tanya, mengapa sekolah yang terletak di perdesaan tidak memiliki sarana dan psarana sebagus dengan sekolah yang ada di perkotaan ?

Sekolah di desa pada umumnya yang saya temui memiliki bangunan yang sederhana dengan material terbuat dari kayu, dengan kondisi bangunannya ada beberapa yang rusak. Belum lagi dengan fasilitas yang tidak selengkap dengan sekolah yang ada di kota.hal ini diperparah dengan akses menuju tempat sekolah tersebut yang tidak mudah untuk dilalui. Ada banyak tantangan yang dihadapi para guru ketika menempuh perjalanan untuk mengajar ke sekolah yang ada di pedesaan. Seperti melewati jalan yang penuh dengan lumpur, jalanan yang rusak dan dipenuhi lubang-lubang besar dan lain sebagainya. Infrastruktur yang tidak merata ini tentu dikhawatirkan akan menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan sosial antar masyarakat terutama pelaku pendidikan seperti guru.Hal ini yang menjadi pertanyaan saya, mengapa kesenjangan ini terjadi ? Apakah ada yang salah dengan tata kelolanya atau memang ada sikap pilih kasih dari pemerintah dengan lebih mengutamakan pendidikan yang ada di kota ?

Masalah internet juga menjadi masalah yang sampai sekarang belum teratasi dengan maksimal, pada kenyataannya sinyal internet di kota jauh lebih baik jika dibandingkan dengan di desa. Padahal pendidikan di pedesaan juga membutuhkan akses internet yang memadai. Sebagai contoh, sekolah saya setiap tahunnya terpaksa harus menumpang sekolah lain ketika ada pelaksanaan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer). Hal ini terjadi karena sekolah ditempat saya mengajar memiliki sinyal internet yang buruk. Hal serupa juga pastinya dialami oleh sekolah-sekolah yang lain yang memiliki kendala dan permasalahan yang sama. Padahal jika sinyal internet di pedesaan memiliki kualitas yang sama baiknya dengan di perkotaan tentu akan memudahkan para guru mengajar dengan media pembelajaran berbasis internet.

meskipun begitu, kenyataannya semangat belajar anak-anak yang di desa tidak kalah dengan anak-anak yang ada di kota. bahkan banyak kita temui diberbagai media sosial anak-anak desa yang berprestasi baik didalam maupun luar negeri. Hal ini menjadi indikasi bahwa keterbatasan bukan menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih cita-cita dan impiannya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun