Mohon tunggu...
Lukman Zaenudin
Lukman Zaenudin Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Polri dan Memahami Bencana

8 Juni 2021   13:39 Diperbarui: 19 Juni 2021   21:18 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana alam dan sosial merupakan peristiwa rutin di Indonesia. Peristiwa tersebut seolah akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia bahkan dunia. Ini tentu sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan bagi kita semua. Melalui tayangan televisi maupun bacaan media massa, ada saja peristiwa memilukan terjadi, baik yang disebabkan oleh alam maupun kelalaian manusia. Misalnya, banjir dan tanah longsor pada musim penghujan terjadi akibat manusia merusak hutan sehingga semakin sedikit tempat untuk menampung air hujan, dan sebagai akibatnya pada musim kemarau terjadi kekeringan. Dan masih banyak lagi ulah-ulah manusia yang serakah. 

Frekuensi dan intensitas hujan belakangan ini adalah gejala krisis iklim. Misal, tahun sekarang, depannya, dan depannya lagi tren akan memburuk kalau kita tidak melakukan apa-apa. Pemerintah dan lembaga terkait, tolong stop membuka hutan (illegal logging), transisi ke energi bersih, dan bangun kota-kota yang tangguh iklim. 

Semua itu menyadarkan kepada kita bahwa bencana hampir mustahil kita hindari selama kita hidup di muka bumi. Korban harta benda dan nyawa sudah tidak terhitung. Gedung-gedung hancur jembatan runtuh, rumah sakit dan fasilitas publik lain rusak. Semua itu menegaskan, betapa mengerikannya bencana yang terjadi. Sebagai manusia terdidik tentunya kita menginginkan bencana tidak terjadi karena itu mengusik rasa kemanusiaan kita. Namun demikian, jika bencana tetap terjadi kita menginginkan korban jiwa semaksimal mungkin dikurangi. 

Upaya dalam penanggulangan bencana 

Upaya dalam penanggulangan bencana, sudah tercantum jelas dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 mengamanatkan bahwa penanggulangan bencana merupakan tanggungjawab bersama. Sebagai wujud pelaksanaan Undang-undang tersebut, BPBD Kabupaten tentu dalam menjalin kemitraan dengan institusi pemerintah dan atau non pemerintah, lembaga usaha, masyarakat, akademisi serta media massa. Dalam rangka mewujudkan Kamtibmas yang kondusif, Sinergi BPBD dan Polri dalam hal penanggulangan bencana terus dioptimalkan. Mulai dari upaya pencegahan dan kesiapsiagaan di masa pra bencana, penanganan bencana di saat masa darurat maupun rehabilitasi dan rekonstruksi di masa pasca bencana. 

Peran Polri

Maka dari itu, ada baiknya muncul peran Polri menggagas program sadar lingkungan sebagai upaya mencegah kembali terjadi bencana banjir dan longsor. Pasalnya salah satu penyebab bencana banjir dan longsor karena hutan gundul dan lahan tidur yang tidak produktif. Sebagai upaya ini, Polri berani menghukum tindak tegas terhadap pidana illegal logging /pencemaran lingkungan hidup sesuai UU yang tercantum sebagaimana mestinya. 

Ketika bencana bertubi-tubi menyergap bangsa Indonesia, menyergap kita, timbul muncul pertanyaan, Apakah segala tragedi atau musibah yang merenggut ribuan nyawa dan meluluhlantakan sebagian negeri ini merupakan kehendak Tuhan? Sebuah takdir? Ataukah hanya sebagai kejadian alam semata? Kalaulah bencana ini merupakan kehendak Tuhan, lalu di mana sifat Tuhan sebagai Yang Maha Pengasih dan Penyayang diwujudkan bagi umat-Nya? Bukankah bencana yang merenggut ribuan nyawa, yang menyebabkan ribuan anak menjadi yatim dan piatu bila ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, tidaklah mencerminkan sifat tersebut? Atau sebaliknya orang tua kehilangan anaknya. 

Dalam pemahaman kebanyakan manusia, sifat Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, senantiasa diidentikkan dengan limpahan kesenangan, rezeki yang banyak, kesehatan, kedudukan, dan segala bentuk kesenangan lainnya. Saat mendapatkan limpahan kesenangan tersebut, dengan serta-merta kita menyimpulkan bahwa benar Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Sebaliknya, kalau segala kesusahan menimpa, seperti bencana yang tiada henti, kelaparan, kehilangan orang-orang yang kita kasihi, kehilangan harta benda, dengan cepat pula kita menyimpulkan bahwa Tuhan, tidaklah adil. Bahkan, mungkin dalam benak kita muncul prasangka bahwa Tuhan, amat jahat dan kejam. Naudzubillah. 

Berbicara masalah itu, maka kita akan berbicara bagaimana hubungan sebuah bencana dengan Tuhan. Sebagai pencipta alam semesta juga sangat mudah untuk menjadikan alam ini hancur lebur, baik dengan mendatangkan bencana alam kepada seganap penduduk, atau dalam bahasa lain kita sebut dengan takdir. Walaupun takdir itu sebenarnya mengiringi usaha manusia itu sendiri. 

Mengawali pembahasan ini ada sebuah perkataan dari Gus Mus, "Apabila pandemi dan musibah-musibah yang terjadi kita anggap sebagai cobaan atau teguran Tuhan, maka kita tidak boleh lupa bahwa cobaan/teguran itu untuk kita semua."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun