Mohon tunggu...
Zaenal Arifin
Zaenal Arifin Mohon Tunggu... Guru - Kawula Alit

Guru matematika SMP di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedang masa belajar menulis. Menulis apa saja. Apa saja ditulis. Siap menerima kritikan. Email: zaenal.math@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunia Saya (1)

21 April 2020   04:39 Diperbarui: 21 April 2020   04:49 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang tua umur lebih 70 tahun (sebut saja Pak X) bertamu. Awalnya saya tidak ingin bersalaman, apalagi mengetahui beliau baru menjenguk saudara di Rumah Sakit. Maklumlah, pandemi Covid-19 sedang ganas-ganasnya. Apalagi wilayah kami termasuk zona merah. Informasi di berbagai media belum menunjukkan hal membahagiakan terkait virus tersebut.

"Salaman dahulu, aku tidak kena penyakit lho!" Kata Pak X sambil mengulurkan.

"Mohon maaf, tangan saya kotor, baru bersih-bersih." Kata saya berusaha menghindar.

"Tidak apa-apa." Kata Pak X.

Salaman pun terjadi diliputi keraguan dalam diri saya.

Teringat salah satu hadis Kanjeng Nabi Muhammad, "Dua orang yang saling bertemu dan berjabat tangan, maka dosa keduanya saling diampuni hingga mereka berpisah." Diketahui kategori hadis tersebut hasan, bahkan ada pendapat ulama yang men-dhoif-kan. Tetap saja banyak orang berpedoman erat menggunakannya sebagai dalil argumentasi.

Dalam situasi normal saya tidak mempermasalahkan, justru menganjurkan hal baik tersebut. Namun saat ini, bersalaman sedetik saja bisa jadi awal petaka bagi orang-orang tercinta di sekitar kita.

Seyogianya menggunakan dalil lain. Misalnya, salah satu Firman Allah SWT yang memerintahkan supaya kita taat pada Allah, Rasul, dan pemerintah. Sudah mafhum, pemerintah melalui bermacam media menghimbau, memerintahkan hal-hal terkait Covid-19, diantaranya mencegah bersalaman.

Bukan soal berburuk sangka, menuduh orang lain terkena virus atau penyakit. Makhluk kecil tersebut tidak kasat mata, bisa jadi virus itu ada pada saya namun imun tubuh saya mampu bertahan, sehingga tidak ada pengaruhnya. Atau sebaliknya, orang lain terkena virus dan tetap bertahan.

Saling menjaga diri dan orang lain. Bukankah orang yang baik, menjaga keselamatan saudaranya dari bahaya lisan dan perbuatan kita? Jangan-jangan tanpa sengaja, kita sudah saling membahayakan kesehatan dan keselamatan teman dan saudara kita sendiri?

Bersambung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun