Mohon tunggu...
Zaenal Arifin
Zaenal Arifin Mohon Tunggu... Guru - Kawula Alit

Guru matematika SMP di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedang masa belajar menulis. Menulis apa saja. Apa saja ditulis. Siap menerima kritikan. Email: zaenal.math@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Sang "Interpreter" Sejati

23 Februari 2019   07:00 Diperbarui: 23 Februari 2019   07:33 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasih ibu sepanjang  jalan, kasih anak sepanjang penggalan. Peribahasa tersebut dan peribahasa serupa, meneguhkan dominasi para ibu mengalahkan para bapak. Dalam hal menerima penghormatan lebih dahulu dan lebih besar dari anak-anaknya. Bahkan dalam Agama Islam, Rasulullah Muhammad SAW juga menegaskan hal tersebut.

Hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu. Menjelaskan seseorang datang kepada Rasulullah Muhammad SAW, kemudian bertanya. Kepada siapa dia harus berbakti pertama kali. Rasul menjawab, "Ibumu." Kemudian orang tersebut mengajukan pertanyaan yang sama untuk kedua dan ketiga kalinya. Rasul tetap menjawab, "Ibumu." Baru pertanyaan serupa yang keempat kalinya dijawab oleh Rasul "Bapakmu."

Memang tidak dapat disangkal. Tugas ibu sebelum anak lahir di dunia, tidak bisa dan mustahil bisa tergantikan oleh bapak. Membawa anak kesana kemari selama kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari dalam kandungan. Memberikan asupan makanan dan minuman melalui ASI (Air Susu Ibu) selama lebih kurang dua tahun. Selalu siaga 24 jam, mengalahkan Satpam Pabrik Intan Berlian.

Merawat dan melatih berbagai gerak dasar manusia supaya mandiri. Membelajarkan berbagai kosa kata agar bisa berkomunikasi dengan orang lain di lingkungannya. Merupakan salah satu garansi untuk para ibu, menjadi hamba yang mulia dibandingkan siapapun.

Pantas saja warga Pakistan Timur (tahun 1952) mengadakan demonstrasi besar-besaran. Pasalnya bahasa ibu-nya tidak diakui oleh Pemerintah Pakistan, sebagai Bahasa Nasional. Gubernur Jenderal Mohammed Ali Najih-lah yang telah mendeklarasikan Bahasa Urdu sebagai bahasa resmi Pakistan pada tanggal 21 Maret 1948. Sementara Bahasa Bengali yang merupakan Bahasa Ibu. Bahasa turun-temurun dari ibu dan nenek moyang warga Pakistan Timur tidak diakui sebagai bahasa resmi negara.

Nasi sudah menjadi bubur. Perlawanan melalui demonstrasi dan pemberontakan telah mengakibatkan beberapa rakyat dan mahasiswa Universitas Dhaka meninggal dunia. Kejadian ini tidak dapat dibayar dengan 'pengakuan' Bahasa Bengali sebagai Bahasa Nasional sejajar dengan Bahasa Urdu. Namun harus ditukar dengan pemisahan diri Pakistan Timur. Mereka memerdekakan diri sebagai negara baru (Negara Bangladesh) dengan bahasa resmi negara Bahasa Bengali pada tahun 1971.

Karenanya memang benar kata para agamawan, "Ibu adalah perwujudan Tuhan." Rida Sang Ibu, merupakan Rida Tuhan. Begitu juga murka Ibu, juga akan berakibat murkanya Tuhan.

Cerita Si Malin Kundang, menunjukkan betapa ampuhnya doa seorang ibu. Apa yang disabdakan benar-benar menjadi kenyataan. Murkanya, sungguh bersamaan dengan murka Tuhan. Jadilah saudagar kaya beristri cantik jelita bernasib malang. Si Malin Kundang menjelma menjadi sebuah batu, terkena kutukan sang ibunda.

Begitu juga kisah Si Lancang, dari Negeri Melayu Riau. Anak laki-laki miskin dan malang, merantau ke negeri seberang. Setelah sukses dan kaya raya melupakan sangkan paran dumadi-nya (asal usulnya). Si Lancang tidak mengakui 'bundo' sebagai ibunya. Doa ibu sungguh mustajab. Kapal dagang nan kokoh hancur berkeping-keping terkena badai. Konon air Sungai Kampar merupakan perwujudan air tangisan Si Lancang yang menyesali perbuatannya.

Tentu masih banyak cerita-cerita rakyat dari dalam dan luar negeri yang menuturkan kisah anak dan ibu. Atau kisah anak dan kedua orang tua. Baik kisah nyata maupun rekayasa. Menceritakan pengabdian yang berakhir kemuliaan, ataupun kemaksiatan/ kedurhakaan berakhir sengsara. Dalam Kitab Suci setiap agama di dunia tentu terdapat penjelasan serupa. Penjelasan tentang kewajiban anak patuh kepada orang tua terutama ibunya.

Dalam Agama Islam, Surat Al Ahqaaf Ayat 15, Allah memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Dijelaskan pula bahwa ibu mengandung dan melahirkan dalam keadaan susah payah. Masa mengandung hingga menyapih sama dengan tiga puluh bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun