Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ning Yenny Wahid Cawapres Anies Baswedan?

27 Juni 2023   11:49 Diperbarui: 27 Juni 2023   12:06 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ning Yenny Wahid, Sumber Foto Kompas.com

Muncul wacana Ning Yenny Wahid, putri Presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid, sebagai Cawapres calon pendamping Anies Baswedan. Adalah Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali yang menyebutkannya. Dengan alasan, Yenny memiliki latar belakang yang mumpuni. Juga dianggap mewarisi pemikiran Gus Dur. Menjunjung tinggi pluralisme, berwawasan global dan merupakan representasi NU.

Dalam konteks bakal Cawapres Anies di luar KPP atau Koalisi Perubahan untuk Persatuan, sosok Ning Yenny Wahid tergolong anyar. Sebelumnya tak ada. Yang santer justru kolega Ning Yenny sebagai sesama tokoh perempuan dari NU. Siapa lagi kalau bukan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Yang lain ada Mahfudz MD dan Andika Perkasa.

Namun diluar Capres Nasdem sebagai pesaing Anies, yaitu PDIP dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya hasil gagasan Gerindra-PKB, nama Ning Yenny sering muncul. Masuk list yang di ajukan sebagai Cawapres PDIP Ganjar Pranowo. Juga pernah di gadang-gadang menjadi duet Prabowo Subianto. Diluar soal Cawapres, saat ini sosok Ning Yenny acapkali di bawa-bawa oleh PSI. Dalam bentuk banner berlatar belakang nama dan logo partai besutan Grace Natalie dkk itu.

Pertanyaannya sekarang, bisakah wacana yang dilontarkan oleh Ahmad Ali tersebut menjadi kenyataan..? Akankah Ning Yenny Wahid menerima dengan lapang dada "lamaran" dari Partai Nasdem..? Ini, dan beberapa pertanyaan sejenis, perlu diajukan. Mengapa, karena banyak hal yang sepertinya jadi tantangan rencana duet Anies-Yenny pada pilpres 2024.

Paling tidak, tantangan bisa di telisik dari beberapa hal berikut. Pertama, dari kalangan internal KPP sendiri. Seperti sudah maklum, anggota KPP terdiri dari Nasdem sebagai pemula yang lebih dulu mencapreskan Anies, lalu kemudian di dukung oleh Partai Demokrat dan PKS. Tapi ingat, dukungan dua parpol terakhir kelihatan tak gratis.


Sejak awal, Demokrat getol mendorong Sang Ketua Umum AHY untuk disandingkan dengan Anies sebagai Cawapres. Dan ini bukan keinginan main-main. Terpantau sudah beberapa kali Partai besutan SBY ini kasih sinyal. Terutama buat Nasdem. Dalam amatan saya, Demokrat menjadikan AHY sosok "paten" yang wajib jadi pendamping Anies. Meskipun tentu saja menggunakan bahasa kiasan.

Maka tak heran, begitu Ahmad Ali menyebut nama Yenny Wahid sebagai cawapres Anies sebagaimana diatas, langsung di tanggapi oleh Herzaky Mahendra. Seorang pentolan Demokrat yang menjabat Koordinator Juru Bicara Partai. Kata Herzaki mengingatkan, agar "partai yang dipimpin oleh Surya Paloh itu untuk mematuhi perjanjian pembentukan Koalisi Perubahan soal penentuan cawapres" (Kompas.com, 27 Juni 2023).

Terlebih, sinyal mendorong AHY sebagai sosok "paten" belakangan makin kuat ditunjukkan ke publik. Melihat gelagat Nasdem dan Anies, yang tak kunjung menampakkan kepastian, Demokrat melakukan manuver yang cukup menyentak dan sangat mengejutkan. Keinginan PDIP mempertemukan AHY dan Puan Maharani disambut gembira. Seakan memberi warning. Kalau tak segera mencawapreskan AHY, Demokrat bakal hengkang ke PDIP.

Meski memilih jalan lebih lunak sebagai cara merespon reaksi Nasdem dan Anies yang tak juga kunjung melirik Cawapres dan KPP, PKS sebenarnya sama dengan Demokrat. Siap-siap hengkang dari koalisi, jika duet Anies tak sesuai harapan. Bisa karena usulan PKS mendorong Ahmad Heryawan jadi Cawapres ditolak, atau mungkin karena tawaran "kompensasinya" tak sesuai usulan.

Itu yang pertama. Sekarang yang kedua. Tantangan berikutnya datang dari pihak internal kelompok Ning Yenny dan bahkan bisa jadi dari Ning sendiri. Sudah mahfum, bahwa Ning Yenny dan kelompoknya selama ini dikenal sebagai komunitas yang berseberangan dengan langkah-langkah Anies Baswedan. Meskipun belum tentu juga dianggap bermusuhan.

Sebagaimana di kuatkan oleh Ahmad Ali diatas, bahwa Yenny merupakan representasi dari sikap Gus Dur. Memiliki pandangan egaliter, plural, toleran, menghargai perbedaan, terbuka dan sebagainya. Yang paling penting, sangat menghindari penggunaan politik identitas dalam merebut suara publik. Ini sama persis dengan prinsip yang dimiliki oleh Mahfudz MD. Sebagai tokoh yang di kader oleh Gus Dur.

Pak Mahfudz pernah di beri tawaran jadi Cawapres Anies Baswedan, namun menolak. Sebagian orang, juga termasuk saya, menebak kalau alasan penolakan adalah karena Anies Baswedan ada di habitat berbeda dibanding lingkungan Pak Mahfudz berada. Membuat Menkopulhukam ini jadi kurang nyaman, jika kelak harus mengikuti irama yang dijalankan oleh Anies Baswedan.

Ironisnya dalam konteks menarik Ning Yenny masuk kedalam lingkaran Anies untuk dijadikan cawapres, putri Gus Dur ini juga memiliki prinsip dan ideologi yang persis sama seperti Pak Mahfudz. Maka soalnya kemudian, bisakah Ning Yenny berada dilingkungan Anies yang pernah di tolak oleh Pak Mahfudz karena perbedaan sikap..?

Tantangan nomor ketiga. Pasca diberi kewenangan oleh Nasdem setelah diusung jadi Capres, Anies kasih beberapa syarat untuk figur Cawapres. Antara lain, punya kontribusi pemenangan, elektabilitas tinggi, aspek ideologis, tidak ada kerentanan, punya logistik, terdapat dukungan serta soliditas koalisi. Pertanyaannya adalah, apakah Mbak Yenny Wahid memenuhi beberapa kriteria yang disyaratkan oleh Anies tersebut..?

Dalam pandangan saya tidak. Misal, soal logistik. Elektabilitas Ning Yenny sebagai cawapres juga kurang mendukung. Dikutip dari Kompas.com 27 Juni 2023, kata Ahmad Khoirul Umam, Direktur Eksekutif Indostrategic, urutan klasemen hasil survei Yenny Wahid, juga Khofifah, secara nasional berada di papan bawah. Kecuali hanya wilayah Jawa Timur. Masih menurut Umam, Yenny Wahid memiliki masalah basis dukungan partai. Akibat PKS dan Demokrat yang sebelumnya memang sudah punya kandidat Cawapres.

Berhasilkah Ning Yenny ditarik menjadi Cawapres Anies sebagaimana disebut oleh Ahmad Ali Nasdem..? Kalau iya, berarti Anies rela menelan ludah yang sudah dibuang ketanah dan tak sungkan memanfaatkan nama besar Ning Yenny. Cuma demi menambah kekuatan elektoral, rela tak konsisten terhadap syarat yang diajukan sendiri. Agar dapat menarik, pinjam kalimat Mas Umum, kelompok NU yang punya karakter Islam Moderat dan Nasionalisme-Religius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun