Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Hikmah Sholat Tarawih Malam Kedua Puluh Satu

11 April 2023   08:52 Diperbarui: 11 April 2023   08:54 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ramadhan 1444 Hijriyah, Sumber Foto NU Online

Punya rumah sendiri adalah keinginan setiap orang. Karena merupakan salah satu dari tiga kebutuhan wajib manusia. Yang meliputi sandang, pangan dan papan. Rumah tergolong sebagai kebutuhan papan. Kalau berhasil dimiliki, pikiran jadi tenang. Tak perlu lagi cari tempat kost atau kontrak. Terlebih harus selalu siap pindah-pindah tempat akibat masa sewa habis. Melelahkan dan memberatkan.

Dari saking butuhnya, sejak awal ketika baru menikah dan selagi usia muda, rumah menjadi prioritas utama untuk dipenuhi. Pengalaman saya, mungkin juga anda-anda sekalian, uang tabungan digenjot untuk selalu terisi, demi bisa beli atau bangun rumah. Sampai bela-belain ngempet menahan rasa ingin jajan atau sekedar hangout di kafe sama teman-teman.

Masih di alam dunia saja, rumah sudah di usahakan pakai ikhtiar sangat tinggi. Mengalahkan beberapa keperluan lain. Padahal kata sebagian orang, apapun yang ada dunia ini, termasuk rumah, adalah sesuatu yang fana. Yang suatu ketika pasti hilang lenyap tanpa bekas. Juga fatamorgana. Cuma berupa bayang-bayang ilusi. Bukan senyatanya.

Lalu bagaimana gambaran tentang kehidupan riil dan permanen di alam akhirat yang kelak tentu akan di alami oleh setiap manusia..? Pastinya kebutuhan akan rumah harus lebih di prioritaskan lagi. Hanya saja, tidak bisa pakai uang tabungan. Karena bahan bikin rumah di akhirat bukan semen, batu bata, kayu, besi dan beberapa jenis material lain seperti bangunan yang ada di dunia.

Konon katanya, material bangunan terbaik di alam akhirat adalah cahaya. Sesuatu yang kalau kita bayangkan pada saat ini, berupa sinar terang yang kelihatannya bersih, bening dan jernih. Sumbernya bisa berasal dari matahari, bulan, lampu dan sejenisnya. Kalau dalam bahasa arab, cahaya disebut dengan istilah Nur. Di Qur’an, kata-kata Nur pasti berhubungan dengan yang baik-baik.

Mendapatkan cahaya di alam dunia tergolong mudah. Beli saja pakai duit, beres. Misal lampu listrik. Harganya cuma ada di kisaran puluhan atau ratusan ribu, meski ada juga yang jutaan. Hanya saja, cahaya dari lampu itu tak bisa dijadikan bahan untuk membuat rumah di alam dunia. Walaupun di akhirat merupakan material bangunan terbaik.

Sekarang, bagaimana ilustrasi di alam akhirat..? Kalau di dunia cahaya bisa dibeli pakai duit, maka tidak demikian halnya dengan di akhirat sana. Disini, uang tabungan tak laku di jadikan alat tukar untuk mendapatkan cahaya. Biar dah jumlahnya trilyunan, apalagi cuma ratusan. Cahaya di akhirat wajib ditebus mengunakan ketentuan atau hukum-hukum syariat.

Anda ingin punya rumah saat sudah pulang ke alam akhirat, yang material bangunannya terbuat dari cahaya..? Satu-satunya jalan, anda wajib memperbanyak amal sholih dan ibadah kepada Allah SWT. Dan salah satu kesempatan mendapat material bangunan yang terbuat dari cahaya itu ialah, anda luangkan waktu nanti malam untuk sholat tarawih. Ya benar. Karena hikmah sholat tarawih malam kedua puluh satu adalah, Allah akan membangunkan buat anda sebuah rumah di surga yang terbuat dari cahaya Dalilnya berikut ini  :

Screenshot dari jatim.nu.or.id
Screenshot dari jatim.nu.or.id
Saya doakan semoga sholat tarawih anda diterima. Jika benar, di surga anda bisa memperoleh dua keuntungan sekaligus. Bukan hanya memiliki rumah dari cahaya. Lebih dari itu, rumah tersebut akan di dapatkan tanpa harus capek-capek keluar dana dan panggil tukang. Karena rumah dari cahaya itu sudah jadi. Allah yang telah membuatkannya untuk anda. Bagaimana, masihkan anda berpikir tak akan melangkah ke masjid, surau atau majelis jamaah tarawih..? Kalau saya tak mau berpikir dua kali. Langsung budhal…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun