Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden PKS Tuding Capres Hanya Dua Pasang Salah Satu Penyebab Polarisasi

31 Desember 2022   09:27 Diperbarui: 31 Desember 2022   10:06 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Sumber Foto Kompas.com

Soal pilpres, tiap parpol pasti ingin mencalonkan kandidat. Tak terkecuali PKS. Figur yang dikehendaki antar partai bisa sama. Tapi bisa pula beda. Selain karena faktor regulasi, beda figur ini juga yang menentukan jumlah pasangan. Makin banyak kesamaan, tambah sedikit yang terjaring jadi kandidat. Sebaliknya, makin beragam perbedaan, tambah banyak figur yang dimunculkan.

Lalu bagaimana caranya mempertemukan keinginan masing-masing.,? Jawabnya, harus melalui lobby. Lewat upaya inilah, segala sesuatu bisa dibicarakan. Termasuk jumlah pasangan capres. Mau tiga, empat atau sepuluh..? Sekaligus juga nama yang akan diusung. Ingin ajukan Ganjar, Prabowo atau Anies..? Atau mungkin juga PKS kepincut sama Novel Bamukmin. Aktivis 212 yang katanya punya pengikut hingga 130 juta orang.

Andai benar, silahkan PKS munculkan nama Novel. Bawa kehadapan para elit partai. Lalu tawarkan sebagai capres potensial karena punya 130 juta tadi. Soal diterima atau tidak, itu urusan lain. Dan memang begitulah yang namanya lobby. Kadang diperoleh jalan lempang. Keinginan terkabul. Tapi juga bisa sebaliknya, tertolak mentah-mentah.

Jika dibahasakan pertarungan, yang namanya lobby ada kalanya di posisi menang. Namun bisa pula di posisi yang kalah. Tergantung kecerdasan diplomasi, kekuatan tekanan, kepiawaian memainkan peran, banyaknya suara dan figur yang dibawa. Kalau saat lobby kelima-limanya masuk, InsyaAllah ada di posisi pemenang. Tapi andai tak masuk, posisi bisa jadi pecundang.

Di dunia politik, menang kalah sudah biasa. Merupakan cemilan sehari-hari buat para politisi. Saat putuskan hendak terjun kedunia politik dulu, situasi demikian tentu sudah disadari. Sebab apabila tidak, dampaknya adalah konflik. Akibat menyalahkan pihak lain. Alias cari kambing hitam. Padahal sebenarnya ya karena salah sendiri.

Katanya sich, sesuatu yg terjadi, atau terucap dari seseorang untuk pihak lain, muncul karena memang sudah biasa dilakukan sebelumnya. Apakah kekhawatiran Presiden PKS Ahmad Syaikhu diatas merupakan gambaran riil sikap PKS yang memang sudah biasa melakukan polarisasi tiap perhelatan pemilu.? Tak tahulah saya. Untuk tahu jawaban pastinya, silahkan para Kompasianer tanya pada rumput yang bergoyang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun