Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Acara di GBK, Media Tunjukkan Eksistensi Sang Petahana

2 Desember 2022   07:44 Diperbarui: 27 Desember 2022   17:28 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi di Atas Panggung Saat Acara Temu Kangen Relawan, Sumber Foto Kompas.com/Kristianto Purnomo

Siapakah Joko Widodo atau Jokowi..? Ketua partai bukan. Pengurus bukan. Apalagi pemilik. Makin bukan. Keturunan mantan pejabat tinggi negara, apalagi. Jokowi hanya orang biasa. Putra mantan sopir bus. Tapi yang membanggakan, kini menjabat sebagai presiden ke-7 Indonesia. Dua periode lagi. Makanya, meski sebelumnya bukan siapa-siapa, tapi karena ditopang oleh fakta saat ini, jadinya sekarang beliau adalah “siapa-siapa”.

Tak heran jika segala sesuatu yang ada atau melekat pada diri Jokowi, selalu jadi perhatian. Diteropong demikian rupa. Baik oleh kawan. Terlebih lawan politik. Oleh kawan, bisa jadi demi membuka kesempatan atau meraih untung. Sebaliknya oleh musuh, sebagai alat menjatuhkan nama baik dan wibawa. Harapannya, kekuatan serta legitimasinya runtuh.

Demikian pula acara Nusantara Bersatu di GBK Jakarta beberapa hari lalu. Yang diselenggarakan oleh Relawan Jokowi. Presiden kita ini dituding sebagai pihak “tertuduh”. Mengapa, karena ditengah kondisi prihatin akibat musibah gempa Cianjur, tega-teganya adakan kegiatan mengumpulkan massa hingga 150 ribu orang. Padahal, diacara itu posisi Jokowi cuma sebatas undangan. Penanggung jawab kegiatan tetap para relawan.

Meski tak bisa di ukur secara hitam putih siapa yang salah atau siapa pula yang benar, sebaiknya dua hal yang perlu jadi pertimbangan mencermati kegiatan di GBK. Pertama, apakah acara Nusantara Bersatu memang sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelum terjadi gempa Cianjur..? Kalau benar, maka bisa dimaklumi. Tak perlu ada pihak yang harus disalahkan terlalu berlebihan.

Namun jika muncul fakta yang kedua, yaitu baru direncanakan pasca musibah gempa, maka jelas kegiatan tersebut sangat-sangat tak etis. Menyelisihi rasa prihatin dan duka mendalam masyarakat Indonesia, khususnya warga Cianjur Jawa Barat. Satu wilayah sibuk berkutat menolong orang kena musibah. Sementara di wilayah sebelahnya, justru sedang ada “ramai-ramai”. Muncul kesan kurang peduli.

Kata Herzaky Mahendra Putra, Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, dalam kondisi sedang berduka akibat bencana gempa bumi di Cianjur, tidak semestinya presiden Jokowi lebih mementingkan acara temu relawan. Juga bermanuver demi pilpres 2024. Menurut Herzaky lebih lanjut, sebaiknya presiden fokus kerja memperbaiki ekonomi rakyat yang belum pulih akibat covid-19.

Meski tak secara khusus menyalahkan acara di GBK karena terkait musibah Cianjur, kalangan internal PDIP juga kelihatan gerah. Partai ini menyampaikan kritik cukup tajam. Sang Sekjen Hasto Kristiyanto menuding acara GBK telah menyeret keluar watak kepemimpinan Jokowi. Dari yang biasanya blusukan langsung turun kebawah, berubah jadi mobilisasi massa. Sesuatu yang sebelumnya amat dijauhi oleh Jokowi.

Untungnya, panitia kegiatan Nusantara Bersatu tak lupa ambil inisatif melakukan penggalangan dana. Sehingga, meski muncul banyak kritik, masih ada aktivitas mulia yang juga harus diakui bisa dijadikan pembelaan. Karena menjadi angin segar bagi keluarga korban bencana gempa Cianjur. Setidaknya, mampu meringankan beban pemerintah dalam mengatasi dampak pasca datangnya musibah.

Disarikan dari laporan DetikNews 28/11/2022, Relawan Jokowi kirim bantuan menggunakan 14 unit mobil box. Yang berisi sembako, makanan ringan, kebutuhan bayi, terpal dan pakaian. Juga disertai dana sejumlah Rp.332.900.000,-. Hasil patungan peserta saat kegiatan Nusantara Bersatu di GBK pada hari Sabtu kemarin. Yang nanti akan diserahkan langsung kepada pihak perwakilan desa dilokasi terkena musibah.

Fakta diatas tak dapat dipungkiri merupakan bukti otentik. Bahwa kegiatan Nusantara Bersatu mampu membawa manfaat secara sosial. Namun, adanya nuansa politik juga tak bisa dibendung. Apalagi setelah Jokowi kasih sinyal dan kode “kerutan wajah” dan “rambut putih”. Sebagai kandidat capres yang dianggap selalu memikirkan rakyat. Dan karenanya layak dipilih. Sebuah pernyataan dari tokoh politik yang kemudian jadi viral.

Dalam konteks tersebut, acara Nusantara Bersatu tak mungkin hanya dianggap sebagai kegiatan spontanitas. Atau semata temu kangen antar relawan. Lebih dari itu, sebenarnya ingin menunjukkan kekuatan secara politis. Yang tak dapat dipandang remeh, ternyata juga punya kemampuan menghimpun suara publik. Meskipun kelompok ini bukan sebuah partai politik.

Mana buktinya..? Adanya para relawan yang datang hingga mencapai 150 ribu orang, setidaknya cukup sebagai konfirmasi. Bahwa dibelakang Jokowi sebagai petahana, terdapat massa yang sangat besar. Yang menurut Litbang Kompas, jika dikonversi dalam bentuk survei mencapai angka 15.1 persen. Dan jangan lupa, mereka punya tingkat soliditas sangat kuat.

Apa kata Jokowi, mereka siap manut. Kalau sudah “samikna wa athokna” demikian, politisi mana yang masih anggap remeh eksistensi Relawan Jokowi yang ada dibarisan kelompok Nusantara Bersatu. Hendak diakui atau tidak, mereka adalah kekuatan massa yang sangat potensial. Sungguh bisa diandalkan untuk rebutan vox pop ketika ada event pertarungan politik semacam pilpres.

Walau disayangkan banyak pihak, Jokowi kukuh datang di acara GBK. Saya kira, dipihak internal Sang Petahana kehadiran tersebut tidak bisa diukur hanya semata karena pertimbangan empati terhadap bencana seperti kata Herzaky. Atau tak sejalan dengan watak Jokowi sebagaimana di maksud Hasto. Acara di GBK penting, untuk memunculkan kesan adanya fakta kekuatan riil. Sebagai pendorong kemenangan bagi pengganti Jokowi.

Soal biaya..? Jangan ditanya. Memang ada masukan, sebaiknya tak perlu adakan event besar macam di GBK pada situasi sekarang ini. Yang pastinya menelan dana cukup tinggi. Ditengah ancaman resesi dan kesulitan ekonomi, akan lebih baik jika digunakan membantu rakyat kecil. Pasti manfaatnya dapat dirasakan secara langsung.

Tapi dalam konteks politik, meng-endorse figur tak pandang biaya. Pengalaman menunjukkan, soal dana ada di nomor sekian. Berapapun kebutuhannya, jika dilihat mampu membawa kemenangan bagi seorang kandidat, pasti dikeluarkan. Jangankan event yang mendatangkan massa dalam jumlah besar. Perkenalan calon saja, sampai bela-belain buat banner hingga milyaran rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun