Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bibit Bobot Bebet Tak Berlaku untuk Pak Jokowi

9 Agustus 2022   06:47 Diperbarui: 9 Agustus 2022   07:22 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Animasi Perjalanan Hidup Presiden Jokowi, Foto Dok. Kompas.com, By Akun YouTube Jokowi

Oleh karenanya, sudah saatnya sekarang diadakan perubahan mindset tentang definisi filosofi Jawa itu. Dari yang sebelumnya punya pengertian leterlek atau apa adanya, menjadi bersifat maknawi atau potensi. 

Kalau secara leterlek macam diatas tadi, maka tidak demikian jika diartikan secara maknawi. Definisinya tidak hanya nampak dipermukaan dan bersifat simbolik. Tapi lebih dalam dan bersifat substantive. 

Jika demikian, maka definisi bibit bobot bebet itu adalah potensi luar biasa yang dimiliki seseorang, hingga dengannya ia mampu mengatasi segala macam tantangan hidup, untuk pada akhirnya dapat meraih puncak kesuksesan. Menurut saya, makna inilah yang lebih cocok dijaman sekarang ini. Dan bisa jadi pula hingga kedepan.

Jika memang demikian, maka pasangan hidup yang menjadi incaran tidak terbatas pada mereka yang punya ayah ibu terpandang, dari golongan keluarga kaya dan punya pekerjaan mapan. 

Hanya ada salah satu dari ketiganya, atau bahkan mungkin tidak ada sama sekalipun, jika jodoh incaran menunjukkan ada potensi kuat untuk kelak bisa membawa pasangan menjadi keluarga terpandang, hidup berkecukupan secara ekonomi dan punya profesi mentereng, cukuplah dijadikan alasan untuk dipilih. Contoh kongkrit dan tak terbantahkan dalam hal ini adalah Presiden kita saat ini. Bapak Ir. Haji Joko Widodo.

Siapa yang tak kenal beliau. Latar belakang keluarga Jokowi hanya berasal dari orang kebanyakan. Bukan orang terpandang, apalagi ningrat atau bahkan borjuis. Ya seperti kita-kita inilah. Bapak ibu beliau bukan orang kaya. 

Bagaimana tidak, Jokowi kecil dan keluarga pernah hidup dirumah kontrakan dibantaran sungai. Punya pengalaman digusur, hingga harus mencari kontrakan lain agar ada tempat tinggal. 

Untuk biaya hidup, orang tua Jokowi bekerja keras. Bapaknya, dibantu oleh ibu beliau, berdagang kayu dan bumbu di pasar. Bahkan, bapak beliau pernah menjadi sopir bis. 

Saat baru lulus kuliah dan menikah, Jokowi bekerja di pabrik kertas di daerah Aceh. Tugasnya hanya sebagai penyemai bibit pinus dilahan gundul. Pulang dari Aceh, Pak Jokowi alih profesi menjadi tukang kayu. Ikut Sang Paman bekerja di pabrik mebel.

Anda tahu, jika di ukur dari pengertian bibit bobot bebet secara leterlek, tentu beberapa pekerjaan yang dilakukan Jokowi itu bukanlah sebuah profesi mentereng. 

Jika dulu saat melamar gadis bernama Iriana, mertua Jokowi saklek pada pengertian leterlek, pasti akan ditolak. Pendamping Pak Jokowi yang sekarang ini bisa jadi bukan Ibu Iriana. Yakin dia adalah orang lain. Entah siapa dia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun