Itulah kenyataan kita sehari-hari. Kita mudah menghakimi orang yang tampak ceroboh, pemalas, atau tidak sepemikiran. Tapi kita jarang mau menengok batin dan bertanya, apakah saya juga punya kekurangan yang sama, hanya dalam bentuk lain?
Media sosial bahkan mempercepat kebiasaan ini. Saat ada berita atau kasus viral, kita berlomba jadi hakim. Tanpa sadar, kita sedang menumpuk balok demi balok di mata sendiri: balok kesombongan, balok kebencian, balok rasa paling benar.
Padahal Yesus tidak menolak kebenaran; Ia hanya menolak penghakiman tanpa belas kasih.
Mata yang Jernih untuk Melihat Sesama
Yesus mengajak kita untuk menegur, tapi dengan hati yang bersih. Menegur orang lain tanpa membersihkan diri sama saja seperti menyalakan lilin di ruangan yang penuh debu, cahayanya tak akan pernah jelas.
Ketika saya mulai belajar memperbaiki diri duluan, saya menyadari sesuatu: teguran yang keluar dari hati yang lembut justru lebih didengar.
Seorang rekan kerja pernah berkata, “Kamu menegur dengan cara yang tidak bikin malu, tapi tetap kena.”
Saya tersenyum kecil, karena saya tahu, itu bukan karena saya lebih baik. Tapi karena saya sudah lebih dulu belajar dari kesalahan yang sama.
Dunia Akan Lebih Lembut Jika Kita Mau Bercermin
Ayat ini menegur tanpa menghukum. Ia mengajak kita menemukan keseimbangan antara kebenaran dan kasih. Sebab, dunia tidak kekurangan suara yang keras, tapi ia kekurangan hati yang mau jujur pada diri sendiri.
Matius 7:3–5 bukan sekadar perintah moral, melainkan ajakan untuk tumbuh. Sebelum jari kita menulis komentar atau lidah kita mengeluarkan kritik, mari berhenti sejenak dan bertanya:
Apakah balok di mataku sudah aku keluarkan?
Mungkin jika kita mulai dari diri sendiri, dunia akan sedikit lebih tenang. Dan cinta akan lebih mudah terlihat, bahkan dalam hal-hal sederhana seperti datang tepat waktu, memaafkan, atau menahan diri untuk tidak menilai.
Salam damai dan cinta! (Yy).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI