Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gereja Tua Santa Maria Puhsarang Kediri sebagai Gerbang Rohani Zaman Baru

26 Mei 2025   04:00 Diperbarui: 27 Mei 2025   08:40 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Tua Santa Maria Puhsarang Kediri - Dok. Pribadi

Ir. Henricus Maclaine Pont (1884-1971), arsitek ternama Hindia Belanda - Foto: Kediri Jadul 
Ir. Henricus Maclaine Pont (1884-1971), arsitek ternama Hindia Belanda - Foto: Kediri Jadul 

Gereja ini dirancang bukan untuk meniru Barat, tetapi untuk menghadirkan Kristus dalam bahasa arsitektur yang dimengerti umat Jawa. Lonceng gereja yang menggantung di atas menara berbentuk meru (atap berundak khas Bali), altar berpola candi, dan detail ornamen yang menyatu dengan lanskap.

Menara lonceng gereja Puhsarang - Dok. Pribadi 
Menara lonceng gereja Puhsarang - Dok. Pribadi 

Bangunan Induk gereja ini berdiri anggun dengan atap menyerupai “cupola”, menyerupai "gunungan" dalam wayang, lambang perjalanan hidup dan arah pulang menuju Sang Hyang. 

Puncak gereja Puhsarang - Dok. Pribadi 
Puncak gereja Puhsarang - Dok. Pribadi 

Di puncaknya berdiri salib, dan di keempat penjuru atapnya terpahat lambang para penginjil: Santo Matius dengan rupa manusia bersayap, Santo Markus dengan singa bersayap, Santo Yohanes dengan rajawali, dan Santo Lukas dengan lembu jantan. Keempat lambang ini menghadap ke empat penjuru mata angin, seolah mewartakan Injil ke seluruh jagat.

Gereja Puhsarang 1937 - Foto: SV-MISSIE
Gereja Puhsarang 1937 - Foto: SV-MISSIE

Atap gunungan itu dibentuk dari empat lengkungan kayu besar yang saling mengunci di puncaknya, layaknya falsafah Jawa tentang keseimbangan dan keselarasan. Lengkungan itu menyangga jaringan kawat galvanis, tempat genteng-genteng disusun rapi. 

Gereja Santa Maria Puhsarang dengan atap 4 penjuru tahun 1937- Dok. KITLV
Gereja Santa Maria Puhsarang dengan atap 4 penjuru tahun 1937- Dok. KITLV

Genteng-genteng ini bukan sekadar pelindung dari hujan dan panas; ia peka terhadap angin, memantulkan tekanan secara tenang, seperti gamelan yang membalas tiupan angin dengan nada-nada hening. Bangunan ini tidak hanya kokoh, tetapi hidup, menyatu dengan alam sebagaimana semangat Jawa memuliakan ciptaan.

Kenangan Ziarah di Gua Maria Puhsarang - Dok. Pribadi 
Kenangan Ziarah di Gua Maria Puhsarang - Dok. Pribadi 

Gua Maria dan Jalan Tobat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun