Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sanggar Seni Gumelaring Sasangka Aji: Penjaga Budaya Malangan di Era Digital

11 Mei 2025   14:00 Diperbarui: 12 Mei 2025   08:51 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sanggar GSA dalam gelar "Medhayoh Bunulrejo" 2023 - Dokumentasi pribadi 

Mereka aktif mendokumentasikan pertunjukan dan latihan dalam bentuk foto dan video yang diunggah ke media sosial, TikTok, Facebook, YouTube dan Instagram. Dengan cara ini, sanggar membuka akses lebih luas bagi publik yang ingin belajar atau sekadar menikmati seni tradisional.

Sanggar GSA dalam gelar
Sanggar GSA dalam gelar "Medhayoh Bunulrejo" 2023 - Dokumentasi pribadi 

Tak hanya itu, mereka juga menjalin kolaborasi dengan seniman-seniman muda untuk menciptakan karya seni yang modern dan menarik. Bekerja sama dengan universitas, sekolah, komunitas digital, serta berpartisipasi dalam festival. Langkah ini menjadikan sanggar sebagai pelaku budaya yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dengan cara yang relevan.

Refleksi dan Harapan

Kehadiran Sanggar Seni “Gumelaring Sasangka Aji” membuktikan bahwa pelestarian budaya bukanlah hal yang mustahil di tengah derasnya arus modernisasi. Dengan semangat gotong royong, adaptasi teknologi, dan cinta terhadap budaya, sanggar ini mampu menjadi benteng sekaligus jembatan antara masa lalu dan masa depan.

Harapan terbesar adalah semakin banyak generasi muda yang mencintai kesenian tradisional daerahnya, khususnya keberadaan seni wayang kulit; dalang dan karawitan di Malang, Jawa Timur ini. Dengan tumbuhnya rasa cinta, maka akan tumbuh pula rasa ingin memahami, mempelajari, menjaga, dan melestarikannya.

“Wong kang ngerti aji, ora bakal ninggalake budayane”, yang artinya orang yang tahu nilai, tidak akan meninggalkan budayanya. Kiranya kalimat singkat ini menjadi peneguh bagi kita semua, bahwa mencintai budaya lokal adalah mencintai jati diri kita sebagai bangsa. Salam Lestari! (Yy)

Buku:

  • Sutarno, 2007. Seni Pedalangan. Surakarta: CV. Cendrawasih
  • Dukut, Eka Marhaenny, 2020. Kebudayaan, Ideologi, Revitalisasi, dan Digitalisasi. Semarang: SCU Knowledge Media
  • Muniyat, 2002. Album Wayang Kulit Banjar. Jakarta: Badan Pengembangan Budaya dan Pariwisata

Internet:

Media Sosial:

  • Instagram @sanggargsa
  • TikTok @sanggar.gsa
  • YouTube GSA Channel
  • Facebook @Rachmad Kuncoro

Wawancara:

  • Bapak Sugianto atau Mbah Gik, sesepuh dan pendiri Sanggar Seni “Gumelaring Sasangka Aji” – Jl. Hamid Rusdi I/46 Malang
  • Bapak Nurhanief, pendiri dan pengajar Sanggar Seni “Gumelaring Sasangka Aji”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun