Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beras Mahal, Nasi Sisa Jangan Dibuang

23 Februari 2024   10:00 Diperbarui: 23 Februari 2024   10:39 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nasi sisa | sumber: haibunda.com

Nasi putih adalah makanan utama bagi masyarakat Indonesia. Bagi banyak orang berpendapat, belum kenyang kalua belum makan nasi. Hal ini pun merupakan pengalaman pribadi penulis. Belum pas kalau belum makan nasi meskipun sudah makan setangkup roti dan segelas susu.

Dalam kunjungan Presiden RI Joko Widodo untuk memberikan santunan beras pada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Tangerang Selatan, Senin (19/02/2024) lalu menyampaikan bahwa terjadi gagal panen yang disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca menjadi penyebab harga beras di seluruh dunia, termasuk Indonesia mengalami kenaikan.

Fenomena kenaikan harga beras belakangan ini sangat berpengaruh bagi masyarakat, terlebih oleh kaum marjinal. Namun, dengan kondisi ini membuat masyarakat semakin kreatif untuk mengolah beras secara lebih hemat hingga nasinya tak terbuang sebutir pun.

Di kampung tempat tinggal penulis, ada satu Ibu tua bernama Ibu Parmi yang hidup sendiri tidak punya keluarga dan sanak saudara. Hidup menumpang di satu warga dan untuk bertahan hidup selain hanya mengandalkan belas kasih warga setempat beliau juga mengumpulkan nasi sisa warga kampung dan mengolahnya menjadi makanan yang masih layak dikonsumsi.

Dengan keterbatasan fisik; pendengaran yang sudah menurun dan dengan kaki yang sakit, beliau mengolah nasi sisa dan dijual kembali dalam bentuk karak dan rengginang. 

Jika nasi yang ia peroleh sudah agak rusak atau biasa disebut dengan nasi aking, dengan telaten beliau membersihkan kemudian menjemur nasi aking tersebut lalu dijual kembali sebagai pakan ternak.

Ibu Parmi adalah salah satu dari begitu banyak masyarakat marjinal yang merasakan dampak naiknya harga beras dan dengan keterbatasannya mengolah makanan sisa tersebut menjadi makanan yang dapat dikonsumsi kembali.

Ilustrasi rengginang, camilan khas Indonesia yang terbuat dari nasi atau ketan. | SHUTTERSTOCK/DANY KURNIAWAN by travel.kompas.com
Ilustrasi rengginang, camilan khas Indonesia yang terbuat dari nasi atau ketan. | SHUTTERSTOCK/DANY KURNIAWAN by travel.kompas.com

Diolah Menjadi Rengginang

Nasi sisa yang masih layak konsumsi dengan ciri tidak bau dan berlendir dapat diolah menjadi makanan lain yang tak kalah enak. Seperti Ibu Parmi tersebut di atas, nasi sisa dapat diolah menjadi kudapan yang dapat dijual kembali, baik berupa mentah maupun yang sudah matang (digoreng).

Rengginang tak asing bagi penggemar camilan tradisional. Kudapan khas Jawa ini diolah dari nasi atau beras ketan yang bertekstur renyah dan rasanya gurih. Di pasar tradisional terdapat banyak varian rasa rengginang; original atau bawang, terasi, dan udang. Tak hanya itu, di toko oleh-oleh rengginang kini hadir dengan rasa barbeque, pedas manis, keju, balado dan masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun